tag:blogger.com,1999:blog-16620425754036333662024-03-28T20:27:47.988-07:00mengenal kota lamonganini lamongan bung...!! mari bersahabat dengan orang lamonganUnknownnoreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-71387373692888419462013-05-20T22:21:00.000-07:002014-06-07T19:21:02.420-07:00Candi Airlangga Akhirnya Ditemukan di Hutan Pataan Lamongan<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0LDch4q9FUkh-pu6Kt5VJ8HritE4zDwuAL9swhS_VM4bxP7cLKkwkR3lxacuUnnqNvp-eXUilGiVra2cGaY4Afuc51tp93_tMKR7QPxGz8XttGbaZ9pCflDRKJyrWtysa4iDkPRwY51E/s1600/154989.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0LDch4q9FUkh-pu6Kt5VJ8HritE4zDwuAL9swhS_VM4bxP7cLKkwkR3lxacuUnnqNvp-eXUilGiVra2cGaY4Afuc51tp93_tMKR7QPxGz8XttGbaZ9pCflDRKJyrWtysa4iDkPRwY51E/s320/154989.jpg" height="200" width="320" /></a>Warga Desa Pataan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur, digemparkan dengan penemuan sebuah <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/candi-airlangga-akhirnya-ditemukan-di.html">candi di hutan</a> dekat areal
persawahan warga. Tapi beberapa warga mengatakan bahwa bangunan tersebut sudah lama ada, dan warga sering melintasi tapi tak berani mendatangi sebab karena tempat tersebut dianggap sakral. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Candi tersebut diperkirakan dibuat pada abad XI atau zaman Kerajaan Airlangga dan digunakan sebagai tempat pemujaan. Bagian
tepinya terbuat dari batu kapur yang tersusun rapi. Setiap batu kapur
memiliki panjang sekira 30 centimeter dan lebar 20 centimeter dengan
ketebalan berkisar 10-15 centimeter. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain terdapat bebatuan hitam dan keras serta pahatan khas
zaman kerajaan kuno. Sedangkan di bagian tengah candi terdapat semacam
tempat air yang melingkar. Bagian yang dindingnya juga terbuat dari batu
tersusun rapi ini diperkirakan sebagai petirtaan saat pemujaan. Bagian
ini tersambung dengan bangunan aliran air menuju ke luar candi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
</div>
<div style="text-align: justify;">
"Candi ini diperkirakan dibangun pada zaman Kerajaan Airlangga pada
abad XI masehi karena di Desa Pataan ini telah ditemukan Prasasti
Patakan sebagai tanda zaman Airlangga yang kini telah disimpan di musium
nasional," papar Supriyo, salah seorang penemu candi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warga juga menyakini di sekitar area candi
terdapat permukiman kuno. Pasalnya, warga sering kali menemukan gerabah
serta pecahan guci guno di sekitar lokasi penemuan candi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Warga berharap tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala melakukan
penggalian sehingga struktur candi dapat terlihat secara utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Apakah ibukota Kerajaan Airlangga terdapat di daerah Pataan Kabupaten Lamongan..??</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEakruLt0lrn_u16mVT8ygOTOdhDkB0Cv9qPZZJmRS6FpXDdZDY00sIwj3tQMXfXeqavR_z0uv9BBf3sgMWf_M_kf9Q3EUVof7l7eBdqMqf0Vr73GJskyT2O9ObZ4luKEO-zE8Z31iv20/s1600/peta-lamongan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEakruLt0lrn_u16mVT8ygOTOdhDkB0Cv9qPZZJmRS6FpXDdZDY00sIwj3tQMXfXeqavR_z0uv9BBf3sgMWf_M_kf9Q3EUVof7l7eBdqMqf0Vr73GJskyT2O9ObZ4luKEO-zE8Z31iv20/s320/peta-lamongan.jpg" height="320" width="247" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan diketemukan Candi dan banyak bangunan serta disertai banyak peningalan gerabah, maka beberapa pakar masih meneliti keberadaan Airlangga di daerah Pataan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari fakta arkeologis yang ada. Yakni Prasasti Pamwatan tahun 1042 masehi dan Prasasti Terep tahun 1032 masehi yang dulu telah diketemukan dan sekarang disimpan di Museum Nasional, menyebutkan ada bangunan candi yang didirikan sekitar abad 11 masehi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Agus Aris Munandar dan Ninie Susanti, keduanya dari Departemen
Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Agus cenderung sepakat dengan asumsi bahwa keraton pertama Airlangga,
yaitu Wwatan Mas terdapat di wilayah Lamongan. Sementara keratin
terakhirnya, Dahanapura disamakan dengan Daha, ibu kota wilayah Panjalu
(saat ini Kediri). “Fakta yang ada tipis untuk menunjukkan bahwa
Wwatan Mas berlokasi di utara Gunung Penanggungan. Justru dari
Prasasti Wotan yang ada di Dusun Wotan/Lamongan, kemungkinan besar
Wwatan Mas Airlangga berada di Lamongan. Banyak laporan yang
menyebutkan serinngkali ditemukan artefak emas, arca, kertas emas
tipis dan perhiasan di sekitar Dusun Wotan, “ ungkap dia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Ninie justru menyebutkan konsentrasi temuan prasasti
setelah 964 saka (Prasasti Pamwatan) yang isinya menyiratkan keraton
baru Airlangga, Dahana Pura, berada di wilayah Kabupaten Lamongan. Yaitu
terbanyak ditemukan di wilayah Kecamatan Sambeng dan Ngimbang.
Berdasar analisis distribusional prasasti, dia percaya Kerajaan
Airlangga mula-mula berada di sekitar Surabaya, kemudian berpindah ke
wilayah lebih pedalaman di daerah aliran Sungai Brantas dan Bengawan
Solo akibat serangan musuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fakta lain di paparkan Supriyo, Ketua Lembaga Studi dan Advokasi untuk Pembaruan Sosial (LSAPS) terkait dengan kelahiran Lamongan.
Setelah kemunduran Majapahit yang juga berimbas pada kemunduran Perdikan
Biluluk di Lamongan Selatan, wilayah utara Lamongan justru berkembang
dengan lahirnya perdikan-perdikan Islam. Seperti Perdikan Sedayu,
Drajat dan Sedang Dhuwur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perdikan Drajat pada tahun 1475 atau 1553 M dipimpin oleh Sunan
Drajat, keturuna Sunan Ampel. Sementara Perdikan Sendang Dhuwur pada
tahun 1483/1561 M dipimpin Sunan Sendang atau Raden Rahmat. Kemudian di
periode yang sama, di wilayah tengah, di Tumenggungan yang sekarang
masuk wilayah Kota Lamongan berkembang pemerintahan di bawah kendali
Rangga Hadi dengan gelar Tumenggung Surajaya tahun 1569-1607 M. Wilayah
ini masuk kendali Kasultanan Giri. Pengangkatan Rangga Hadi inilah
yang sampai sekarang dijadikan dasar penentuan Hari Jadi Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai rakyat lamongan, harus lebih bijak untuk menghargai kebudayaan dan sejarah dahulu, dengan mengungkap kebenaran dan menjaga kelestarian benda-benda sejarah disekeliling anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
lamongan-kota</div>
Unknownnoreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-54272721723775805722013-05-14T03:59:00.000-07:002014-05-05T08:47:01.540-07:00Jejak Raja Airlangga di Bumi Lamongan<div style="text-align: justify;">
<i>Tulisan ini sebuah ringkasan, dari
rintisan penulis untuk menguraikan jejak-jejak kuno baik berupa
prasasti dan juga situs-situs candi yang masih terpendam di bumi
Lamongan. Semoga bisa memberikan manfaat bagi seluruh Masyarakat
Lamongan khususnya dan semua pihak secara umum.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Lamongan menyimpan data yang luar biasa mengenai Prabu Airlangga. <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/jejak-raja-airlangga-di-bumi-lamongan.html"><b>Airlangga itu raja besar</b></a> malah lebih besar dari <b>Hayam Wuruk</b>.
Dari disertasi saya saja sudah 7 artikel saya buat tentang Airlangga,
yang paling lengkap ingin saya sampaikan di Lamongan supaya orang
Lamongan bisa bangga dengan leluhurnya”, Dr. Ninie Soesanti arkeolog UI.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/dsc00482.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="size-medium wp-image-185" src="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/dsc00482.jpg?w=300&h=225" height="225" title="yoni" width="300" /></a>Demikian ungkapan Dr. Ninie Soesanti
seorang arkeolog UI yang pernah meneliti beberapa prasasti Airlangga di
Lamongan. Ungkapan ini disampaikan melalui email saat saya berkomunikasi
tentang transkrip beberapa prasasti Airlangga di Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_185" style="width: 310px;">
<div class="wp-caption-text">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sepintas ungkapan di atas dan didukung dengan fakta arkeologis
dilapangan, maka judul tulisan diatas nampaknya tidak berlebihan.
Lamongan memang menyimpan banyak data berkaitan dengan masa pemerintahan
kerajaan Prabu Airlangga, terutama berupa tulisan diatas batu atau yang
biasa disebut dengan <b><i>prasasti batu</i></b>. Dari data
sementara yang terkumpul paling tidak terdapat 41 prasasti batu yang
sebagian besar diperkirakan berasal dari zaman sebelum munculnya
Kerajaan Majapahit, namun demikian belum pernah ditemukan adanya
keterangan prasasti pada era singasari. Beberapa prasasti seperti
prasasti pamwatan (Pamotan), prasasti Pasar Legi (Sendang Rejo, dulunya
satu Desa), prasasti Puncakwangi, Prasasti Wotan (Slahar Wotan), dan
lainnya jelas teridentifikasi sebagai prasasti-prasasti yang di
keluarkan oleh Prabu Airlangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping prasasti-prasasti yang tersebut
diatas masih banyak jajaran prasasti lainnya yang belum teridentifikasi
secara pasti mengenai tahun dikeluarkannya prasasti dan juga kandungan
isi dari prasasti tersebut. Yang perlu disayangkan adalah akibat dari
kurangnya perhatian berbagai pihak, banyak dari prasasti-prasasti
tersebut dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena terkesan tidak
ada kepedulian baik dari pihak yang berwenang maupun masyarakat secara
umum. Kondisi ini menyebabkan banyak prasasti yang makin rusak bahkan
kemudian banyak juga yang hilang dicuri, dirusak orang atau
tengelam/terkubur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut hasil-hasil penelitian para
arkeolog sebagian besar prasasti Airlangga banyak ditemukan disekitar
Jombang dan Lamongan, membujur dari sekitar Ploso ditepian sungai
Brantas, Sambeng, Ngimbang, Modo, dan Babat sekitar Bengawan Solo.
Berdasar dari data faktual berupa prasasti tersebut maka tidak heran
jika banyak ahli sejarah yang menyimpulkan bahwa pusat kekuasaan Raja
Airlangga diperkirakan berada di sekitar Ngimbang. Jika pendapat ini
benar maka bisa dipastikan bahwa Lamongan merupakan daerah yang penting
semasa Pemerintahan Kerajaan Airlangga. Tidak dapat dinafikan pula bahwa
wilayah Lamongan menjadi sentral dalam upaya mengungkap dan mempelajari
sejarah kerajaan Airlangga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-182"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Airlangga adalah penerus wangsa isana di jawa timur yang lolos dari bencana <b><i>pralaya</i></b>
yang meluluh lantakkan istana Mataram kuno masa pemerintahan
Dharmawangsa Teguh. Peristiwa serangan mendadak yang dilancarkan oleh
Raja Wurawari ini terjadi tepat pada saat pesta perkawinan antara
Airlangga dan putri Raja Dharmawangsa Teguh sedang berlangsung. Serangan
ini banyak menewaskan para pembesar Istana termasuk Raja Dharmawangsa
Teguh juga meninggal dalam serangan tersebut dan dicandikan di Wwatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Airlangga, yang datang ke Mataram untuk
dinikahkan dengan anak Dharmawangsa teguh, adalah anak dari
Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni, saudara perempuan Dharmawangsa
Teguh, dengan Udayana, seorang Raja dari wangsa Warmmadewa Bali. Saat
pesta perkawinan berlangsung peristiwa <i>pralaya</i> terjadi ( 1016 M) , Airlangga yang pada saat itu baru berumur 16 tahun mampu menyelamatkan diri dari <i>pralaya</i>,
bersama seorang hambanya yang setia, Narottama. Airlangga menjalani
kehidupan di hutan lereng gunung dan berkumpul dengan para pertapa dan
pendeta. Kehidupan Airlangga dihutan bersama dengan pertapa dan pendeta
nampaknya banyak memberikan pelajaran dalam perjalanannya kemudian saat
menjadi Raja. Sejak inilah perjuangan Airlangga dimulai. Sebagai jelmaan
dewa Wisnu (saksatiranwisnumurtti) Airlangga membangun tahta dari
puing-puing kehancuran kerajaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati masa persembunyian
dengan kalangan pertapa, Airlangga didatangi oleh utusan para pendeta
dari ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana) yang menyampaikan
permintaan supaya ia menjadi pemimpin di kerajaan yang istananya telah
hancur tersebut. Tahun 1019 Airlangga dengan direstui para pendeta dari
ketiga Aliran (Siwa, Buda, dan Mahabrahmana). Dia berhasil naik tahta
dengan bergelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmmawangsa Airlangga
Anantawikrama Utunggadewa dikukuhkan di Halu (ikanang halu kapratisthan
sri maharaja) selanjutnya Airlangga membuat arca perwujudan leluhurnya
yang telah dicandikan di Isanabajra (Sang lumah ring Isanabajra),
penobatannya dikukuhkan pada sasalanchana abdi vadane (bulan lautan muka
= 941 Saka/1019 M).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Periode awal pemerintahan Airlangga
dipenuhi dengan peperangan dan penaklukan negara-negara bawahan yang
pernah menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan Dharmawangsa Teguh.
Pada tahun 943 Saka (1021) Raja Airlangga telah memberi anugerah ‘sima’
kepada penduduk Desa Cane yang masuk wilayah tinghal pinghay, karena
mereka terlah berjasa menjadi “benteng” disebelah barat kerajaan,
senantiasa memperlihatkan ketulusan hatinya mempersembahkan bakti kepada
raja, tiada gentar mempertaruhkan jiwa raganya dalam peperangan, agar
sri maharaja memperoleh kemenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prasasti Pucangan memberitakan bahwa
antara tahun 1029 – 1037 Airlangga menaklukan Wuratan (1030 M) dengan
rajanya bernama Wisnuprabhawa terkenal sangat kuat <i>(atisayeng mahabala)</i>, pada tahun sama menyerang raja Panuda dari Wengker <i>(pangharpharpan mwang haji wengker).</i>
Tahun 1032, haji Wura Wari yang memporandakan kraton Dharmmawangsa
Teguh, menaklukan juga seorang ratu wanita (?) yang konon sangat gagah
seperti raksasi. Berita ini khusus dimuat pada bagian berbahasa
Sansekerta. Prasasti (tembaga) Terep (1032) menerangkan kraton Airlangga
di Wwatan Mas diserang musuh (?) sehingga Airlangga harus menyingkir ke
Patakan <i>(ri kala sri maharaja kalataya sangke wwatan mas mara i patakan).</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati berbagai peperangan,
penaklukan, dan konsolidasi diawal hingga pertengahan masa
pemerintahannya. Peringatan kemenangan kemudian dikukuhkan di dalam
prasasti Turun Hyang A (1036) dan menganugerahkan penghargaan daerah
sima kepada penduduk desa Turun Hyang karena jasa-jasanya dalam
pembiayaan dan pengelolaan pertapaan Sriwijayasrama dan
pertapaan-pertapaan lainnya di gunung Pugawat <i>(matang ya siddhaken prajnanira madamel yasa patapaning pucangan)</i> seperti disebut dalam prasasti Pucangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Patakan; Ibukota Sementara Dalam Pelarian Sang Raja</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/dsc00530.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="alignleft size-medium wp-image-187" src="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/dsc00530.jpg?w=225&h=300" height="200" title="direruntuhan candi" width="150" /></a>Periode antara tahun 951 saka (1029 M)
sampai dengan tahun 959 saka (1037 M) adalah periode penaklukan yang
dilakukan oleh Raja Airlangga terhadap musuh-musuhnya baik yang berada
wilayah barat, timur, dan selatan. Berita pada prasasti pucangan
memberikan keterangan tentang penyerangan-penyerangan yang dilakukan
oleh raja Airlangga atas musuh-musuhnya tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun demikian diantara tahun-tahun
tersebut bukan berarti istana Airlangga telah aman dari serangan musuh,
kesuksesan dalam penaklukan wilayah sekitar ternyata juga diselingi
dengan kekalahan bahkan pelarian. Peristiwa kekalahan yang dialami
Airlangga, sehingga ia terpaksa harus meninggalkan keratonnya di Wwtan
Mas dan melarikan diri dari istananya menuju ke Desa Patakan,
diterangkan dalam prasasti Terep tahun 954 Saka (21 Oktober 1032 M) <i>“sri maharaja katalayah sangke wwatan mas mara i patakan”</i>,
namun siapa musuh yang menyerangnya tidak jelas disebutkan. Para ahli
sejarah menduga bahwa yang melakukan serangan ini adalah Raja Wurawari,
artinya Raja Wurawari mendahului penyerangan terhadap ibukota kerajaan
Airlangga sebelum kemudian Airlangga membalas serangan tersebut dan
menghancurkan kerajaan Wurawari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam prasasti terep dikatakan bahwa raja
telah memberikan anugerah kepada Rakai Pangkaja Dyah Tumambong, adik
raja sendiri, karena telah berjasa pada waktu Raja Airlangga harus
menyingkir dari Wwatan Mas ke Desa Patakan. Di Desa Terep Rakai Pangkaja
bersembunyi didalam suatu pertapaan, dan disitu ia menemukan arca
Bhatari Durga. Maka ia berdo’a dan memohon kepada sang batari agar raja
memperoleh kemenangan dalam peperangan. Ia berjanji jika permohonan itu
terkabul ia akan mohon agar Desa Terep, tempat pertapaan itu, ditetapkan
menjadi sima. Maka kini setelah raja dapat mengalahkan musuhnya itu,
dan kembali bertahta diatas singgasana permata, Rakai Pangkaja Dyah
Tumambong Mapanji Tumanggala menghadap raja dan mengajukan permohonanya.
Maka dikabulkanlah permohonan itu, yaitu ditetapkannya pertapaan tempat
pemujaan betari sebagai daerah swatantra, termasuk sawahnya, kebunnya,
dan sungainya, dan ditambah lagi dengan anugerah gelar halu. Maka
selanjutnya ia bergelar Rake Halu Dyah Tumambong</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa kekalahan dan pelarian raja
Airlangga dari istana Wwatan Mas menuju desa Patakan terjadi pada tahun
yang sama dengan penaklukan yang dilakukan Raja Airlangga terhadap Raja
Wurawari. Jika perkirakan diatas benar, bahwa Raja Wurawari melakukan
serangan terlebih dahulu dan berhasil memaksa Raja Airlangga untuk
menyingkir ke Desa patakan. Maka dapat dipastikan bahwa serangan balik
terhadap Raja Wurawari di persiapkan oleh Raja Airlangga dari istana
sementara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berangkat dari istana sementara di Desa
Patakan Raja dengan diiringi oleh rakryan Kanuruhan Mpu Narottama dan
Rakryan Kuningan Mpu Niti berhasil menyerbu Raja Wurawari dari arah
Magehan (Magetan?). serangan ini berhasil melumpuhkan pertahanan Raja
Wurawari dan mengalahkannya, maka lenyaplah semua perusuh di tanah Jawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberadaan Desa Patakan sebagai pusat
pemerintahan sementara juga dikuatkan dengan adanya Prasasti Sendangrejo
Kecamatan Ngimbang (dulu bernama Desa Pasar Legi Kecamatan Sambeng) 965
Saka atau 1043 M, yang memuat tentang penghargaan/anugerah terhadap
penduduk Desa Patakan, sayang prasasti ini rusak pada bagian<i> sambandha</i>nya
sehingga tidak bisa terbaca secara jelas lagi. Sangat mungkin pemberian
anugerah ini berhubungan dengan pertolongan dan darma bakti penduduk
patakan terhadap Raja Airlangga pada saat melarikan diri ke desa
tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping keterangan dari Prasasti Terep
dan Prasasti Sendangrejo, Prasasti Patakan sendiri juga memuat anugerah
Raja kepada rakyat Desa Patakan. Patakan adalah suatu daerah yang pernah
dijadikan sima karena punya kewajiban memelihara bangunan suci <i>Sang Hyang Patahunan</i>,
sayang belum ada terjemahan yang cukup mengenai prasasti ini, isi
prasasti sebetulnya lengkap tetapi prasasti pecah berantakan. JLA
Brandes pernah membaca walaupun tidak lengkap. Prasasti tersebut
sekarang ada di Museum Nasional dengan nomor D22.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa Airlangga memilih Desa Patakan
sebagai tempat untuk melarikan diri dan memindahkan kekuasaanya untuk
sementara?. Pemilihan Desa Patakan sebagai tempat bagi Raja Airlangga
untuk melarikan diri sebenarnya bukanlah sebuah kebetulan semata, namun
merupakan sebuah perencanaan matang yang didasari oleh posisi strategis
Desa Patakan yang berada di bagian puncak dari perbukitan gunung kendeng
yang membujur kearah barat, disamping jaminan keamanan dan kesetiaan
yang bakal diterima oleh Raja Airlangga dari penduduk Desa Patakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Raja
Airlangga dinobatkan sebagai Raja dengan restu para pemuka agama dari
tiga aliran yang berkembang pada saat itu. Artinya Raja Airlangga
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan berbagai tokoh dan pemuka
agama dari berbagai aliran tersebut. Di Desa Patakan, sebagaimana isi
dari prasasti Patakan, tedapat bangunan peribadatan <i>Sang Hyang Patahunan, </i>yang berarti terdapat seorang<i> </i>pendeta
yang sudah demikian dekat dengan Raja Airlangga yang dengan segenap
daya dan pengikutnya tentu akan melindungi sang raja dari segala
gangguan musuh. Jaminan keamanan ini sangatlah penting dalam situasi
saat pelarian yang sangat beresiko jika saja sang Raja salah dalam
memilih lokasi pelarian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak heran jika kemudian Raja Airlangga
meneguhkan ulang status Sima bagi Desa Patakan untuk yang kedua kalinya
dalam Prasasti Sendangrejo (1043 M) yang juga merupakan prasasti
terakhir yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga sebelum kerajaan di belah
menjadi dua bagian Jenggala dan Pangjalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jejak mengenai tempat peribadatan atau
candi di Desa Patakan ini masih terlihat hingga sekarang dan dalam
keadaan yang memprihatinkan (penulis pernah mendatangi lokasi candi
ini), sayangnya hingga sekarang belum ada perhatian dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Lamongan dan juga belum ada penelitian dari kalangan
Arkeolog. Namun jika melihat jejak-jejak yang ada pada lokasi disekitar
bekas reruntuhan candi tersebut, masih ada situs-situs yang lain yang
belum dapat penulis identifikasi bentuk bangunannya satu persatu, sangat
mungkin keseluruhan dari bagian situs ini merupakan sebuah kompleks
bangunan (petirtaan atau bahkan istana) yang bersanding dengan sebuah
bangunan candi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pamotan; Kota Dahanapura Pangjalu Sebelum Kediri</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Raja Airlangga (1016-1042 M) memerintah
di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta).
Pusat kerajaan Airlangga berpindah-pindah karena diserang oleh musuh.
Setelah peristiwa <i>pralaya</i> yang menghancurkan istana Wwatan
milik Dharmawangsa Teguh, Airlangga yang bersembunyi di hutan lereng
gunung kembali merebut istana Wwatan, menurut prasasti Cane (1021 M)
Airlangga kemudian membangun istana Wwatan Mas. Prasasti Terep (1032 M)
menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan
karena serangan musuh. Setelah airlangga berhasil menaklukan Raja
Wurawari pada tahun 954 Saka (1032 M), rupanya Raja Airlangga tidak
kembali lagi ke Istana Wwatan Mas, namun ia justru meninggalkan istana
Wwatan Mas dan membangun istana/ibukota baru di Kahuripan. Berita ini
termuat dalam prasasti Kamalagyan 1037 M, yang berbunyi <i>“makateweka pandri sri maharaja makadatwan i kahuripan”.</i></div>
<i>
</i>
<br />
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_188" style="width: 310px;">
<i><i><a href="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/img_2158.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-188" src="http://chandikolo.files.wordpress.com/2010/03/img_2158.jpg?w=300&h=225" height="225" title="bekas lokasi prasasti Pamwatan" width="300" /></a></i></i><br />
<div class="wp-caption-text">
<i>lokasi Prasasti Pamwatan yang hilang </i></div>
</div>
<i>
</i><i></i><b> </b><br />
<div style="text-align: justify;">
Lalu sejak kapan airlangga memindahkan ibukota kerajaannya ke Dahana(pura)?. Nama Dahana(pura) termuat dalam uraian <i>Serat Calon Arang </i>sebagai
ibukota kerajaan Airlangga, namun dalam uraian serat tersebut tidak
disebutkan dimana letak kota Dahana(pura) juga tidak di Kediri ataupun
di Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum
Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang
berarti kota api. Nama ini terdapat dalam bagian atas prasasti Pamwatan
(Pamotan) yang dikeluarkan Airlangga tahun 964 Saka atau tepatnya 19
Desember 1042 Masehi yang merupakan prasasti akhir dari pemerintahan
Raja Airlangga. Hal ini tentu sesuai dengan berita dalam Serat Calon
Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah
tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhir November 1042, Airlangga
terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu
Dahana(pura). Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu
Kahuripan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah
menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama
Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai
pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu
memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat
dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri.
Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik
Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).<br />
<br />
kontributor : Yok’s Slice PriyoUnknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-73872178192137677572013-05-14T03:37:00.000-07:002014-05-05T08:50:09.226-07:00Prasasti Terbelengkai Ditemukan Budayawan Nasional Di Pasar Waduk Gondang<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Budayawan Nusantara Viddy AD Daery
( 48 tahun ) yang sedang menimba folklor-folklor lokal di daerah
Lamongan, menemukan sebuah situs prasasti yang terlantar di belakang
kompleks ruko Pasar Gondang di seberang lokasi wisata <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/prasasti-terbelengkai-ditemukan.html">Waduk Gondang</a> ,
desa Gondang , Kabupaten Lamongan.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Viddy
menimba folklor untuk keperluan bahan cerita skenario serial “Jejak
Wali” di MNC TV dimana Viddy adalah salah satu anggota tim penulis
skenario. Ia antara lain telah menghasilkan “Karomah Raden Klowor
Sendang” , “Sunan Hadi pendiri Lamongan” dan “Ki Ageng Brondong” yang
ditayangkan MNC TV tiap Sabtu dan Minggu malam.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br />
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
</div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Prasasti
itu sudah aus, jadi tulisannya sudah tidak bisa dibaca. Namun menurut
keterangan Khazin dan Yasak, tokoh budaya lokal, sepuluh tahun lalu
tulisan itu masih ada dan berupa tulisan arab gundul atau pego atau
jawi, lalu di bawahnya ada tulisan huruf Jawa Kawi.”tutur Viddy merujuk
keterangan tokoh budaya setempat.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Separoh
badan prasasti itu tertanam di dalam tanah. Tapi sepuluh tahun lalu ya
masih tegak kokoh.” kata Yasak yang sehari-harinya merupakan jurukunci
situs <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/prasasti-terbelengkai-ditemukan.html">makam Dewi Sekardadu</a>.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Itu
adalah prasasti peninggalan Syeh Subakir di zaman Kerajaan Kediri. Dia
ditugasi oleh Raja Kediri untuk memberi tumbal tanah Jawa. Prasasti itu
adalah tumbalnya !” kata Khazin yang membuka toko jamu “Stromina”
bersama anaknya di salah satu toko di kompleks ruko dekat prasasti
tersebut tergeletak.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Keterangan
Pak Khazin itu memang perlu dibuktikan, namun kalau merujuk adanya
tulisan arab disamping huruf Jawa di prasasti tersebut, maka, bisa
diduga bahwa Islam telah masuk Nusantara semenjak zaman Kediri, karena
prasasti itu dari zaman Kediri, dan memang legenda Syeh Subakir adalah
guru makrifat Raja-Raja Kediri,antara lain Prabu Joyoboyo yang
terkenal.”analisis Viddy yang juga menulis novel, puisi dan sering
diundang sebagai pembicara budaya di Singapura,Malaysia, Brunei,
Thailand dan Kamboja. Novel serialnya “Pendekar Sendang Drajat” kini
beredar di pasaran.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Analisis
Viddy yang lain adalah, desa Gondang adalah desa kuno yang sudah eksis
sejak zaman Airlangga, karena di desa tersebut ada situs prasasti zaman
Kediri, juga ada situs kuburan tua di dekat prasasti “Syeh Subakir”
tersebut tergeletak.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di
samping itu, di sebelah kiri prasasti juga terdapat situs makam “Dewi
Sekardadu” yang merupakan ibu dari Raden Paku alias Sunan Giri. Dewi
Sekardadu melarikan diri dari kekejaman ayahnya yang merupakan Raja
Blambangan yang tidak setuju Dewi Sekardadu menikah dengan Syeh Maulana
Iskak. Eranya adalah zaman akhir Majapahit.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Desa
Gondang adalah situs desa Kuno, yakni jalur dari Giri menyusuri Kali
Lamong ke arah barat menuju Mantup, lalu lewat desa Dumpi Agung terus ke
barat menuju Gondang terus menuju jalan raya kuno Majapahit via
Jombang-Babat/Bubat terus keTuban. Situs-situs di jalan raya itu sudah
diteliti oleh DR.Nini Susanti, dosen UI ( Universitas Indonesia ), yang
menyimpulkan bahwa di era akhir Kerajaan Airlangga, ibukotanya bergeser
ke Lamongan, yakni di desa-desa sekitar Kali Lamong , antara lain
Pamotan, Patakan, Garung, Ngimbang, Bluluk, Mada, Gondang dan sebagainya.
Nama kerajaannya adalah Dahanapura dan Kahuripan.” urai Viddy lebih
lanjut.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Viddy
menyayangkan keteledoran pemerintah. “Seandainya tidak teledor, sepuluh
tahun lalu ketika tulisan itu masih bisa dibaca,kan bisa menyewa ahli
filologi ,antropolog dan ahli epigrafi, sehingga makna tulisan prasasti
tersebut masih bisa dimengerti atau dianalisis maknanya.” sesal Viddy.</span></span></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Viddy
yang juga merupakan pengurus Yayasan Kertagama Jakarta akan berupaya
agar Yayasan Kertagama menyetujui upaya merawat dan meneliti
prasasti-prasasti yang terlantar di Nusantara. “Kalau pemerintah
teledor, ya masyarakat yang harus bertindak agresif, jangan sama-sama
teledor !” kata Viddy budayawan kelahiran Lamongan yang tahun ini
diundang ke acara budaya di New Delhi India dan Bandar Sri
Begawan,Brunei Darussalam.</span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-29594102041412843652013-05-14T03:35:00.000-07:002014-05-05T08:52:05.540-07:00Sebaran Prasasti dan Situs Kuno Di Wilayah Lamongan<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span>Secara kebetulan, Lamongan tercatat sebagai daerah terbanyak ditemukan
benda bersejarah. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
Mojokerto mencatat sebanyak 42 temuan situs sejarah yang menyebar di
berbagai kecamatan di Lamongan. Situs itu berupa artefak, candi atau
bentuk bangunan lainnya.<span id="more-81"></span> Bahkan, tiga bulan
belakangan ditemukan yoni dan batu-batu candi. Setelah dilakukan
penggalian sementara, disimpulkan bahwa galian tersebut memang berupa
candi. ”Ukurannya memang tidak besar. Hanya seluas 8 x 8 meter persegi.
Letaknya di Desa Siser, Kecamatan Laren, ” kata Sekretaris Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan, Bruno Bu’u.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Prasasti Gondang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZVRsAvM-qMl1sDbDWzOk_RbcMLZv3ACEJxOn-rt8p-iwTT0s7ci4ZbBirGWJg9ZuyRQn_OTAr0onxDREwooydn-i2oIushORm3HLuJ8jWAFNJQcXdCWBrE7sW47TgUd32TsKW34YDR4I/s1600/734bdfe344e22401c7a40b77a7034f87.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZVRsAvM-qMl1sDbDWzOk_RbcMLZv3ACEJxOn-rt8p-iwTT0s7ci4ZbBirGWJg9ZuyRQn_OTAr0onxDREwooydn-i2oIushORm3HLuJ8jWAFNJQcXdCWBrE7sW47TgUd32TsKW34YDR4I/s320/734bdfe344e22401c7a40b77a7034f87.jpg" height="164" width="320" /></a><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/sebaran-prasasti-dan-situs-kuno-di.html">Sebaran Prasasti Dan Situs Kuno Di Wilayah Lamongan</a></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam
verifikasi sumber data yang tertulis, banyak ditemukan ketidaksinkronan
dengan kenyataan di lapangan. Beberapa data terdahulu, diantaranya data
yang dilansir oleh Bapak Atmadi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 1984. Semua data mengenai benda kuno terutama yang terbuat
dari batu, seperti lumpang kuno, yoni, prasasti, situs dan lainnya,
semuanya di identifikasi sebagai prasasti. Hal ini sedikit membuat
kebingungan saat data tersebut di chek ke lapangan. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Data
selanjutnya bersumber dari catatan dinas kebudayaan dan pariwisata,
data ini juga tidak diterbitkan dan hanya sekedar menjadi catatan dan
laporan internal dinas. Dalam data ini juga merujuk dari data Pak
Atmadi, sehingga juga terdapat beberapa data yang belum terverifikasi. Hasil
Laporan kegiatan registrasi dan informasi oleh suaka peninggalan
sejarah dan purbakala di Kabupaten Lamongan (SPSP – Jawa Timur) Nopember
1987 dan tahun 2002. Dan juga hasil pendataan dan penelusuran tim LSAPS yang di lakukan 1 tahun sebelumnya.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keberadaan
prasasti sebagai sumber primer sangat berperan mengungkap segala bentuk
peristiwa dan kejadian bersejarah di wilayah Lamongan. Keberadaan
prasasti dalam hasil penelusuran Tim LSAPS dapat digambarkan sebagai
berikut;</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
</div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Prasasti di Kecamatan Sambeng, diantaranya:</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> </b><b> </b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Pamwatan </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/sebaran-prasasti-dan-situs-kuno-di.html">Prasasti Pamwatan dikeluarkan oleh raja Airlangga</a> melalui Mahamantri I Hino Sri
Samarawijaya. Dikeluarkan pada tahun 964 C / 1042 M dan bahan batu
andesit. Menurut beberapa penelitian arkeologi yang pernah dilakukan
terhadap prasasti tersebut sebelum hilang, menyebutkan tentang bagian
atas prasasti yang bertuliskan kata DAHANA(PURA) dalam aksara kwadrat
Kediri. Sehingga muncul analisa yang memperkirakan jika wilayah Pamotan
dan sekitarnya adalah pusat Kota Dahanapura yang merupakan ibukota
kerajaan Airlangga di akhir masa Pemerintahannya 964 C / 1042 M . </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Peninjauan
di lokasi sekitar prasasti pada area/radius sekitar 1 KM juga
menunjukkan adanya pecahan artefak-artefak kuno dan serakan batu bata
kuno berukuran besar, terutama disekitar pekuburan yang terletak 200-300
m di sebelah utara lokasi prasasti.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ditinjau
dari letaknya, prasasti ini berada di sebelah selatan kali lamong yang
di perkirakan sebagai batas dari kerajaan panjalu dan jenggala. Prasasti
ini jika kita hubungkan dengan letak prasasti pucangan (Calcutta) yang
berada di puncak bukit pucangan akan bertemu pada posisi garis lurus,
sehingga dimungkinkan terdapat akses jalan kuno yang besar antara
pamotan dan gunung pucangan pada masa itu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">2. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Nagajatisari </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
Nagajatisari berada di Dusun Nogojatisari berbahan batu putih, tinggi
165 cm, lebar 60 cm, ketebalan 20 cm, dan menggunakan huruf Jawa Kuno.
Posisi prasasti di tengah hutan jati milik perhutani yang jauh dari
pemukiman penduduk. Disekitar prasasti ini dibangun sebuah cungkup yang
cukup megah dengan dana secara swadaya, bagian bawah prasasti sebenarnya
masih bisa terbaca, namun karena bagian dasar prasasti yang sudah
dibangun sedemikian rupa maka pembacaan/pembuatan abklats pada prasasti
sulit dilakukan. Kondisi prasasti ini relatif lebih aman dibanding
dengan prasasti lainnya di Lamongan, meski berada di tengah hutan,
keberadaan cungkup yang terbuat dari beton dan adanya juru kunci di
bangunan cungkup membuat prasasti ini sangat terawat. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini ditengarai sebagai prasasti Airlangga menilik dari jenis hurufnya.
Sayang hingga sekarang belum diketahui tentang isi prasasti
Nagajatisari, dan kepada siapa prasasti ini diberikan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">3. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti lawan </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini terletak di dusun Lawan, desa Kedungwangi Kec. Sambeng. Kondisi
prasasti sudah sama sekali tidak terlihat tulisannya meski relative
terawat dan terdapat cungkup yang melindungi sejak lama.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Letak
prasasti ini pun cukup muda untuk ditemui yaitu di sebelah kiri gapura
masuk dusun lawan dan di depan bangunan rumah jaman belanda milik mantan
kepala desa setempat. Mengingat letaknya yang strategis maka keberadaan
prasasti ini cukup aman. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Catatan
pertama mengenai prasasti ini dapat ditemui dalam data registrasi
Belanda pada tahun 1907 wilayah Residen Surabaya. Data registrasi ini
mencatat ketinggian prasasti lengkap dengan bantalan pada masana 164 cm,
tinggi tanpa padmasana 140 cm, lebar bagian atas 110 cm, lebar bawah 90
cm dan memiliki ketebalan 12,5 cm. Sementara berdasarkan hasil survey
yang dilakukan oleh tim LSAPS, diperoleh hasil yang berbeda, yakni;
tinggi 165 cm, lebar 60 cm, tinggi 20 cm, dan menggunakan huruf Jawa
Kuno. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
Lawan ini ternyata pernah di transkrip oleh Brandes dalam OJO CXIII,
namun yang terbaca dari prasasti ini hanya pada bagian sapattha (sumpah)
bagi siapapun yang melanggar aturan dalam prasasti (detail transkrip
dalam lampiran).</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini dianugerahkan oleh seorang Raja yang menyebut dirinya Ҫri Paduka
Mpungku, melalui seorang Mahamantri I Hino yang tidak terbaca siapa
mahamantri yang dimaksudkan karena pada bagian nama mahamantri aksara
pada prasasti ini telah rusak. Siapa raja yang dimaksud yang bergelar
Ҫri Paduka Mpungku juga belum diketahui secara pasti. Namun sebagian
besar dari arkeolog berpendapat bahwa nama tersebut adalah sebutan untuk
Raja Airlangga. Disamping penggunaan kaligrafi aksara pada prasasti
yang juga mengindikasikan sebagai prasasti Raja Airlangga. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Isi
prasasti dimungkinkan tentang ketetapan tanah sima kepada penduduk Desa
Lawan, namun alasan penetapan sama sekali tidak diketahui.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 22.5pt; text-indent: -22.5pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">4. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Garung</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini dalam keadaan hancur dan tergeletak di tepi sungai dipinggir Desa.
Batu prasasti ini sebenarnya berukuran besar (lihat foto) dengan tinggi
lebih dari 120 cm, lebar sekitar 100 cm lebih, dan berbahan batu andesit
sementara penggunaan huruf tidak diketahui. Perkiraan ini dibuat
mengingat keadaan medan yang tidak memungkinkan pengukuran dilakukan
secara akurat. Menurut penduduk sekitar sebelumnya juga
terdapat Lapak persegi lima, yang dimungkinkan sebagai lapak Prasasti
dan masih menyisakan aksara. Sayang lapak tersebut juga sekarang tidak
diketahui lagi keberadaanya. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hampir
tidak ada catatan pendukung apapun dari prasasti ini selain dari
catatan pak Atmadi (P&K) yang menginformasikan bahwa ada sebuah
prasasti yang terletak di Desa Garung. Beberapa pencarian keberadaan
prasasti ini sebelumnya (setahun lalu) juga tidak membuahkan hasil. Baru
pada penelusuran sekarang atas informasi dari Bapak Samsuri dari Desa
Lawan maka tim dapat menemui keberadaan prasasti ini. Dan dari ciri
fisiknya maka dapat dikenali bahwa batu besar yang tergeletak ditepi
sungai ini adalah sebuah prasasti.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bagian
yang berbentuk segitiga dapat dikenali sebagai bagian atas prasasti
meski tidak utuh, dengan perkiraan ketinggian sekitar 150 cm lebih. Dan
lebar sekitar 90 cm, sementara tebal dari pasasti sekitar 30 cm dengan
sisi yang membulat. Pemeriksaan pada bagian yang terlihat hampir mulus
tanpa bekas tulisan, sementara sisi dibaliknya tidak dapat diketahui.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">5. </span></b> <b><span lang="IN">Prasasti Patakan</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini sudah sejak lama berada di museum Nasional Jakarta dan hampir tidak
diketahui asal persis prasasti ini, hanya di tuliskan bahwa prasasti
ini berasal dari daerah disekitar Surabaya. Prasasti ini berbahan batu
andesit, tinggi 104 cm, lebar atas 90 cm, lebar bawah 80 cm, tebal 24
cm, dan menggunakan huruf Jawa Kuno. Dari nama prasasti “PATAKAN” yang
identik dengan nama desa Pata’an sekarang maka tim berusaha mendapatkan
informasi seputar keberadaan prasasti patakan dan hasil transkrip
prasasti tersebut yang kebetulan sudah pernah dilakukan oleh Brandes.
Pembahasan terhadap isi prasasti tersebut juga sangat marak dalam dunia
arkeologi dan sejarah.<i></i></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Disebutkan
bahwa prasasti ini berisi tentang penetapan tanah sima di desa Patakan
sebagai kompensasi atas kewajiban bagi penduduk desa patakan untuk
memelihara bangunan suci yang bernama <b><i>Sang Hyang Patahunan</i></b>. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam
OJO LIX juga tidak terdapat penjelasan sejak kapan prasasti ini
diangkut ke Jakarta. Dalam data register tahun 1907 yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda, juga tidak terdapat laporan mengenai prasasti ini.
Sangat mungkin jika prasasti ini sudah berada di Jakarta jauh sebelum
tahun tersebut.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keberadaan
bangunan suci yang dimaksudkan dalam prasasti tersebut menjadi rujukan
bagi tim untuk menelisik lebih jauh daerah di sekitar Desa Patakan. Dan
sebuah reruntuhan yang disebut oleh penduduk sekitar sebagai candi yang
terdapat di tengah lahan perhutani nampaknya bisa memberi jawaban
terhadap isi prasasti tersebut. Dilokasi sekitar juga banyak ditemukan
struktur batu bata kuno berukuran besar.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b><span lang="IN"> Prasasti Sumbersari </span></b><b>I dan Prasasti Sumbersari 2</b><b></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Berdasarkan
hasil pelusuran, prasasti Sumbersi I berada di Dusun Sempur, desa
Sumbersari berbahan batu putih dengan ketinggian 144 cm, lebar atas 79
cm, ketebalan 30 cm, dan titik koordinat 07 17’16,8” dan 112 13’57,7.
Sementara Prasasti Sumbersari 2 berada di Desa Sumbersari berbahan batu
putih dengan ketinggian 80 cm, lebar bawah 60 cm, dan dengan ketebalan
24 cm. Kondisi permukaan prasasti sudah aus dan hampir tidak ditemui
jejak tulisan maupun aksara dalam tubuh prasasti. Ada kemungkinan juga
bahwa batu ini baru merupakan sebuah bakalan prasasti. Prasasti ini juga pecah pada bagian tengahnya tetapi masih tersambung tepat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebaran prasasti di Kecamatan Ngimbang, antara lain;</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 22.5pt; text-indent: -22.5pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b> <span lang="IN">Prasasti </span></b><b>S</b><b><span lang="IN">endangrejo</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini terletak di hutan jati sekitar dukuh titing Desa Sendang Rejo,
Kecamatan Ngimbang, jauhnya hanya sekitar 60 meter dari jalan yang
melintas hutan jati tersebut. Bentuk prasastinya agak kaku, bagian atas
berbentuk segitiga. Bahannya dari batu putih keras dengan ketinggian 140
cm, tinggi sisi 104 cm, lebar atas 90 cm, lebar bawah 80 cm, dan
ketebalan 24 cm sementara penulisannya menggunakan aksara Jawa Kuno. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kondisi
prasasti ini sekarang sudah hampir tak terlihat lagi jejak tulisan
dalam prasasti ini. Namun dalam berita penelitian arkeologi sebelumnya,
No.47 yang dikeluarkan oleh Puslitarkenas. Disebutkan bahwa masih
terdapat jejak tulisan tipis yang terdapat pada keempat sisi prasasti,
disisi depan ada 22 baris , sisi belakang aus sama sekali, di sisi C asa
14 baris dan disisi D juga ada 14 baris . aksara dan bahasa jawa kuno.
Tulisan yang dapat terbaca menyebutkan nama Airlangga, nama I Hino
Sanggarama-Wijaya dan memuat angka 965 saka atau 1043 M. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menurut
pembacaan Brandes, prasasti ini diturunkan kepada penduduk Desa Patakan
karena telah berjasa kepada Raja Airlangga, namun jasa apakah yang
dimaksudkan dalam prasasti tersebut tidak diketahui.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebaran prasasti di kecamatan Ngimbang diantaranya; </b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">1. </span></b><b><span lang="IN"> Prasasti Sendang Gede Ngimbang</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini ada di desa ngimbang, kecamatan ngimbang: sebagian batunya
terbenam. Bagian yang tampak setinggi 102 cm, lebar 98 cm, tebal 21 cm, dan
bahan dari batu putih. Disisi depan tampak tulisan sebanyak 26 baris,
disisi belakang juga data tulisan sebnyak 26 baris sedangkan disudut C
dan D tidak tampak tulisannya. Aksaranya jawa kuno dan tentunya
bahasanya jawa kuno ( walaupun tidak terbaca). Bahan bakunya mengandung
banyak pasir.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini terletak disebelah timur sendang dan menancap di tanah, bagian
bawah tidak diketahui bentuk aslinya, apakah terdapat padmasana ataukah
langsung menancap di tanah.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terlindungi
dengan sebuah cungkup yang sederhana dengan bagian atap terbuat dari
seng. Dengan kondisi yang kurang terrawat dan rawan dari sisi keamanan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">2. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Drujugurit</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
Druju Gurit merupakan prasasti yang cukup besar dibanding prasasti
lainnya di Lamongan, bahkan bisa dikatakan paling besar untuk
prasasti-prasasti di Lamongan. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bentuk
prasasti Druju Gurit yang terdapat di Kecamatan Ngimbang ini seperti
prasasti dari sendang Rejo tetapi lebi lebar. Ukuran tingginya 167 cm,
labar 122 cm, tebalnya 46 cm, dan bahan batu kapur putih. Kaki prasasti
dipahat dari hiasan Padma Ganda. Tulisanya sangat aus, disisi depan ada
26 baris, disisi belakang juga tampak 26 baris sedangkan di sisi C dan D
tidak tampak tulisanya. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bahan
batunya mengandung bahan kapur dan sangat rapuh. Dibagian bawah
terdapat hiasan padmasana.Prasasti ini juga terletak di sebelah utara
sebuah sendang di dusun Gurit, berjarak sekitar 150 meter dari sekitar
sendang dusun Gurit. Disekitar lokasi prasasti juga banyak ditemukan
fragmen pecahan gerabah dan batubata kuno. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini juga diperkirakan sebagai prasasti peninggalan Raja Airlangga atau
generasi penerus Airlangga, mrngingat belum ada penerjemahan terkait isi
prasasti dan kepada siapa prasasti ini diberikan. Identifikasi hanya bisa dilakukan terhadap jejak aksara pada prasasti yang sudah sangat aus dan tak dapat lagi di baca.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">3. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Wotan </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini ada di Dusun Curing/Wotan, Desa Slahar Wotan, Kecamatan Ngimbang.
Tinggi batunya 121.5 cm, lebar 74 cm, tebal 25 cm, berbahan batu putih,
dan menggunakan aksara Jawa Kuno. Tulisan yang tampak disisi depan ada
31 baris, disisi belakang ada 30 baris, disisi C 26 baris dan di sisi D
ada 21 Baris. Tulisanya sangat aus tetapi bentuk hurufnya serupa dengan
prasasti jaman Airlangga.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Belum
ada transkrip yang ditemukan terkait prasasti ini dalam beberapa
penelitian arkeologi sebelumnya, sehingga belum diketahui isi dari
prasasti tersebut, identifikasi hanya bisa dilakukan dari sisi bentuk
dan aksara yang digunakan. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Namun
demikian indikasi kuat prasasti ini berasal dari zaman Airlangga atau
generasi penerus Airlangga, terlihat dari model aksara yang terdapat
pada prasasti ini.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 13.5pt; text-indent: -13.5pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">4. </span></b><b><span lang="IN"> Prasasti Purwokerto</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
Purwokerto terletak di pematang sawah di dataran yang lebih dari
perkampungan, ditemukan dalam keadaan sudah hancur berantakan. Prasasti
ini berketinggian 40 cm, lebar 20 cm, ketebalan 20 cm, dan berbahan
batu putih. Reruntuhan dari prasasti juga terdapat disekitanya. Hampir
tidak ditemukan jejak tulisan apapun pada badan prasasti karena
kondisinya yg hancur dan berlumut. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bentuk
awal prasasti ini juga tidak diketahui, termasuk penduduk sekitar juga
sudah tidak tahu lagi bentuk semula. Sebagian dari badan prasasti masih
menancap di tanah dan tertimbun dengan rerumputan dan tanah pematang,
sebagian dari reruntuhannya terdapat di sekeliling. Paling tidak
terdapat 4 bongkahan batu pecahan prasasti ini disekitar lokasi tersebut
dan terpendam sebagian di dalam lumpur sawah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">5. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti lemahbang</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini berdiri di sebelah barat dusun ditengah tanah yang rimbun ditumbuhi
pepohonan, terletak pada bagian tanah yg agak tinggi dibandingkan
dengan lahan sekitar dan berdekatan dengan tanah pekuburan. di </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini berada di Desa lemahbang, kecamatan ngimbang. Bahan batunya banyak
mengandung kapur, ukuranya tinggi 104, lebar 74, dan tebal 20 cm, di
sisi depan tampak tulisan sebanyak 23 baris, disis belakang ada 26
baris, disisi C ada 23 baris dan disisi D juga da 23 baris dengan aksara
Jawa kuno. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jejak
aksara pada prasasti ini relative lebih jelas dibanding seluruh
prasasti yang ada di Lamongan. Meski sudah menipis hurufnya, hasil
berita laporan penelitian arkeologi No.47 menyebutkan bahwa pada salah
satu baris disisi depan terbaca kata “Imah Irah”, artinya
sama dengan lemahabang atau tanah merah. Tidak diketahui secara pasti
isi keseluruhan prasasti ini, namun banyak ahli epigrafi berpendapat
bahwa prasasti ini diperkirakan sebagai prasasti jaman Airlangga.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">6. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Brumbun </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini tergeletak/roboh dilahan persawahan milik bapak Salam, warga dusun
brumbun Desa Lamongrejo. Bagian atas prasasti berbentuk segitiga dengan
puncak lancip. Pada permukaan prasasti terlihat halus dan tulisan pada
prasasti tak dapat dikenali lagi. Prasasti ini berketinggian 210 cm,
lebar 90 cm, ketebalan 22 cm, dan berbahan andesit</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dilihat dari struktur pada foto diatas, maka terlihat sebuah tonjolan yang berfungsi sebagai akar ketika
prasasti ditancapkan, agar tidak terus tertekan kedalam tanah terdapat
juga penahan yg lebih tebal dari badan prasasti, seperti sabuk .
Tonjolan ini berukuran sekitar 66 cm yang mestinya tertancap kedalam
tanah. Kondisi prasasti ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan
perhatian yang serius karena sangat rawan terhadap pencurian. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="line-height: 150%;">7. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti Mendogo</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti ini tertancap di sebuah akar pohon, dengan kondisi pohon
menjepit badan prasasti, hanya bagian tas ujung prasasti yang terlihat
dengan posisi miring. Sehingga sulit diketahui ukuran pasti badan
prasasti, baik lebar, maupun tingginya. Hanya ketebalan saja yg dapat
diukur, yaitu sekitar 20 cm. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jejak
tulisan pada prasasti ini juga sangat sulit dikenali mengingat
kondisinya berlumut dan sangat aus, ditambah medan yang sangat sulit. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hampir tidak ada keterangan apapun mengenai prasasti ini, data yang ada hanya sekedar catatan dari dinas setempat. Juga tidak ditemui data pada registrasi maupun penelitian sebelumnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebarab prasasti di Kecamatan Modo, diantaranya;</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>1. Prasasti Sedah</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terletak di Dusun Sedah, Desa Pule Kec.
Modo. Kondisi prasasti ini sudah sangat aus, sehingga tidak dikenali
lagi jejak aksaranya, atau bisa jadi baru sekedar bakalan prasasti.
Prasasti ini berketinggian 153 cm, lebar 95 cm, ketebalan 29 cm, dan
berbahan batu putih. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini berada disekitar persil perhutani dan berdekatan dengan jalan
menuju kec. Modo. Disekitar prasasti berjarak sekitar 200 m, juga
terdapat sebuah Punden yang dinamakan Punden Sentono. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Namun
demikian tidak diketahui pasti apakah antara batu prasasti dan punden
ini apakah saling berhubungan. Tidak ada juga catatan mengenai prasasti
ini dari penelitian ataupun register yang pernah dilakukan sebelumnya.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keadaan
prasasti sekarang cukup terlindungi dengan keberadaan sebuah cungkup
yang dibuat secara permanen dan berpagar besi disekitar lokasi prasasti.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>2. Prasasti sambangan 1</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN">Prasasti
yang dikenal dengan prasasti sambangan I ini terletak ditengah-tengah
areal persawahan milik Bpk. Parlan, disebelah barat sendang desa, yang
terlihat hanya sebagian badan prasasti. Bentuk bagian atas prasasti
kurawal (akolade) dengan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang.
Keadaan tidak terawat</span>, p<span lang="IN">rasasti yang tulisanya tidak terlihat lagi ini berada pada posisi 07° 14’ 42,5” LS dan 112° 07’ 56,5” BT</span>, berketinggian 65 cm, lebar 72 cm, ketebalan 14 cm, dan berbahan bahan putih.</span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> <span lang="IN"> </span></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">3. </span></b><b><span lang="IN">Prasasti sambangan 2</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
yang dikenal dengan prasasti sambangan II ini terletak pada pematang
sawah milik Bpk. Parlan, ± 50 m arah barat dari prasasti sambangan I,
sebagian besar prasasti tertanam di dalam tanah hanya terlihat sebagian,
permukaan kasar dan berlubang-lubang sehingga tulisanya sulit dikenali,
keadaan tidak terawat. Prasasti ini berada di Dusun Sambangan, Desa
Sambangrejo, Kecamatan Modo berketinggian 47 cm, lebar 73 cm,
berketebalan 29 cm, berbahan batu putih, dan berada pada titik koordinat
07⁰ 14’ 42,5” LS dan 112⁰ 07’ 56,5” BT.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebaran prasasti di kecamatan Mantup, diantaranya: </b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b><span lang="IN"> Prasasti Tugu</span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span class="hps">Prasasti
ini terletak di Desa Tugu Kecamatan Mantup, dengan kondisi sekitar
tanpa ada pelindung atau cungkup. Menurut penduduk setempat, prasasti
ini terletak disebuah tanah punden, ditandai dengan sebuah kuburan
disamping prasasti tersebut. Keadaan prasasti sudah sangat aus dan tidak
ditemukan jejak tulisan sama sekali, sangat mungkin ini adalah sebuah
bakalan prasasti.</span></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span class="hps">Berita
register yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1907 juga
menyebutkan hal yang sama, bahwa prasasti ini sejak terdata tidak
diketahui jejak tulisan pada badan prasasti. Prasasti ini berketinggian
147 cm, lebar 92 cm, berketebalan 22 cm, dan berbahan andesit. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebaran prasasti di Kecamatan Brondong, diantaranya:</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-left: 22.5pt; text-indent: -22.5pt;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b><span lang="IN"> Prasasti Sendangharjo </span></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti ini terletak di tengah-tengah sebuah pasar Desa, tepatnya di Dusun Wide, Desa Sendangharjo Kec. Brondong.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam
beberapa catatan Pemerintah Daerah Lamongan, Prasasti ini sebenarnya
dinyatakan telah hilang. Namun sebuah dokumen foto yang sempat diberikan
oleh Pak Suyari (Kabid Kebudayaan 2009). Menjadi bekal penelusuran tim
LSAPS, dan mendapati prasasti ini bersama seorang warga (P. Turkan).</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini sudah sangat aus dan bahkan sangat halus sehingga tidak diketahui
lagi jejak tulisannya, kondisinya juga patah terbagi dua. Masing-masing
bagian tertancap ditanah dan disemen dengan kuat bersama lantai pasar. Terbuat dari batuan Lokal yang berwarna kuning dan sangat keras. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Posisi
prasasti betketebalan 18 cm, Lebar prasasti 110 cm, dengan tinggi
masing-masing bagian 45 cm dan 65 cm sementara bahan dari batu kuning.
Tidak diketahui literatur terhadap prasasti ini, sehingga tidak dapat
diketahui dari peninggalan kerajaan apa dan raja siapa, serta isi
prasasti seharusnya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Persebaran prasasti di Kecamatan Turi, diantaranya:</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN">1. </span></b><b>Prasasti Keben.</b><b></b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Prasasti
ini terletak di Desa Keben kec. Turi Lamongan, berada disebelah selatan
sebuah lapangan bola ditimur Desa. Prasasti ini pernah tercatat dalam
register belanda tahun 1907. Dari data register dapat diketahui jika
prasasti ini berhuruf jawa kuno, dengan ukuran tinggi 132 cm, lebar 105
cm, dan ketebalan 10 cm. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mengingat
lokasi prasasti ini sekarang berada disebuah genangan air, hingga
sekarang belum dapat dilakukan pemotretan, pengukuran dan pemantauan
ulang sehingga bentuk fisik prasasti belum dapat ditampilkan. Dalam
beberapa data sebelumnya prasasti ini sudah dinyatakan hilang.</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Data
persebaran lebih lanjut mengenai seluruh prasasti di Lamongan akan di
uraikan dalam laporan yang sedang kami susun bersama tim telusur.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>Catatan Penutup</b></span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> Sekitar
pantura jawa (Paciran dan Brondong), Bengawan Solo, dan Kali Lamong
adalah lahan penelitian arkeologis yang belum banyak di ungkap oleh para
arkeolog dan sejarawan. Jika dilihat dari jejak arkeologis yang ada,
yakni banyaknya prasasti yang tersebar maka Lamongan berpotensi untuk
menjadi rujukan utama dalam penggalian sejarah Kerajaan Airlangga.
Kemungkinan besar Lamongan mampu membuktikan sebagai salah satu ibu
kota Kerajaan Airlangga (Kahuripan) masa itu, berdasarkan dari fakta
arkeologis yang ada (Prasasti Pamwatan 1042M dan Prasasti Terep 1032M).</span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Berbagai bukti arkeologi yang telah ditemukan berperan mengungkap sejarah panjang Kabupaten
Lamongan. Terkait upaya menguak sejarah di Kabupaten Lamongan khususnya
masa Raja Airlangga, masih mengalami banyak persoalan yang cukup rumit,
karena ketersediaan data yang terbatas maka harus disikapi dengan
hati-hati dan cermat dalam memberikan penafsiran maupun interpretasi.
Kendati banyak bukti yang ditemukan tetap saja tidak bisa berbuat banyak
mengingat tidak semua penemuan bisa diidentifikasi, yang muncul
kemudian penggalan-penggalan peristiwa sehingga peristiwa
sejarah tidak terbaca secara utuh. Kondisi seperti ini tidak menutup
kemungkinan perlu diadakanya penelitian lebih lanjut. </span></span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> Berdasarkan hasil penelusuran dilapangan yang telah dilakukan LSAPS ada
sekitar 30 prasasti batu, yang tersebar di hampir semua wilayah
kecamatan di Kabupaten Lamongan. Sekitar 8-10 diantaranya sekarang
hilang (dicuri/tenggelam). diantaranya, prasasti Pamwatan. Prasasti Garung, Prasasti candisari dll. Ditambah lagi dengan kondisi
sebagian besar prasasti batu yang memprihatinkan dan sangat butuh
perhatian dari berbagai pihak, kecuali prasasti Nogojatisari yang dijaga
penuh dan di cungkup-i dengan bangunan permanen. Maka
pemerintah daerah diharapkan pro aktif dalam melakukan perlindungan
benda cagar budaya sebelum sejarah besar Lamongan lenyap tinggal cerita.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: xx-small;">sumber : Priyo Utomo </span></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-53622848058660231722013-05-14T03:26:00.004-07:002014-05-05T08:52:29.095-07:00Makam Joko Tingkir ( Mas Karebet ) di Lamongan...??<h3 class="post-title entry-title">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://arjurohmah.blogspot.com/2012/11/dukoh-pinggoboyo-kecamatan-maduran.html">Dukoh, Pinggoboyo Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan</a></span></span>
</h3>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ubnTN_kx0Es/UOu6RGnjk-I/AAAAAAAACVA/hjoRva_NUxE/s1600/Foto1529.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-ubnTN_kx0Es/UOu6RGnjk-I/AAAAAAAACVA/hjoRva_NUxE/s200/Foto1529.jpg" height="150" width="200" /></a></span></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dusun Dukoh</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Dukoh</span></b><span style="line-height: 150%;"> adalah
sebuah dusun kecil Rt. 08 Rw.O3 di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/makam-joko-tingkir-mas-karebet-di.html">Desa Pringgoboyo</a> Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan. Disanalah tempat aku dilahirkan dan pertama kali mengenal kehidupan,
Minggu Wage tanggal 1 April 1990. </span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><br /></span></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Oezp4kXvcDM/UOu8x_zS2TI/AAAAAAAACXQ/d6sA49EVa7E/s1600/Foto1533.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-Oezp4kXvcDM/UOu8x_zS2TI/AAAAAAAACXQ/d6sA49EVa7E/s200/Foto1533.jpg" height="150" width="200" /></a></span></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Makam Mbah Anggungboyo</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><b><span style="line-height: 150%;">Makam <i>Mbah Anggungboyo</i></span></b><span style="line-height: 150%;">,
orang-orang disana menyebut makam itu adalah makam <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/makam-joko-tingkir-mas-karebet-di.html"><b><i>Joko Tingkir</i></b><i>.</i></a>
Sebuah makam keramat yang terkadang dikunjungi banyak penziarah dari luar desa
bahkan luar kota, bahkan Almarhum KH. Abdul Rahman Wahid atau terkenal dengan
sebutan “<b><i>Gusdur</i></b>” pernah dua kali berziarah kesana. Dan bahkan <span style="font-size: small;">Alm. <span style="font-size: small;">Manta<span style="font-size: small;">n Presiden Soeharto menurut sumber pernah datang berziarah <span style="font-size: small;">pada malam hari agar tidak diketahui. </span></span></span></span></span></span></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.25in;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"> Di pinggir makam tersebut
tumbuh pohon asam yang batangnya berukuran ± 1 meter, entah berapa usia pohon
tersebut, mungkin puluhan atau bahkan ratusan tahun. Dulu ketika masih sekolah
madrasah ibtidaiyyah, aku dan teman-temanku sering mencari asam yang jatuh dan
dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu. Namun, karena usia yang terlalu lama
pohon tersebut sekarang telah kering. Juru kunci makam tersebut bernama <b><i>Atekan</i></b><i>, </i><span style="font-size: small;"><i>yang aktivitas nya </i></span>banyak dihabiskan
dalam makam tersebut, dan sering beliau tidur di Langgar keci<span style="font-size: small;">.</span> </span></span></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitqghaZKjQ6xUGEN3xMDcAIdlmIuqiLhY16qw1yvcVQ3REZG-F9XOv284DzYi8_gHNcJpBncQiSB-irpW2YgnKoeQIi79zDzVNGP4AbZWStkePwrfo1tBvNRwQZJ5h5vmZ5km784d4Drc/s1600/Foto1534.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitqghaZKjQ6xUGEN3xMDcAIdlmIuqiLhY16qw1yvcVQ3REZG-F9XOv284DzYi8_gHNcJpBncQiSB-irpW2YgnKoeQIi79zDzVNGP4AbZWStkePwrfo1tBvNRwQZJ5h5vmZ5km784d4Drc/s1600/Foto1534.jpg" /></a></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;">Namun menurut beberap<span style="font-size: small;">a sumber lain<span style="font-size: small;">, mengatakan bahwa di Pringgoboyo <span style="font-size: small;">adalah </span>makam pengawal<span style="font-size: small;">nya <span style="font-size: small;">Joko Tingkir, dan ada yang menyebut petilasan Joko Tingkir sebagai penanda.</span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Hal begitu dikuatkan jika merujuk oleh Serat centhini, </span></span></span></span></span></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><i> </i></span></span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><i><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/makam-joko-tingkir-mas-karebet-di.html">Serat centhini</a> di atas memestikan bahwa peran sentral tokoh Joko
Tingkir bukan di Lamongan melainkan di pajang dekat kota solo. Terlebih
disaat Joko Tingkir sibuk berkutat mempertahankan eksistensi pajang
setelah perpindahannya. Pikiran beliau terus menerus fokus pada
implikasi masalah penyerahan tanah mentaok dekat kota yogyakarta ke
tnagan Ki Ageng Pemanahan. Gara-gara keyakinan beliau sebagai penganut
ma’rifat kejawen menunggaling kawulo gusti mempercayai ramalan Sunan
Giri , bahwa tanah mentaok yang dihadiahkan itu kelak akan menjadi
kerajaan besar menjelma sebagai pusat politik di tanah Jawa.</i> </span></span></span></span></span></span></span> </div>
Unknownnoreply@blogger.com69tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-8703037213650782252013-05-14T03:15:00.001-07:002014-05-05T08:52:49.463-07:00Asal -Usul Joko Tingkir (Mas Karebet) Yang Jadi Ikon Persela<div style="text-align: justify;">
Nama aslinya adalah <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"><b>Mas Karèbèt</b>,</a> putra <span style="color: black;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html">Ki Ageng Pengging</a> atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_beber" title="Wayang beber">wayang beber</a> dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"> </a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Syekh Siti Jenar">Syekh Siti Jenar</a>. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh tahun kemudian, <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pengging" title="Ki Ageng Pengging">Ki Ageng Pengging</a> dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Demak" title="Kerajaan Demak">Kerajaan Demak</a>. Sebagai pelaksana hukuman ialah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kudus" title="Sunan Kudus">Sunan Kudus</a>.
Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan
meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai
Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah <span style="color: black;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Sunan Kalijaga">Sunan Kalijaga</a>. Ia juga berguru pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Sela" title="Ki Ageng Sela">Ki Ageng Sela</a>, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Juru_Martani" title="Ki Juru Martani">Ki Juru Martani</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a>, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ki_Panjawi&action=edit&redlink=1" title="Ki Panjawi (halaman belum tersedia)">Ki Panjawi</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Silsilah Jaka Tingkir :</div>
<div style="text-align: justify;">
Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja
Brawijaya)→ Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng Pengging→ Mas
Karebet/Jaka Tingkir</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Mengabdi_ke_Demak">Mengabdi ke Demak</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"><i></i></a><i><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1662042575403633366" title="Babad Tanah Jawi">Babad Tanah Jawi</a></i> selanjutnya mengisahkan, Jaka Tingkir ingin mengabdi ke ibu kota <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a>. Di sana ia tinggal di rumah Kyai Gandamustaka (saudara Nyi Ageng Tingkir) yang menjadi perawat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Demak" title="Masjid Demak">Masjid Demak</a> berpangkat <i>lurah ganjur</i>. Jaka Tingkir pandai menarik simpati raja Demak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Trenggana" title="Trenggana">Trenggana</a> sehingga ia diangkat menjadi kepala prajurit <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a> berpangkat <i>lurah wiratamtama</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu kemudian, Jaka Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan
prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama Dadungawuk yang sombong dan
suka pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan Dadungawuk tewas hanya
dengan menggunakan Sadak Kinang. Akibatnya, Jaka Tingkir pun dipecat
dari ketentaraan dan diusir dari <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo
Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Setelah tamat,
ia kembali ke <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a> bersama ketiga murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Rombongan Jaka Tingkir menyusuri Sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit. Muncul kawanan siluman <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buaya" title="Buaya">buaya</a> menyerang mereka namun dapat ditaklukkan. Bahkan, kawanan tersebut kemudian membantu mendorong rakit sampai ke tujuan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Trenggana sekeluarga sedang berwisata di Gunung Prawoto.
Jaka Tingkir melepas seekor kerbau gila yang dinamakan sebagai Kebo Danu
yang sudah diberi mantra (diberi tanah kuburan pada telinganya). Kerbau
itu mengamuk menyerang pesanggrahan raja, di mana tidak ada prajurit
yang mampu melukainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah
dibunuhnya. Atas jasanya itu, Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir
menjadi lurah wiratamtama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah dalam babad tersebut seolah hanya kiasan, bahwa setelah dipecat, Jaka Tingkir menciptakan kerusuhan di <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a>, dan ia tampil sebagai pahlawan yang meredakannya. Oleh karena itu, ia pun mendapatkan simpati raja kembali.</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Menjadi_Raja_Pajang">Menjadi Raja Pajang</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
Prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babad_Tanah_Jawi" title="Babad Tanah Jawi">Babad Tanah Jawi</a>. Hal itu dapat dilihat dengan diangkatnya Jaka Tingkir sebagai Adipati <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> bergelar Adipati Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempaka, putri Trenggana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Prawoto" title="Sunan Prawoto">Sunan Prawoto</a> seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Penangsang" title="Arya Penangsang">Arya Penangsang</a>
(sepupunya di Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang membunuh karena Sunan
Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo Penangsang yang bernama
Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di tepi
Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan adik kandung Trenggana sekaligus
juga merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini
dilakukan dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Selain itu Aryo
Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Kalinyamat yang
menjadi bupati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepara" title="Jepara">Jepara</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aryo_Penangsang" title="Aryo Penangsang">Aryo Penangsang</a> mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>, tapi gagal. Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk mempermalukan <a href="http://www.blogger.com/goog_1919792782" title="Arya Penangsang">Arya Penangsang</a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html">.</a></span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepeninggal suaminya,<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"> </a><span style="color: black;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Ratu Kalinyamat">Ratu Kalinyamat</a> (adik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Prawoto" title="Sunan Prawoto">Sunan Prawoto</a>) mendesak Adiwijaya agar menumpas <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aryo_Penangsang" title="Aryo Penangsang">Aryo Penangsang</a> karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Adiwijaya segan memerangi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aryo_Penangsang" title="Aryo Penangsang">Aryo Penangsang</a> secara langsung karena sama-sama anggota keluarga <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a> dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aryo_Penangsang" title="Aryo Penangsang">Aryo Penangsang</a> akan mendapatkan tanah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pati" title="Pati">Pati</a> dan mentaok/<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> sebagai hadiah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayembara diikuti kedua cucu <span style="color: black;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Ki Ageng Sela">Ki Ageng Sela</a>, yaitu <a class="mw-redirect" href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"> </a>dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Juru_Martani" title="Ki Juru Martani">Ki Juru Martani</a> (kakak ipar <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a>) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Penangsang" title="Arya Penangsang">Arya Penangsang</a>
setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang
menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> dengan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam
pemerintahan. Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara,
sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri berpangkat ngabehi.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Sumpah_setia_Ki_Ageng_Mataram">Sumpah setia Ki Ageng Mataram</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai perjanjian sayembara, <span style="color: black;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ki_Panjawi&action=edit&redlink=1" title="Ki Panjawi (halaman belum tersedia)">Ki Panjawi</a> mendapatkan tanah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pati" title="Pati">Pati</a> dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai tahun 1556, tanah <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> masih ditahan Adiwijaya. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> segan untuk meminta. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga" title="Sunan Kalijaga">Sunan Kalijaga</a>
selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata,
alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika
mendengar ramalan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Prapen&action=edit&redlink=1" title="Sunan Prapen (halaman belum tersedia)">Sunan Prapen</a> bahwa di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan kebesaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Penangsang" title="Arya Penangsang">Arya Penangsang</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga" title="Sunan Kalijaga">Sunan Kalijaga</a> meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> juga diwajibkan bersumpah setia kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> pada kakak angkatnya itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanah <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> adalah bekas kerajaan kuno, bernama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram" title="Kerajaan Mataram">Kerajaan Mataram</a> yang saat itu sudah tertutup hutan bernama Alas Mentaok. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> sekeluarga, termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Juru_Martani" title="Ki Juru Martani">Ki Juru Martani</a>, membuka hutan tersebut menjadi desa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat perdikan atau sima swatantra. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus membayar pajak dan upeti.</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Menundukkan_Jawa_Timur">Menundukkan Jawa Timur</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" title="Jawa Tengah">Jawa Tengah</a> saja, karena sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a> yang melepaskan diri.</span> Negeri-negeri di <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa Timur</a> yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya" title="Surabaya">Surabaya</a>. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura" title="Pulau Madura">Madura</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Blambangan" title="Blambangan">Blambangan</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1568<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"> </a><span style="color: black;"><a class="new" href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Sunan Prapen (halaman belum tersedia)">Sunan Prapen</a> penguasa <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html" title="Giri Kedaton">Giri Kedaton</a>
menjadi mediator pertemuan antara Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri
yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama
diambil sebagai menantu Adiwijaya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura" title="Pulau Madura">Madura</a> setelah penguasa pulau itu yang bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pertemuan tahun 1568 itu, <span style="color: black;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Prapen&action=edit&redlink=1" title="Sunan Prapen (halaman belum tersedia)">Sunan Prapen</a> untuk pertama kalinya berjumpa dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> akan ditaklukkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> melalui keturunan Ki Ageng tersebut.</span> Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya pada kehendak takdir.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/asal-usul-joko-tingkir-mas-karebet-yang.html"><span class="mw-headline" id="Pemberontakan_Sutawijaya">Pemberontakan Sutawijaya</span></a> </h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> adalah putra <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Ageng_Pemanahan" title="Ki Ageng Pemanahan">Ki Ageng Pemanahan</a> yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> menjadi penguasa baru di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun penuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu setahun berlalu dan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>. Mereka menemukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>
bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua
pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan
mereka yang disampaikan secara halus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>. Kali ini yang berangkat adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Benawa" title="Pangeran Benawa">Pangeran Benawa</a> (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuban" title="Tuban">Tuban</a>), serta Patih Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>. Di tengah keramaian pesta, putra sulung <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuban" title="Tuban">Tuban</a> yang didesak Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> sekeluarga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka sesampainya di <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>, Arya Pamalad melaporkan keburukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>, sedangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Benawa" title="Pangeran Benawa">Pangeran Benawa</a>
menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan saja.
Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1582 seorang keponakan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> yang tinggal di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>,
bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam
keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah
Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena
diduga ikut membantu anaknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> meminta bantuan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semarang" title="Semarang">Semarang</a>.</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Kematian">Kematian</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a>. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> bermarkas di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prambanan" title="Prambanan">Prambanan</a> dengan jumlah lebih banyak, namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi" title="Gunung Merapi">Gunung Merapi</a> tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> yang berperang dekat gunung tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam <span style="color: black;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Tembayat" title="Sunan Tembayat">Sunan Tembayat</a> namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah" title="Gajah">gajah</a> tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a>, datang makhluk halus anak buah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a> bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>, karena perang antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram" title="Mataram">Mataram</a> diyakininya sebagai takdir. Selain itu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sutawijaya" title="Sutawijaya">Sutawijaya</a>
sendiri adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra
tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah
anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582
tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu
kandungnya.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Pengganti">Pengganti</span> </h2>
<div style="text-align: justify;">
Hadiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain
dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan
Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan <span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Pangiri" title="Arya Pangiri">Arya Pangiri</a> bupati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Demak" title="Demak">Demak</a>. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang menggantikan Trenggana menjadi raja Demak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Pangiri" title="Arya Pangiri">Arya Pangiri</a> didukung Panembahan Kudus (pengganti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kudus" title="Sunan Kudus">Sunan Kudus</a>) untuk menjadi raja. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Benawa" title="Pangeran Benawa">Pangeran Benawa</a> sang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putra_mahkota" title="Putra mahkota">putra mahkota</a> disingkirkan menjadi bupati Jipang. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Pangiri" title="Arya Pangiri">Arya Pangiri</a> pun menjadi raja baru di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajang" title="Pajang">Pajang</a> dengan nama tahta Ngawantipura.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-6196999999174669362013-05-13T04:46:00.002-07:002014-05-05T08:53:23.954-07:00Legenda Asal - Usul gajah Mada dari Modo - Lamongan<div class="forads">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>1)<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html"> LEGENDA ASAL-USUL GAJAH MADA DARI LAMONGAN</a></b></span></div>
<div class="forads">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /> </span><span style="font-size: small;">
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Desa Cancing – Gunung Ratu</b>
terletak di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut,
berada di wilayah Kecamatan Ngimbang, Lamongan. Secara Geografis,
daerah tersebut berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Mojokerto
(tempat pusat kerajaan Majapahit).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Penulis</b>
sendiri kebetulan dilahirkan di Desa Sekidang, sekitar 10 km sebelah
utara Gunung Ratu. Sewaktu kecil, saat itu Desa Sekidang belum
‘digusur’ menjadi areal Waduk Gondang, penulis sedikit banyak mendengar
cerita rakyat tentang Gajah Mada. Beberapa diantaranya Tersingkirnya
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">Dewi Andongsari </a>(Ibu Gajah Mada) dari Keraton Majapahit, Peristiwa
Kucing dan Ular, Tempat Joko Modo (Gajah Mada) mengembala kerbau <i>(angon kebo)</i>,
dan beberapa kisah masa kecil Joko Modo. Waktu SD dulu, lebih dari 20
tahun yang lalu, selain menggembala sapi dan cari kayu bakar, penulis
sering ikut kegiatan Pramuka. Yang paling berkesan ialah saat
Penjelajahan. Sekali waktu, rute penjelajahan yaitu Desa Sekidang,
Jegreg, Plapak dan Cancing (Gunung Ratu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Untuk
menuju ke makam tersebut, harus melewati tangga undakan. Saat itu,
saya dan beberapa teman menghitung berapa undakan yang dilewati.
Hasilnya, bervariasi. Sampai di atas, saya melihat makam Dewi
Andongsari kelihatan sering diziarahi orang, nampak dari banyaknya
taburan bunga. Hal yang sama juga nampak ditempat Kucing dikubur—yang
ditandai dengan bongkahan batu. Menurut cerita yang beredar, situs
pemakaman tersebut sering disalahgunakan, misal mencari ilmu atau juga <i>ngalap berkah.</i></span></div>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_893" style="width: 310px;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><i> </i><i><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_penunjuk-jalan-ke-gunung-ratu.jpg"><img alt="Foto_penunjuk jalan ke gunung ratu" class="size-medium wp-image-893" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_penunjuk-jalan-ke-gunung-ratu.jpg?w=300&h=232" height="232" title="Foto_penunjuk jalan ke gunung ratu" width="300" /></a></i></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Foto_penunjuk jalan ke gunung ratu</span></div>
<div class="wp-caption-text">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Kondisi
pemakaman saat ini, jelas jauh berbeda. Lokasi tersebut sudah direhab
oleh Pemkab Lamongan dan difungsikan sebagai Peninggalan Situs
Bersejarah sekaligus tempat Wisata Sejarah. Setiap hari tempat tersebut
dikelola dan dirawat oleh Mbah Sulaiman, seorang juru kunci dari Makam
tersebut. Menurut Mbah Sulaiman inilah bukti fisik akan keberadaan
asal usul Gajah Mada. Gunung atau biasa juga disebut bukit Ratu,
dulunya merupakan petilasan dari Dewi Andong Sari yang diusir dari
Majapahit karena iri hati dari permaisuri <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">Dara Petak</a> dan<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html"> Dara Jingga</a>
karena dikhawatirkan memiliki seorang putra. Di bukit inilah tempat
Dewi Andongsari menjalani hari-harinya sampai akhirnya melahirkan Joko
Modo (Gajah Mada).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Kisah berawal
ketika pada suatu hari Desa Cancing kedatangan sekelompok prajurit
Majapahit yang sedang mengiringkan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">istri selir Raden Wijaya</a> yang sedang
mengandung. Sekelompok prajurit tersebut mendapat tugas rahasia untuk
menyingkirkan (mungkin membunuh) Dewi Andong Sari, tapi karena suatu
hal Dewi Andong Sari tidak dibunuh melainkan hanya disembunyikan di
desa Cancing yang terletak di dalam hutan jauh dari pusat pemerintahan
majapahit (± 35 km arah barat laut dari Trowulan). Jalur desa tersebut
dekat dengan jalur perjalanan Majapahit-Kadipaten Tuban.</span><br />
<br />
<center>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></span></center>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Saat itu, desa tersebut dipimpin oleh <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">Ki Gede Sidowayah</a> yang juga mempunyai keahlian membuat senjata pusaka (Mpu). Setelah
usia kandungan cukup maka lahirlah bayi laki-laki, tapi sayang Dewi
Andong Sari tidak berumur panjang. Pada saat putranya masih kecil ia
meninggal dunia dan dimakamkan di tempat tersembunyi yaitu di atas
bukit dan di tengah rimbunnya hutan. Bukit itulah yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Gunung Ratu.</span></div>
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_894" style="width: 310px;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_-jalan-tangga-berundak-ke-gunung-ratu_cancing.jpg"><img alt="Foto_ jalan (tangga berundak) ke gunung ratu_cancing" class="size-medium wp-image-894" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_-jalan-tangga-berundak-ke-gunung-ratu_cancing.jpg?w=300&h=231" height="231" title="Foto_ jalan (tangga berundak) ke gunung ratu_cancing" width="300" /></a></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: xx-small;">Foto_ jalan (tangga berundak) ke gunung ratu cancing</span></div>
<div class="wp-caption-text">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pernah pada suatu ketika, saat <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">Gajah Mada</a> masih bayi, Dewi Andongsari turun dari bukit hendak mengambil air di telaga <i>(sendang)</i>
yang terletak di bawah bukit. Gajah Mada ditinggal sendirian, hanya
ditemani kucing setia milik Dewi Andongsari. Pada saat itulah seekor
ular hendak mematok Gajah Mada. Kucing milik Dewi Andongsari
menghalanginya sehingga terjadi perkelahian. Si kucing berhasil
menggigit ular hingga mati. Beberapa saat kemudian, Dewi Andongsari
datang dan langsung melihat kucing yang mulutnya penuh darah. Dewi
Andongsari menyangka bahwa kucing tersebut telah menggigit Gajah Mada.
Kucing itu pun kemudian dia pukul. Tapi Dewi Andongsari pun kemudian
tersadar ketika tak jauh dari bayinya, terlihat bangkai ular. Dewi
Andongsari menyesal bukan main, apalagi tak lama kemudian kucing itupun
mati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Sampai sekarang keberadaan telaga tersebut masih ada, demikian juga dengan tempat dikuburkannya kucing tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Tak
lama setelah peristiwa itu, Dewi Andongsari pun meninggal. Oleh warga
desa Cancing jenazahnya dimakamkan di bukit tersebut, tak jauh dari
kuburan kucing kesayangannya. Bayi Gajah Mada sendiri kemudian diambil
oleh Ki Gede Sidowayah…</span></div>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ki
Gede Sidowayah tidak mempunyai istri. Dia merasa kasihan dan khawatir
bayi tersebut tidak terurus dengan baik. Oleh karena itu, bayi tersebut
diserahkan pada adik perempuannya (<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">janda Wara Wuri</a>) yang tinggal di
desa Modo. Bayi laki-laki tersebut tumbuh sehat dan cerdas yang
kemudian dipanggil dengan nama Joko Modo <i>(pemuda dari Modo).</i></span></div>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_895" style="width: 310px;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_lokasi-area-makam-dewi-andongsari.jpg"><img alt="Foto_lokasi area makam dewi andongsari" class="size-medium wp-image-895" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_lokasi-area-makam-dewi-andongsari.jpg?w=300&h=230" height="230" title="Foto_lokasi area makam dewi andongsari" width="300" /></a></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: xx-small;">Foto_lokasi area makam dewi andongsari</span></div>
<div class="wp-caption-text">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Seperti
pemuda desa pada umumnya, Joko Modo pun ikut bekerja membantu orang
tua angkatnya yaitu sebagai pengembala kerbau. Karena kecakapanya Joko
Modo oleh sesama teman penggembala dianggap sebagai pemimpin. Meskipun
hanya sebagai pemimpin sekelompok anak gembala, ternyata bakat
kepemimpinannya mulai nampak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"> </span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Untuk memudahkan mengawasi
kerbau-kerbau yang sedang digembala tersebut, Joko Modo dan kawan-kawan
gembala lainnya naik di atas bukit kecil sehingga jarak pandangnya
menjadi jauh dan luas. Bukit tersebut sampai sekarang masih ada dan
oleh masyarakat setempat dinamakan Sitinggil <i>(Siti= tanah, Inggil= tinggi)</i> artinya tanah yang tinggi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pada
saat Joko Modo diatas bukit sambil mengawasi kerbau-kerbaunya itu
tidak sengaja ia pun kadang-kadang melihat iring-iringan prajurit
Majapahit menuju Tuban atau sebaliknya dari Tuban menuju majapahit. Hal
ini terjadi karena letak Modo memang berada diantara Majapahit dan
Tuban.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dari seringnya melihat
iring-iringan prajurit Majapahit yang gagah-gagah tersebut membuat hati
Joko Modo tertarik, kelak suatu saat ia ingin menjadi prajurit
Majapahit juga. Ki Gede Sidowayah
sendiri diberi hadiah tanah perdikan di Songgoriti Malang. Hadiah
tersebut nampaknya sebagai penghargaan pada Ki Gede yang diam-diam
berhasil menyelamatkan Dewi Andongsari dan memelihara bayinya. Ki Gede
Sidowayah tidak lupa mengajak pula Joko Modo ke Songgoriti, dengan
pertimbangan agar jiwa, sikap, serta cara berpikir Joko Modo yang
cerdas dan cakap bisa berkembang dengan baik. Hal ini dimungkinkan
karena Songgoriti daerahnya lebih subur dan makmur jika dibandingkan
dengan Modo atau Ngimbang Lamongan yang letaknya jauh di dalam lebatnya
hutan belantara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_896" style="width: 310px;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_makam-dewi-andongsari-di-gunung-ratu.jpg"><img alt="foto_makam dewi andongsari di gunung ratu" class="size-medium wp-image-896" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/foto_makam-dewi-andongsari-di-gunung-ratu.jpg?w=300&h=227" height="227" title="foto_makam dewi andongsari di gunung ratu" width="300" /></a></span><br />
<div class="wp-caption-text">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">foto_makam dewi andongsari di gunung ratu</span></div>
<div class="wp-caption-text">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Karena
kecakapan dan kepandaiannya tersebut dan didukung oleh pengaruh Ayah
angkatnya yaitu Ki Gede Sidowayah maka Joko Modo akhirnya tercapai
cita-citanya yaitu menjadi prajurit Majapahit, yang kelak Kemudian
kariernya terus menanjak sehingga menjadi Patih Gajah Mada, seorang
tokoh besar di Kerajaan Majapahit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Berikut ini analisa seputar Legenda Gajah Mada dari Lamongan:</b><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>1. </b><b>Peristiwa penculikan Dewi Andong sari dari Keraton Majapahit (1299 M)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Adanya
peristiwa rencana pembunuhan terhadap istri Selir Raden Wijaya yang
sedang mengandung yaitu Dewi Andong Sari sangat mungkin terjadi atas
kehendak Putri Indreswari yaitu Dara Petak yang berasal dari Melayu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dara
Petak adalah Putri Melayu yang datang ke Majapahit bukan atas kehendak
sendiri, melainkan dibawa oleh Kebo Anabang (Pemimpin ekspedisi
Pamalayu) sebagai putri rampasan sebab negerinya ditaklukkan oleh
Singosari / Majapahit. Ketika ia diperistri oleh Raden Wijaya tentu
bukan bukan atas dasar cinta tapi karena terpaksa karena itu punya
gagasan dalam hati yaitu Melayu bisa tunduk pada Majapahit tapi
keturunan Melayu yaitu anaknya suatu saat harus jadi Raja Majapahit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ketika
ia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Kalagemet (Jayanegara)
tahun 1294 M. Ia sangat senang, sebab kedua anak Raden Wijaya
permaisuri yang lain semuanya wanita, yaitu : Diyah Tribhuana Tungga
Dewi dan Diyah Wiyat Sri Raja Dewi. Dengan demikian cita-citanya pasti
terwujud, sebab sepeninggal Raden Wijaya tahta Kerajaan pasti jatuh ke
tangan anaknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Tapi perasaan
gembira itu berubah jadi cemas setelah tahu istri Selir Raden Wijaya
yaitu Dewi Andong Sari teryata hamil, jika nanti Dewi Andong Sari
melahirkan anak laki-laki tentu akan jadi Bantu sandungan bagi
cita-citanya. Karena itu sebelum Dewi Andong Sari melahirkan ia harus
segera segera dilenyapkan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>2. </b><b>Ditinjau dari segi geografis</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Posisi
Desa Cancing, Ngimbang dengan Trowulan (pusat kerajaan Majapahit) jika
ditarik garis lurus 35 km, suatu jarak yang masuk akal sebagai jalur
pelarian untuk tempat sembunyinya Dewi Andong sari, apalagi Cancing
berada di dalam lebatnya hutan. Demikian juga dengan letak Modo
(sekarang Kec. Modo). Diceritakan, Joko Modo sering melihat
iring-iringan prajurit Majapahit menuju Tuban atau sebaliknya dari
Tuban menuju Majapahit, itu sangat masuk akal sebab Modo memang
terletak di antara jalur Majapahit dengan Tuban.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>3. </b><b>Ditinjau dari segi politik</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pada
saat pemberontakan Ra Kuti (1319) Gajah Mada yang saat itu menjadi
kepala pasukan Bhayangkara menyelamatkan Raja Jaya Negara dengan
sembunyi di Desa Badander. Para sejarawan banyak yang menduka bahwa
Badander yang dimaksud itu adalah Dander di Bojongoro, padahal tidak.
Sebab ada lagi nama Desa yang namanya persis sepert yang disebut dalam
Negara Kertagama yaitu Badander (buah dander) yang berada di kecamatan
Kabuh Kabupaten Jombang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Jarak
antara Desa Badander dengan Cancing, Ngimbang hanya 10 km, sedang jarak
Badander Trowulan 25 km, sehingga sangat mungkin yang dimaksud Desa
Badander tempat persembunyian Raja jayanegara kerena adanya
pemberotakan Rakuti adalah Badander tersebut (bukan Dander Bojonegoro).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Suatu
kebiasaan, jika ada kerusuhan di ibu koa maka para pembesar ibu kota
berusaha menyelamatan diri ke Daerah asalnya yaitu daerah dimana ia
dilahirkan dan dibesarkan. Dengan pertimbangan itu, tentu mendapat
dukungan dan perlindungan dari masyarakat sekitarnya, di samping juga
menguasai medan sehingga banyak membantu untuk perjuangan berikutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Demikian
juga halnya dengan Gajah Mada, kemungkinan besar benarya ia tidak
senaja sembunyi di Desa Badander melainkan ke Desa Cancng (Ngimbang)
tempat ia berasal. Tapi karena kondisinya pada saat itu tidak
memungkinkan disamping letak Badander dengan Ngimbang sangat dekat
apalagi adanya jaminan perlindungan dari Ki Buyut Badander, maka
dipilihnya Badander sebagai tempat persembunyian sementara sambil
menyusun siasat untuk merebut kembali tahta kerajaan dari pemberontak
Ra Kuti.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>4. </b><b>Ki Gede Sidowayah mendapat hadiah tanah perdikan di Songgoriti Malang.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dalam
sejarah adalah hal yang wajar jika seseorang mendapat hadiah tanah
perdikan dari Raja sebagai imbalan karena orang tersebut berjasa besar
pada Raja atau Negara. Demikian juga halnya dengan Ki Gede Sidowayah
yang mendapat tanah perdikan di Singgoriti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ada dua kemungkinan Ki Gede Sidowayah mendapat tanah perdikan di Songgoriti yaitu :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">(a).
Sebagai seorang Mpu mungkin Ki Gede Sidowayah pernah membuat sejenis
pusaka yang ampuh untuk Raden Wijaya. Tapi kemungkinan ini lemah, sebab
diantara banyak pusaka peninggalan Majapahit tdak dikenal buatan Mpu
Sidowayah. Disamping itu dalam sejarah belum pernah ada seseorang
mendapat hadiah tanah perdikan hanya karena berjasa membuat pusaka
untuk Raja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">(b). Karena Ki Gede
Sidowayah berjasa besar yaitu menyelamatkan garwo selir R. Wijaya yang
sedang mengandung hingga melahirkan dengan selamat. Untuk menjaga
kerahasiaan tersebut Ki Gede Sidowayah diberi hadiah tanah perdikan
yang letaknya sangat jauh dari Lamongan yaitu di Songgoriti Malang.
Sebab jika diketahui bahwa R. Wijaya punya anak laki – laki selain
Kalagamet, maka bias timbul masalah besar dalam proses pergantian raja
sepeninggalan R. Wijaya nanti. Mungkin kedua inilah yang agak lebih
mendekati kebenaran.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>5. </b><b>Peristiwa Tanca tahun 1.328 M <i>(Bhasmi bhuto nangani ratu = 1250 C)</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dalam
Pararaton disebutkan selama Ra Tanca menjalankan tugas pengobatan
terhadap raja Jayanegara Gajah Mada mengawasinya, begitu Tanca membunuh
Jayanegara maka Gajah Mada langsung membunuh Ra Tanca</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dalam
Pararaton tersebut dengan jelas mengatakan kalau Jayanegara meninggal
karena dibunuh oleh Ra Tanca, kemudian Ra Tanca langsung dibunuh oleh
Gaja Mada tanpa proses pengadilan. Kita semua sependapat jika Ra Tanca
membunuh Jayanegara karena sakit hati sebab istrinya pernah diganggu
oleh Jayanegara. Tapi mengapa Ra Tanca langsung dibunuh oleh Gaja Mada
tanpa proses pengadilan? Tidak ada orang mempermasalahkan .</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Kalau
kita memperhatikan cerita rakyat Ngimbang tentang Joko Modo, sangat
mungkin bahwa peristiwa pembunuhan Jayanegara oleh Ra Tanca adalah
hasil skenario Gajah Mada sendiri. Sebab ibunda Gajah Mada Yaitu Dewi
Andong Sari dilenyapkan dari istana oleh ibunda Jayanegara yaitu Dara
Petak. Peristiwa itu tentu sangat menyakitkan hati Gajah Mada, sehingga
timbullah niat balas dendam yaitu melenyapkan Jaya negara melalui
tangan Ra Tanca, setelah itu Ra Tanca langsung dibunuhnya untuk menutup
rahasia selamanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>6. </b><b>Peristiwa Bubat tahun 1357 M <i>(Sanga Turangga Paksa Wani = 1279 C)</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ketika
raja Hayam Wuruk sudah cukup dewasa untuk menikah, maka dikirimkan ke
segala penjuru untuk mencari wanita yang paling cantik, segala lukisan
yang dikirimkan ke Majapahit tidak ada yang menarik kecuali lukisan
putri Sunda yaitu “ Diyah Pitaloka“. Maka dipinanglah Diyah Pitaloka
untuk menjadi permaisuri Raja Hayam Wuruk.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pada
saat upacara pernikahan terjadilah beda pendapat antara Gajah Mada
dengan keluarga pihak pengantin putrinya yaitu : Gajah Mada menghendaki
agar raja Sunda menyerahkan putrinya kepada Raja Majapahit sebagai
upeti, sedang raja Sunda menghendaki upacara pernikahan sebagaimana
mestinya, yaitu putrinya harus dijemput oleh keluarga Majapahit denga
upacara pernikahan sebagaimana biasanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Beda
pendapat tersebut tidak dapat diselesaikan maka terjadilah perang yang
mengakibatkan terbunuhnya semua orang Sunda termasuk calon permaisuri
yaitu Diyah Pitaloka. Peristiwa tersebut terjadi di lapangan Bubat
karena itu dinamakan perang Bubat dan terjadi tahun 1256 C /tahun 1357
M. Peristiwa Bubat tersebut jelas kesalahan besar Gajah Mada, akibat
tindakan Gajah Mada tersebut tidak saja berakibat gagalnya pernikahan
Hayam Wuruk tapi juga meninggalnya calon permaisuri Diyah Pitaloka
beserta keluarga pengiringnya Karena kesalahan itu kemudian Gajah Mada
diberi sanksi yaitu dibebas tugaskan selama 2 (dua) tahun (1357 1359
M).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Mengapa kesalahan Gajah Mada
yang begitu besar terhadap raja hanya mendapat hukuman ringan? Mengapa
pula Gajah Mada terlibat begitu dalam soal pernikahan Hayam Wuruk?
Banyak kemungkinan untuk menjawabnya, diantara jawaban itu ialah: Hayam
Wuruk tahu bahwa Gajah Mada itu pamanya sendiri. Hal ini terjadi
karena Gajah Mada adalah adik ibunda Hayam Wuruk (Diyah Tribhuwana
Tungga Dewi) satu ayah lain ibu. Gajah Mada anak R. Wijaya dari istri
selir (Dewi Andongsari), sedangkan Diyah anak R. Wijaya dari
permaisuri Gayatri.</span><br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>7. </b><b>Gajah Mada tidak mau kudeta terhadap kekuasaan Hayam Wuruk</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pada
saat Hayam Wuruk dinobatkan sebagai Raja, ia baru berusia 17 tahun.
Segala urusan pemerintahan diserahkan kepada Gajah Mada. Bahkan sejak
masa pemerintahan ibunda hayam Wuruk yaitu Tribhuwana Tungga Dewi
urusan pemerintahan seolah diserahkan sepenuhnya kepada Gajah Mada.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Keadaan
seperti itu sangat memungkinkan jika Gajah Mada mau kudeta, dalam arti
Gajah Mada mau kudeta maka tidak akan ada hambatan yang berarti. Lalu
timbul pertanyaan mengapa Gajah Mada tidak melakukan kudeta? banyak
kemungkinan untuk menjawab, diantaranya jawaban itu ialah : “karena
raja Hayam Wuruk masih Keponakan Gajah Mada sendiri “.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">***</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>(2) Beberapa Pendapat dan Dugaan lain berkaitan Asal-Usul Gajah Mada</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Berikut
ini penulis tampilkan ringkasan artikel berkaitan dengan asal-usul
Gajah Mada. Beberapa pendapat menyatakan bahwa Gajah Mada berasal dari
Sumatera, Bali, Kalimantan, NTB dan Mongol.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>1. </b><b>Versi Sumatera </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Seperti
kita kita ketahui bersama, jaman dahulu nama orang identik atau
disimbolkan dengan nama-nama hewan. Raja Majapahit yang terkenal,
H(ayam) Wuruk sendiri mempunyai arti ayam jantan. Beberapa nama hewan
yang biasa dipakai antara lain : Mahesa(Sapi), Lembu, Kebo, Banyak
(Angsa) dll.</span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Menurut Nagarakretagama, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html"><b>Mahesa</b> Cempaka </a>memiliki anak Dyah <b>Lembu</b> Tal yang diberi gelar Dyah <b>Singha</b>murti dan kemudian menurunkan Raden Wijaya.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ronggolawe, adalah putera Ario <b>Banyak</b> Wide alias <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html">Ario Wiraraja bupati Sumenep</a> yang membantu Raden Wijaya saat dikejar-kejar tentara JayaKatwang.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Mahesa </b>Anabrang, atau juga disebut dengan nama <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html"><b>Kebo </b>Anabrang</a> dan <b>Lembu </b>Anabrang,
adalah seorang mantan senapati Singasari (Ketua Ekspedisi
Pamalayu) yang membunuh Ranggalawe, pada saat Ranggalawe
memberontak pada Majapahit.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Dara Petak</b> (harafiah berarti “Merpati
Putih”) adalah istri kelima dari Raden Wijaya, merupakan putri dari
Raja Shri Tribhuana Raja Mauliwarmadhewa dari Kerajaan
Dharmasraya. Dari perkawinannya dengan Raden Wijaya, Dara Petak
melahirkan seorang putra yaitu Kalagemet atau Sri Jayanegara yang
menjadi penerus tahta ayahnya di Majapahit.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Diantara nama-nama yang menghiasi
perjalanan sejarah Majapahit, bahkan kerajaaan sebelumnya ataupun
sesudahnya nama-nama seperti itulah yang populer dipakai oleh golongan
bangsawan maupun rakyat biasa. Karena hewan-hewan itu ada di lingkungan
mereka. Kecuali untuk nama hewan gajah, kita hanya mendapati satu nama,
yaitu <b>Gajah</b> Mada. Berangkat dari sinilah kalau Gajah
Mada bukan orang Jawa. Satu-satunya pulau di Indonesia yang ada
gajahnya adalah Sumatra. Yang pusat koservasinya ada di Way Kambas,
Jambi. Dan kalau dilihat dari catatan sejarah, ada benang merah yang
dapat ditarik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Seperti tulisan
diatas, Dara Petak berasal dari Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini
lokasinya ada di Sumatra, yang dapat disampaikan sebagai berikut :</span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Kerajaan Dharmasraya</b> atau <b>Kerajaan Melayu Jambi</b>
adalah kerajaan yang terletak di Sumatra, berdiri sekitar abad
ke-11 Masehi. Lokasinya terletak di selatan Sawahlunto, Sumatera
Barat sekarang, dan di utara Jambi.</span></li>
<li><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Hubungan antara Mahesa (Kebo) Anabrang, Dara Petak, Dara Jingga, dan Jayanegara</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Diduga kuat Mahesa Anabrang ini adalah orang yang sama dengan tokoh yang dikenal sebagai <b>Adwaya Brahman</b> atau <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/legenda-asal-usul-gajah-mada-dari-modo.html"><b>Adwayawarman</b></a>,
ayah dari Adityawarman yang disebutkan dalam Prasasti Kuburajo I di
Kuburajo, Limo Kaum, dekat Batusangkar, Sumatera Barat. Menurut
pembacaan Prof. H. Kern yang diterbitkan tahun 1917, tertulis bahwa batu
prasasti itu <i>“dikeluarkan oleh Adityawarman, yang merupakan putra dari Adwayawarman dari keluarga Indra.</i> Dinyatakan juga bahwa Adityawarman menjadi raja di <i>Kanakamedini (Swarnadwipa)</i>“.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dara
Jingga adalah putri dari Tribuanaraja Mauliawarmadewa, raja Kerajaan
Dharmasraya dan juga merupakan kakak kandung dari Dara Petak. Dara
Jingga memiliki sebutan <i>sira alaki dewa</i> — dia yang dinikahi orang yang bergelar dewa — dinikahi oleh Adwaya Brahman, pemimpin Ekspedisi Pamalayu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Nama
tokoh ini juga ditemukan pada prasasti yang tertulis di alas arca
Amoghapasa, yang ditemukan di Padang Roco, dekat Sei Langsat, Kabupaten
Dharmasraya, Sumatera Barat. Menurut pembacaan R. Pitono, tertulis
bahwa arca itu adalah hadiah perkawinan Kertanagara kepada seorang
bangsawan Sumatera, dan <i>“bersama dengan keempat belas pengiringnya dan saptaratna, dibawa dari Bhumi Jawa ke Swarnnabhumi”</i> dan bahwa <i>“Rakyan Mahamantri Dyah Adwayabrahma”</i> adalah salah seorang pengawal arca tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Setelah
berhasil melaksanakan tugasnya, Mahesa Anabrang membawa Dara Jingga
beserta keluarganya dan Dara Petak kembali ke Pulau Jawa untuk menemui
Kertanegara, raja yang mengutusnya. Setelah sampai di Jawa, ia
mendapatkan bahwa Sang Kertanegara telah tewas dan Kerajaan Singasari
telah musnah oleh Jayakatwang, raja Kediri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Oleh
karena itu, Dara Petak, adik Dara Jingga kemudian dipersembahkan
kepada Raden Wijaya, yang kemudian memberikan keturunan Raden Kalagemet
atau Sri Jayanegara, raja Majapahit ke-2. Dengan kata lain, raja
Majapahit ke-2 adalah keponakan Mahesa Anabrang dan sepupu
Adityawarman, pendiri Kerajaan Pagaruyung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Berdasarkan
catatan-catatan diatas, dapat disimpulkan saat Mahesa Anabrang membawa
Dara Jingga dan Dara Petak dari Sumatra ke Jawa, Gajah Mada termasuk
dalam rombongan tersebut yang bertugas untuk mengawal keselamatan putri
raja mereka sekaligus sebagai duta dari Kerajaan Darmasraya. Atau
malah Gajah Mada ditugaskan secara khusus untuk menjadi pengawal
pribadi Dara Petak. Yang akhirnya tinggal dan menetap di Majapahit
mengikuti tuannya yang menjadi permaisuri raja Majapahit.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>2. </b><b>Versi Malang </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Muhammad
Yamin didalam bukunya yang berjudul Gajah Mada, Balai Pustaka, cetakan
ke 6, Tahun 1960, hal 13 mengungkapkan tokoh ini sebagai:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><i>“Diantara
sungai brantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan
dataran Malang dan dikaki pegunungan Kawi-Arjuna yang indah permai,maka
disanalah nampaknya seorang-orang indonesia berdarah rakyat
dilahirkanpada permulaan abad ke-14.</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><i>Ahli
sejarah tidak dapat menyusur hari lahirnya dengan pasti: ibu bapak dan
keluarganya tidak dapat perhatian kenang-kenangan riwayat: Begitu juga
nama desa tempat dia dilahirkan dilupakan saja oleh penulis keropak
jaman dahulu asal usul gajah mada semua dilupakan dengan lalim oleh
sejarah”</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Jadi jelaslah
menurut Muhammad Yamin, asal-usul Gajah Mada masih sangat gelap,
walaupun ada dugaan bahwa Gajah Mada dilahirkan di aliran sungai
Brantas yang mengalir keselatan diantara kaki gunung Kawi-Arjuna,
diperkirakan sekitar tahun 1300 M.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>3. </b><b>Versi Bali</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Keinginan
untuk mengetahui asal-usul Patih Gajah Mada sebagai Negarawan besar
pada Jaman Kerajaan Majapahit, telah lama menarik perhatian ahli
sejarah, salah satunya I Gusti Ngurah Ray Mirshaketika mengadakan
Klasifikasi Dokumen Lama yang berbentuk Lontar-lontar pada
“perpustakaan Lontar Fakultas Sastra, Universitas Udayana” (sekitar
tahun 1974. Salah satu lontar yang menarik perhatian diantaranya adalah
lontar yang berjudul “Babad Gajah Maddha”. Lontar tersebut memakai
kode: Krop.7, Nomer 156, Terdiri dari 17 Lembar lontar berukuran 50×3,5
cm, ditulisi timbal balik, setiap halaman terdiri atas 4 baris,
memakai huruf dan bahasa Bali-Tengahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Lontar
tersebut adalah merupakan Salinan sedangkan yang asli belum dapat
dijumpai. Secara garis besar lontar babad Gajah Maddha tersebut
berisikan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">1. Asal Usul Gajah Mada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">2. Gri Kresna Kapakisan dalam hubungannya dengan raja-raja Majapahit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">3. Emphu keturunan pada waktu memerintah di Bali</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Yang
menjadi perhatian dari sekian lontar tersebut dan dapat dijadikan
penelitian lebih lanjut adalah bagian yang menjelaskan tentang
Asal-Usul/Kelahiran sang Maha Patih Gajah Mada.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">“Tersebutlah
Brahmana Suami-Istri di wilwatikta, yang bernama Curadharmawysa dan
Nariratih, keduanya disucikan (Diabhiseka menjadi pendeta) oleh Mpu
Ragarunting di Lemah Surat. Setelah disucikan lalu kedua suami istri
tersebut diberi nama Mpu Curadharmayogi dan istrinya bernama Patni
Nuriratih. Kedua pendet tersebut melakukan Bharata (disiplin)
Kependetaan yaitu :Sewala-brahmacari” artinya setelah menjadi pendeta
suami istri tersebut tidak boleh berhubungan sex layaknya suami istri
lagi.<br />
Selanjutnya Mpu Curadharmayogi mengambil tempat tinggal (asrama) di Gili
Madri terletak di sebelah selatan Lemah Surat, Sedangkan Patni
Nariratih bertempat tinggal di rumah asalnya di wilatikta, tetapi
senantiasa pulang ke asrama suaminya di gili madri untuk membawa
santapan,dan makanan berhubungan jarak kedua tempat tinggal mereka tidak
begitu jauh. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Pada suatu hari
Patni Nariratih mengantarkan santapan untuk suaminya ke asrama di gili
madri, tetapi sayang pada saat hendak menyantap makanan tersebut air
minum yang disediakan tersenggol dan tumpah (semua air yang telah
dibawa tumpah), sehingga Mpu Curadharmayogi mencari air minum lebih
dahulu yang letaknya agak jauh dari tempat itu arah ke barat. Dalam
keadaan Patni Nariratih seorang diri diceritakan timbulah keinginan
dari Sang Hyang Brahma untuk bersenggama dengan Patni Nariratih.
Sebagai tipu muslihat segerah Sang Hyang Brahma berganti rupa (berubah
wujud, ”masiluman”) berwujud seperti Mpu Curadharmayogi sehingga patni
Nariratih mengira itu adalah suaminya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Segera
Mpu Curadharmayogi palsu (Mayarupa) merayu Patni Nariratih untuk
melakukan senggama, Tetapi keinginan tersebut ditolak oleh Patni
Nariratih,oleh karena sebagai pendeta sewala-brahmacari sudah jelas
tidak boleh lagi mengadakan hubungan sex,oleh karena itu Mpu
Curadharmayogi palsu tersebut memperkosa Patni Nariratih.<br />
Setelah kejadian tersebut maka hilanglah Mpu Curadharmayogi palsu, dan
datanglah Mpu Curadharmayogi yang asli (Jati). Patni Nariratih
menceritakan peristiwa yang baru saja menimpa dirinya kepada suaminya
dan akhirnya mereka berdua menyadari, bahwa akan terdjadi suatu
peristiwa yang akan menimpa meraka kelak.kemudian ternyata dari kejadian
yang menimpa Patni Nariratih akhirnya mengandung. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Menyadari
hal yang demikian tersebut mereka berdua lalu mengambil keputusan
untuk meninggalkan asrama itu, mengembara ke hutan-hutan ,jauh dari
asramanya tidak menentu tujuannya,hingga kandungan patni Nariratih
bertambah besar. Pada waktu mau melahirkan mereka sudah berada didekat
gunung Semeru dan dari sana mereka menuju kearah Barat Daya, lalu
sampailah disebuah desa yang bernama desa Maddha. Pada waktu itu hari
sudah menjelang malam dan Patni Nariratih sudah hendak melahirkan, lalu
suaminya mengajak ke sebuah “Balai Agung” yang etrletak pada kahyangan
didesa Maddha tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Bayi
yang telah dilahirkan di bale agung itu, segera ditinggalkan oleh
mereka berdua menuju ke sebuah gunung. Bayi tersebut dipungut oleh
seorang penguasa didesa Maddha,lalu oleh seorang patih terkemuka di
wilatikta di bawa ke wilatikta dan diberi nama “Maddha”.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>4. </b><b>Versi Kalimantan</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ada
pula yang meyakini Gajah Mada itu merupakan orang Dayak, Kalimantan
Barat, yaitu dari sebuah kampung di Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau,
Kalimantan Barat. Sebagian masyarakat Dayak mempercayai hal ini
berkaitan dengan kisah masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak
Krio. Tokoh Gajah Mada di Dayak Krio dikenal dengan nama Jaga Mada,
namun masyarakat Dayak lainnya menyebutnya Gajah Mada, seorang Demung
Adat yang mempunyai tugas mempersatukan nusantara.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>5. </b><b>Versi Nusa Tenggara Barat</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Masyarakat
Bima khususnya Dompu percaya kalau Gajah Mada berasal dari daerah ini,
mengingat kemiripan dengan tokoh legenda masyarakat Dompu yaitu “ombu
Mada Roo Fiko”. Ombu artinya Tuan, Mada artinya saya, Roo artinya
telinga dann Fiko artinya lebar. Jadi ditafsirkan sebagi Tuan Mada
bertelinga lebar (seperti gajah). Di daerah ini juga terdapat kuburan
kuno yang diyakini sebagai makam Gajah Mada.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>6. </b><b>Versi Mongol</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Ada
yang mengatakan bahwa Gajah Mada merupakan perwakilan atau utusan
tersamar Dinasti Yuan dari daratan Cina. Menurut seorang dosen Fisipol
UGM, kota Trowulan yang merupakan pusat kerajaan Majapahit, jika
dipindai dengan tekno remote sensing, maka akan nampak ada kanal-kanal
yang disiapkan untuk jalur menuju laut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>LAIN-LAIN</b><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>A. </b><b>Bunyi sumpah Palapa:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b><i>“Lamun
huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring
seram, tanjungpura, ring haru, pahang, dompo, ring bali, sunda,
palembang, tumasik, samana isun amukti palapa”</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">“Apabila
sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun telah
dikalahkan, begitupula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati
istirahat”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>B. Bendera Majapahit: <i>Merah Putih (bergaris)</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/bendera-majapahit_merah-putih-bergaris.png"><img alt="bendera majapahit_merah putih bergaris" class="alignnone size-full wp-image-897" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/bendera-majapahit_merah-putih-bergaris.png?w=125&h=83" height="83" title="bendera majapahit_merah putih bergaris" width="125" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>C. Lambang/Simbol Kerajaan: <i>Surya Majapahit</i></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/lambang-kerajaan-surya_majapahit.png"><img alt="lambang kerajaan Surya_Majapahit" class="alignnone size-full wp-image-898" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/lambang-kerajaan-surya_majapahit.png?w=85&h=83" height="83" title="lambang kerajaan Surya_Majapahit" width="85" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>D. Peta Wilayah Kekuasaan Majapahit:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><a href="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/peta-wilayah-kekuasaan-majapahit.jpg"><img alt="peta wilayah kekuasaan majapahit" class="alignnone size-full wp-image-899" src="http://haarrr.files.wordpress.com/2009/08/peta-wilayah-kekuasaan-majapahit.jpg?w=250&h=124" height="124" title="peta wilayah kekuasaan majapahit" width="250" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">***</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>EPILOG:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Tulisan ini</b>
sama sekali tidak bertendensi pada pengklaiman terhadap sosok Gajah
Mada berdasarkan wilayah, etnisitas, dan apalagi golongan atau orang
tertentu. Sampai detik ini, segala legenda, mitos, maupun dugaan masih
belum bisa menyingkap tabir asal-usul Gajah Mada. Yang jelas, Gajah
Mada adalah sejarah Indonesia, dan oleh sebab itu sudah menjadi bagian
integral bangsa ini; menjadi milik Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b>Penulis</b> menutup tulisan ini dengan mengutip sepenggal tulisan di buku karangan Langit Kresna Hariadi:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><b><i>“Dengan
kebebasan yang aku miliki, aku bisa berada di mana pun dalam waktu
lama tanpa harus terganggu oleh keinginan pulang. Lebih dari itu, aku
berharap apa yang kulakukan itu akan menyempurnakan pilihan akhir
hidupku dalam semangat </i></b><i><b>hamukti moksa. </b></i><b><i>Biarlah
orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang tanpa asal-usul, tak
diketahui siapa orang tuanya, tak diketahui di mana kuburnya, dan tak
diketahui anak turunnya. Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak
diketahui jejak telapak kakinya, </i></b><i><b>murca </b></i><b><i>berubah bentuk menjadi udara.” </i></b><i>(Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa, Langit Kresna Hariadi, 2007)</i>.</span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-59755184983072566182013-05-13T04:42:00.000-07:002014-05-05T08:53:57.694-07:00Meneliti Jejak Kahuripan di Lereng Gunung Pegat Babat<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbDksVr0JX1B2LPGHXDvZPAxMGFtMfsJECxemRLL6bcuKL0HsALeTkH3dGdS3jsILTMmZB-0ktsPnkHMsg_Ii3z0C3imaliA8ZvsbV4yk-fpKla3o7DLu0AJWYOHMVga1eazh92fhxfPc/s1600/dscn3605.jpg_480_480_0_64000_0_1_0.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbDksVr0JX1B2LPGHXDvZPAxMGFtMfsJECxemRLL6bcuKL0HsALeTkH3dGdS3jsILTMmZB-0ktsPnkHMsg_Ii3z0C3imaliA8ZvsbV4yk-fpKla3o7DLu0AJWYOHMVga1eazh92fhxfPc/s320/dscn3605.jpg_480_480_0_64000_0_1_0.jpg" height="240" width="320" /></a>Para budayawan-peneliti berdarah Lamongan “blusukan” lagi, demi cinta
dan bakti mereka terhadap tanah leluhur yang sejarahnya disia-siakan
terlalu lama. Mereka ialah Viddy Ad Daery, Sufyan Al-Jawi yang kali ini
disertai Mat Rais dan Jumartono serta Ahmad Fanani Mosah dari LKL (
Lembaga Kebudayaan Lamongan ), dan kini mengarahkan penelitiannya ke
tanah tinggi di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/meneliti-jejak-kahuripan-di-lereng.html">lereng Gunung Pegat</a>, Babat, ke sebuah desa yang bernama
Kuripan, sebelah timur desa Puncak Wangi. Hal itu merupakan langkah
lanjutan “meneliti jejak Mahapatih Gajah Mada di masa mudanya”, dimana
temuan-temuan di lapangan semakin mengukuhkan teori yang berdasarkan
folklore dari desa Modo dan sekitarnya, bahwa “Gajah Mada adalah
kelahiran Modo dan sekitarnya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nama Kuripan itu menarik hati
kami, karena merupakan toponimi atau pergeseran nama dari Kahuripan, dan
menurut catatan arkeologi, sebelah desa Kuripan, yakni desa Puncak
Wangi pernah ditemukan prasasti dan benda-benda kuno, maka kami menduga
desa Kuripan pernah menjadi desa penting di masa lalu.” Kata Viddy Ad
Daery yang bertindak sebagai juru-bicara tim peneliti tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ketika
kami mendatangi lokasi desa Kuripan memang ada “aura” desa kuno, yakni
tata desanya yang sederhana tapi rapi, yakni ada perempatan sebagai
pusat desa, lalu dari situ rumah-rumah berjajar-jajar. Beberapa rumah
juga masih tampak berciri kuno, yakni rumah limas atau rumah bucu kalau
mewah”.Simpul Sufyan Al-Jawi, seorang Arkeolog-numismatik.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dalam
prasasti disebutkan, bahwa vassal atau kerajaan bawahan Majapahit
antaralain adalah Kahuripan dipimpin Bre Kahuripan dan Kabalan dipimpin
Bre Kabalan. Nah, coba lihat, posisi Kuripan ini berseberangan dengan
desa Kabalan ( kini Kebalan Dono ) nun disana, jadi pasti Kuripan ini
dulunya mempunyai posisi sepenting Kabalan !” simpul Viddy pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jumartono
yang bertugas sebagai fotografer juga menyatakan, bahwa bulukuduknya
merinding ketika memasuki desa Kuripan. “Aroma desa kunonya sangat
kuat.” Kata pelukis yang kini menekuni art-fotografi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tim
berhasil mewawancarai dua orang narasumber, yaitu Sutrisno yang rumahnya
berada di dekat perempatan desa lama, dan H.Sulanan yang merupakan kyai
desa. Sutrisno menuturkan kisah folklore yang berharga, bahwa dulunya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/meneliti-jejak-kahuripan-di-lereng.html">desa Kuripan disebut “Tanah Majapahit”</a>. “Orang-orang tua kami bertutur,
bahwa di zaman Belanda dulu, konon Belanda tidak berani membeli tanah
Kuripan karena merupakan “Tanah Majapahit” yang dikeramatkan”, tuturnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sutrisno
juga menuturkan, bahwa sungai di sebelah rumahnya dulu merupakan sungai
yang agak besar dan membelah Gunung Pegat. “Jadi, orang-orang menyebut
Gunung Pegat itu sebetulnya berasal dari sungai ini yang membelah
Gunung…kalau jalan raya yang membelah Gunung Pegat sekarang itu kan baru
dibangun oleh Belanda, jadi di zaman Majapahit, jalan raya itu belum
ada.” Jelas Sutrisno.<br />
Ketika ditanya mengenai bekas-bekas Istana
Kerajaan , Sutrisno menuturkan bahwa konon dulu pernah ditemukan pondasi
istana, tapi sekarang sudah hilang atau tertutup tanah, namun situs
kuburan tua masih ada di Kuripan.Sebetulnya yang lebih fasih berkisah
adalah Pak Haji Sulanan…” Kata Sutrisno memberi informasi lebih lanjut.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>PERJALANAN ZAMAN</b><br />
Sementara
itu, H.Sulanan memberi informasi mengenai “kisah tutur nenek
moyangnya”, bahwa desa Kuripan atau Kahuripan dulunya adalah “Desa
Majapahit sampai zaman Prabu Brawijaya”, dengan jalan keluar-masuk desa
mengarah ke barat atau ke arah desa Puncak Wangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Namun semenjak
zaman Prabu Brawijaya, desa diperluas ke arah utara, karena desa dari
arah barat diserang oleh Kerajaan Blambangan dan dibumihanguskan. Arah
utara masa kini adalah menyambung ke desa Payaman, desa Gendong,
selanjutnya ke Plaosan tembus jalan raya Babat-Kabalan”, kisah H.Sulanan
yang berprofesi petani merangkap kyai desa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan zaman
adalah “up and down”. Selanjutnya, menurut H.Sulanan, di zaman akhir
Majapahit, Payaman justru lebih maju daripada Kuripan, maka Payaman
menjadi Kademangan, yang meliputi kelurahan Kuripan, Payaman, Sogo,
Bedahan, Plaosan, Gembong, Terpan, Datinawong, Kepoh dan Awar-awar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
H.Sulanan, Demang yang paling terkenal adalah Adi Taruna yang merupakan
kakek buyutnya. Pada zaman kejayaan Kademangan Payaman, Sunan Ampel
sempat mampir ke situ untuk berdakwah, karena itu di Payaman ada kuburan
Ngampel, yang kemungkinan adalah makam beberapa santri Sunan Ampel.<br />
“Dulu,
bengawan Solo kan mengalirnya ke selatan dari Bedahan ke Terpan, jadi
Sunan Ampel konon mendarat atau melabuhkan perahunya di Terpan lalu
mendaki bukit ke desa Kademangan Payaman.”kisah H.Sulanan yang kini
berusia 66 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini, rupanya roda berputar lagi, dan Payaman
kembali menjadi padukuhan, sedang Kuripan alias Kahuripan naik status
lagi menjadi Kelurahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ahmad Fanani Mosah, budayawan
Babat anggota LKL, dari kisah sejarah desa Kuripan dan Payaman itu,
sudah menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan desa penting di zaman
Majapahit awal sampai Majapahit akhir. “Bahwa kini desa itu menjadi
desa kecil terisolir di pedalaman wilayah Babat, lha begitu itulah
perputaran roda zaman.” Simpul guru SMPN 3 Babat tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam
catatan sejarah resmi disebutkan , bahwa Kahuripan adalah wilayah vassal
Majapahit paling penting , karena setiap putra mahkota dijadikan bre
atau pimpinan di Kahuripan. Tribuana Tungga Dewi sebelum jadi Ratu
Majapahit adalah Rani Kahuripan . Demikian juga Hayam Wuruk sebelum
diserahi mahkota Raja Majapahit juga di”raja-muda”kan sebagai Bre
Kahuripan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bahkan yang menarik, Gajah Mada sebelum diangkat
menjadi mahapatih Majapahit , di”tatar” dulu oleh <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2013/05/meneliti-jejak-kahuripan-di-lereng.html">Ratu Tribuana Tungga Dewi</a> , ditugasi menjadi Patih Kahuripan , setelah matang , baru dipindah
menjadi Patih Kediri, wilayah “musuh dalam selimut” Majapahit , dan
setelah siap sebagai politikus yang matang, baru diangkat menjadi
Mahapatih Majapahit!” simpul Viddy yang memandang dari sudut politik ,
karena Viddy kini juga terjun ke politik praktis masuk anggota Partai
Politik tertentu , yang masih mempunyai visi idealis dan belum tercemar
dosa korupsi dan belum pernah mengkhianati bangsa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : kompas.com</div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-91218009455014435692012-11-27T17:59:00.000-08:002014-05-05T08:54:37.184-07:00Situs Candi Slumpang Desa Siser<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp3zmVSvOJrxvg8uaqR2VzKlmevM36u_Tt1PoZGGQWLQApdQl0UzH9M4Ud3aNnFJwKldt31UT5_OBACJjCjAp7K1kmdsPKzu6mjgCC03wYY0CMVYpzOcLtbK9-uemRLvEeA7cseXRAL7E/s1600/0751235-aci-candi-lamongan-620X310.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp3zmVSvOJrxvg8uaqR2VzKlmevM36u_Tt1PoZGGQWLQApdQl0UzH9M4Ud3aNnFJwKldt31UT5_OBACJjCjAp7K1kmdsPKzu6mjgCC03wYY0CMVYpzOcLtbK9-uemRLvEeA7cseXRAL7E/s320/0751235-aci-candi-lamongan-620X310.jpg" height="160" width="320" /></a>Baru-baru ini di daerah lamongan tepatnya desa siser kecamatan Laren di temukan sebuah bangunan yang menyerupai candi yang terletak di tengah persawahan. Dan diperkirakan bangunan tersebut adalah situs dari <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2012/11/situs-candi-slumpang-desa-siser.html">candi Slumpang. </a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara kronologis, sekitar Juli 2010 saat membajak
dan membuat pematang, bajak dan cangkul penggarap sawah Warsian
membentur benda keras.Setelah dicek ternyata membentur bongkahan
bata yang bentuknya rapi. Selanjutnya temuan itu dilaporkan ke Balai
Pelestarian <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2012/11/situs-candi-slumpang-desa-siser.html">Peninggalan Purbakala Trowulan Mojokerto</a>, Balai Arkelogi,
dan Pemerintah Kabupaten Lamongan. Namun menurut sumber dari pemilik tanah sebetulnya pada tahun 2001 telah ditemukan sebuah batu bulat menyerupai sebuah lumpang dan tinggi sekitar 1 meter muncul di permukaan tanah, namun dibiarkan. Dan tanah tersebut sudah lama tidak dikerjakan dikarenakan masyarakat desa menyakini akan kewingitan daerah tersebut, dengan sering terjadinya kejadian-kejadian aneh.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pemerhati
budaya, Supriyo dari Cakra Budaya dan Lembaga Studi Advokasi dan
Pembaruan Sosial (LSAPS) Lamongan, menyebutkan penggalian itu atas
usulan lembaganya. Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Lamongan meninjau lokasi dilanjutkan survei dari BP3 Trowulan.
Pada 2011 LSAPS mengajukan penggalian ke Pemkab Lamongan. Pada 2012
ada pengajuan dukungan dari BP3 Trowulan dilanjutkan survei
praekskavasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggalian tahap awal dilakukan pada 19-25 November
oleh LSAPS dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan dengan dana
Pemkab Lamongan. Supriyo, Senin (26/11) menegaskan situs Candi Slumpang
merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bangunan
candi itu digunakan untuk pemujaan demi kesuburan tanah yang ditandai
lingga yoni. Pemujaan terhadap kesuburan tanah itu juga bisa dilihat
dari lokasi candi di daerah subur dan potensial untuk pengembangan
pertanian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wilayah sekitar candi yang ada di sekitar Bengawan Solo
dulunya menjadi sentra ekonomi kerajaan dan menjadi basis sumber pangan
sampai kini. Akan tetatpi hingga kini belum ditemukan prasasti terkait
Candi Slumpang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJGGbk69gOnSzWV22FBdqflfKngnwO3PvtZRVgJQV_8E3gn5JvRHqgwmLYiiJwDoQY2ekdWFD5P_zlYTfpWobQvbKFqcoEsLppufUXjhxN1MmNbKJqkj6JFNIvScddKO_YcAWNRy39gvU/s1600/20060124185331!Pr_Ngadoman.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJGGbk69gOnSzWV22FBdqflfKngnwO3PvtZRVgJQV_8E3gn5JvRHqgwmLYiiJwDoQY2ekdWFD5P_zlYTfpWobQvbKFqcoEsLppufUXjhxN1MmNbKJqkj6JFNIvScddKO_YcAWNRy39gvU/s200/20060124185331!Pr_Ngadoman.jpg" height="200" width="194" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Prasasti yang ditemukan selama ini lebih banyak
terkait dengan Airlangga. Namun temuan candi Slumpang jika dikaitkan
dengan keberadaan candi dekat Bengawan Solo, di era Majapahit dalam
prasasti canggu disebutkan ada naditira pradesa. Maksudnya desa yang
punya otonomi dan bebas dari pajak dan punya hak dan kewajiban mengelola
penyeberangan sungai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama desa dalam prasasti itu ada sampai
kini termasuk tambangan (penyeberangan sungai). Diantara titik tambangan
itu Widang (Tuban)-Babat (Lamongan), Kendal (Sekaran),Pasiwuran kini
Siwuran (Maduran),Wareng kini Parengan (Maduran), Parijik kini Prijek
(Laren)-Karanggeneng, Sambo (Karangbinangun), Blawi (Glagah). Dan diperkirakan masih banyak candi-candi kecil di sekitar pinggiran bengawan solo yang belum terdeteksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
"<i>Ada
hubungan antara tambangan Siwuran (Maduran) dengan Candi Slumpang di
Siser (Laren). Diperkirakan masyarakat di sekitar Bengawan Solo utamanya
di sisi selatan sungai menyeberang melalui Siwuran untuk melakukan
pemujaan kesuburan,</i>" papar Supriyo.<br />
<br />
Ketika tim redaksi dari Lamongan kota.blogspot mengunjungi, beberapa awak tim merasakan perjalan yang berat. Dari arah desa sekaran tim menyeberang bengawan solo dengan perahu dari desa siwuran menuju desa njasem (mojoasem) kemudian dilanjutkan menuju desa siser. Setelah memarkir kendaraan dengan tarif 2000,-, tim harus rela berjalan kaki di pematang sawah sekitar 800 meter. Tak ayal lagi, banyak awak yang merasa tidak kuat, namun karena rasa penasaran maka tim rela untuk melanjutkan dengan sekali-kali beristirahat sambil memandang hamaparan sawah yang sudah menghijau. Dan akhirnya tim pun sampai di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2012/11/situs-candi-slumpang-desa-siser.html">situs candi Slumpang.</a><br />
<br />
Situs candi slumpang masih terlihat atasnya saja dan beberapa tumpukan batu bata, dan itupun sudah ada yang pecah karena ke tidaksengajaan warga setempat dalam penggalian. Area situs dipagari dengan tali seadanya untuk menghindari jangkauan pengunjung.<br />
<br />
<b>Rute bagi pengunjung luar kota yang ingin melihat situs Candi Slumpang</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIdwcXqwMAxkpeyQNOI9Pmc06M8ql6PLun89Kn3lkrM7t1Ws0i4wv1eeldcei2Bx0ORoPd7rwdJNcgZ4dBwMToMBOS4jT_5LdmBGq7kckxOtdY7sg5vxiZIz-eANrgfK-dU-q9yPwLrbw/s1600/0829158-aci-pengunjung-candi-diimbau-sopan-620X310.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIdwcXqwMAxkpeyQNOI9Pmc06M8ql6PLun89Kn3lkrM7t1Ws0i4wv1eeldcei2Bx0ORoPd7rwdJNcgZ4dBwMToMBOS4jT_5LdmBGq7kckxOtdY7sg5vxiZIz-eANrgfK-dU-q9yPwLrbw/s320/0829158-aci-pengunjung-candi-diimbau-sopan-620X310.jpg" height="160" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang membawa sepeda motor harus menitipkan dulu di dekat
Madrasah Ibtidaiyah AL ISLAMIYAH Mojoasem. Selain itu ada kotak amal
yang bisa diisi pengunjung yang diletakkan di sisi barat sekitar 10
meter dari lokasi candi.
Kepala Dusun Siser Warsian, yang juga menggarap sawah tempat temuan
candi menuturkan penitipan sepeda baru dibuka mulai Sabtu (24/11). Jasa
parkir itu dikelola pemuda setempat dengan tarif Rp 2.000.
"Lokasi candi di tengah sawah sekitar 600 meter dari tepi tanggul tempat
sepeda diparkir. Kalau tidak ada yang menjaga dan ada yang hilang kan
kasihan," ujar Warsian.
Untuk menuju lokasi dari arah Surabaya-Lamongan lewat Pucuk. Sampai
wilayah Maduran lewat tambangan (penyeberangan sungai Bengawan Solo) di
Desa Siwuran. Usai menyeberang sepeda motor bisa dititipkan di MI
Mojoasem, lalu berjalan kaki ke lokasi candi di tengah sawah. Jaraknya
sekitar 600 meter dari penitipan motir.
Pengunjung dari arah Tuban dan Bojonegoro juga bisa lewat SMP Negeri 3
Babat sampai Bendung Gerak Babat, lalu turun menelusuri tepi Bengawan
Solo lewat Desa Centini menuju Desa Mojoasem. Tetapi tanggul yang juga
berfungsi untuk jalan kondisinya rusak.
Selama melihat candi pengunjung diimbau bersikap sopan dan jangan sampai
merusak bahan-bahan yang sudah tergali termasuk bata kumbung. Imbauan
itu disampaikan dalam bentuk tulisan, "Harap Bersikap Sopan di Situs
Candi Slumpang.<br />
<br />
<b>Tim Arkelog Sudah Berani Memastikan Situs Candi Slumpang Termasuk Candi Hindu</b><br />
<br />
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Tim Arkeolog dari
Balai Penelitian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto,
menyimpulkan situs yang ditemukan di Desa Siser, Kabupaten Lamongan,
Jawa Timur adalah Candi Hindu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Untuk sementara
kami simpulkan candi di Lamongan dulunya digunakan sebagai tempat
pemujaan masyarakat hindu, yakni memuja Dewa Shiwa, dan merupakan Candi
Hindu" kata salah satu anggota tim arkeolog BP3 Trowulan, Wicaksono Adi
Nugroho ketika di konfirmasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Dalam penelitian
dan penggalian yang dilakukan tim selama lima hari dan berakhir pada 25
November 2012 kemarin, tim juga menemukan bangunan parit dan pagar di
sekitar candi. Nugroho juga menduga di sekitar candi masih banyak bangunan kuno
lainnya, sehingga perlu dilakukan pengembangan dengan melakukan
penelitian dan penggalian.</span></div>
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">
Dalam penggalian itu, tim juga menemukan fakta pondasi struktur
candi yang terbuat dari batu kumbung, dan memiliki pondasi atau umpak
lain yang berfungsi sebagai atap candi, sehingga dengan fakta itu
diperkirakan bangunan candi memiliki atap berbentuk cungkup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Nugroho menduga <i><b>di
sekitar candi masih banyak bangunan kuno lainnya,</b></i> sehingga perlu
dilakukan pengembangan dengan melakukan penelitian dan penggalian.</span><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Namun sayang, penggalian ini sementara waktu dihentikan, jadi masyarakat harus bersabar untuk menanti wujud seutuhnya candi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Saat ini,
penggalian sementara dihentikan sebab pemerintah daerah setempat tidak
menyediakan dana cukup untuk proyek penggalian situs selanjutnya," kata
Supriyono.</span><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> </span></div>
<span class="post-content" style="margin-top: 20px;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVK1cqqaMsQGYi_KbvlAVzf4q1FKqepDNAxDUZaf1Kkzc_XFCnqI_nkg6Im9PZCW2p0Py9LdodP9SQ11P6jWT4xtPPWotOjG9D0Wa2aWSxtl8gO33OFtEE3nxl4F3nm3VglO22xwlOwWk/s1600/lamongan+candi+siser.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVK1cqqaMsQGYi_KbvlAVzf4q1FKqepDNAxDUZaf1Kkzc_XFCnqI_nkg6Im9PZCW2p0Py9LdodP9SQ11P6jWT4xtPPWotOjG9D0Wa2aWSxtl8gO33OFtEE3nxl4F3nm3VglO22xwlOwWk/s640/lamongan+candi+siser.jpg" height="384" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-51672724310382481362009-12-16T02:24:00.000-08:002014-05-05T08:55:03.358-07:00Nama dan Sifat Orang Lamongan<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKcSFYucd-t0spIeDRplGRZkBJb69F_K_6cWXVC9T9WYYLzOYyL46l5sB_5ym79947jL7Cx0gjotYxT1ufdi1PxGpmAJ8eMqwjnBlgLUIsal1QGWblqOb4ODb4Rz5ub9bi9S7MEXbnfo/s1600-h/1396610838_4577c1598f.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKcSFYucd-t0spIeDRplGRZkBJb69F_K_6cWXVC9T9WYYLzOYyL46l5sB_5ym79947jL7Cx0gjotYxT1ufdi1PxGpmAJ8eMqwjnBlgLUIsal1QGWblqOb4ODb4Rz5ub9bi9S7MEXbnfo/s200/1396610838_4577c1598f.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5415785446444618594" style="cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/nama-dan-sifat-orang-lamongan.html">Nama Lamongan</a> berasal dari kata “Lamong” bahasa Jawa Kuno menjadi Lamongan, seperti Surabaya menjadi Surabayan, Madura menjadi Maduran, Sawah menjadi Sawahan, Semarang menjadi Semarangan, Tuban menjadi Tubanan dll. Lamong berarti gila, meraban, meracau, gila asmara, tergesa-gesa, tipis, tembus pandang, cepat, (ekstrem kan artinya?) menurut kamus bahasa Jawa. Lamong terdiri dari dua suku kata, yaitu “la” dan “among” bahasa Sansekerta (Jawa Kuno) yaitu la = panjang, sulit ; among = memelihara, menguasai, melindungi, membina, mengayomi. Tapi arti sesungguhnya adalah "sulit dikuasai"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kata “Lamongan” banyak dipakai orang antara lain nama Plamongan di Semarang, Kali Lamong dan desa Lamongrejo di Kecamatan Ngimbang, dan ada Gunung Lamongan. Dengan penjelasan bahwa Gunung Lamongan ditempati makam salah seorang Tumenggung Lamongan yang anti Belanda, juga merupakan gunung berapi yang kawahnya selalu berpindah menjadi Ranu.<br />
<br />
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/nama-dan-sifat-orang-lamongan.html">Sifat orang Lamongan</a> mengutamakan kebersamaan, suka berjuang, ulet berkerja, agamis, terbuka, halus, perasaan, jujur, penuh tanggung jawab, dan petualang (bangga kan jadi orang Lamongan?). Namun, kadang kala kaku dan kasar bila tidak diajak musyawarah, suka merantau, berani membela sebuah kejujuran, tidak garang, dan suka membantu (ehem). Bahasa orang Lamongan adalah bahasa pesisir yang lugas penuh dialek Osing, Madura, Jawa Ngoko, diwarnai budaya Arek atau Bocah (Singosari atau Majapahit).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
<br />
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/nama-dan-sifat-orang-lamongan.html">Orang Lamongan</a> suka berjuang, hal ini dapat dibuktikan bahwa zaman Majapahit orang Lamongan banyak yang menjadi pasukan tempur Majapahit sejak kekuasaan komando Mahapatih Gaja Mada sebagai pasukan darat dan laut. Adipati Unus waktu menyerang Malaka 1513 M dibantu orang Lamongan yang dinamakan Pangeran Sabrang Lor yang kini makamnya berada di Banten. Perang melawan sekutu tanggal 10 November 1945 di Surabaya juga banyak orang Lamongan yang ambyur dalam perjuangan ini dalam laskar Hizbullah-Sabillilah. Tahun 1966 juga tidak sedikit andil perjuangan rakyat untuk ikut menumpas pemberontakan PKI dalam G.30S/PKI sampai ke akar-akarnya.<br />
<br />
Sekarang tambah bangga kan menyandang gelar “warga Lamongan” ?<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Catatan</span> :.... <span style="font-style: italic;">Ini hanyalah merupakan hitung-hitungan sistematis tentang nama, sifat dari historis. Dan kami yakin setiap daerah mempunyai keunggulan nama dan sifat dari sejarah daerah itu sendiri.</span><br />
<br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-55794473301754744982009-12-16T02:05:00.000-08:002014-05-05T08:55:24.627-07:00Sejarah Kota Babat<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4LPgsW3h3M76MZ080tiFPvK_07sCMU_DBfOfOL5_IeOnZ1z_PW8hwrD-l8jcgyV7xZiEQHsSJQdnlRlGwKrGMBdwD5ggQWxjplcgcRymSRPqVX56OlJdV5Mh6k0mRyPLbaSPIT2PblPc/s1600-h/180px-Prasasti_tugu.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4LPgsW3h3M76MZ080tiFPvK_07sCMU_DBfOfOL5_IeOnZ1z_PW8hwrD-l8jcgyV7xZiEQHsSJQdnlRlGwKrGMBdwD5ggQWxjplcgcRymSRPqVX56OlJdV5Mh6k0mRyPLbaSPIT2PblPc/s400/180px-Prasasti_tugu.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5415775305616076258" style="cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 180px;" /></a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">Desa Babat</a> kecamatan Babat ditengarahi terjadi <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">perang Bubat,</a> sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantar 42 temapt sepanjang aliran bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">Prasasti Biluluk</a> yang tersimpan di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di Lamongan yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa tempta lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="color: black;"><br />Artikel Perang Bubat :<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bubat">http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bubat</a><br /><br /><span style="font-weight: bold;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">Deskripsi Prasasti Biluluk Tentang Perang Bubat </a>:</span><br />..................... </span>Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja tahun 1350 dengan gelar Śri Rajasanāgara. Gajah Mada tetap mengabdi sebagai Patih Hamangkubhūmi (mahāpatih) yang sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada ibunda sang raja. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ambisi Gajah Mada untuk menundukkan nusantara mencapai hasilnya di masa ini sehingga pengaruh kekuasaan Majapahit dirasakan sampai ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua.<br />
<br />
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
<br />
Tetapi Jawa Barat baru dapat ditaklukkan pada tahun 1357 melalui sebuah peperangan yang dikenal dengan peristiwa Bubat, yaitu ketika rencana pernikahan antara Dyah Pitalokā, puteri raja Pajajaran, dengan Hayam Wuruk berubah menjadi peperangan terbuka di <span style="font-weight: bold;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">lapangan Bubat</a> </span>( <span style="font-style: italic;">daerah yang sangat strategis di pinggiran aliran bengawan solo, dan dipastikan 95% lokasinya adalah</span> <span style="color: #990000; font-weight: bold;">desa Babat</span> ), yaitu sebuah lapangan di ibukota kerajaan yang menjadi lokasi perkemahan rombongan kerajaan tersebut. Akibat peperangan itu Dyah Pitalokā bunuh diri yang menyebabkan perkawinan politik dua kerajaan di Pulau Jawa ini gagal. Dalam <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/sejarah-kota-babat.html">kitab Pararaton</a> disebutkan bahwa setelah peristiwa itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara besar untuk menghormati orang-orang Sunda yang tewas dalam peristiwa tersebut. Perlu dicatat bawa pada waktu yang bersamaan sebenarnya kerajaan Majapahit juga tengah melakukan eskpedisi ke Dompo (Padompo) dipimpin oleh seorang petinggi bernama Nala.<br />
<br />
Setelah peristiwa Bubat, Mahāpatih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri bernama Pāduka Śori, anak dari Bhre Wĕngkĕr yang masih terhitung bibinya. (sumber: <span style="font-style: italic;">clubbing Majapahit</span>)<br />
<span style="color: black;"><br /></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-85049128927833750842009-05-31T06:51:00.000-07:002014-05-05T08:55:51.601-07:00Menuturkan Sejarah Lamongan Lewat Pawai Budaya<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYvnyKPaTyOU1DWmX_-qxc8Pa2-z5nDA39QRakApAuSAsFYAdj2VDiuwyOnBN488dlDwxHYD6npIEEM8ntU8Dxf9UidZ4PUwwCpW1Y-AQpkdqd1Qwdneeevc_OsNqRwj47kA9aYp7EAB8/s1600-h/pawai_lamongan.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYvnyKPaTyOU1DWmX_-qxc8Pa2-z5nDA39QRakApAuSAsFYAdj2VDiuwyOnBN488dlDwxHYD6npIEEM8ntU8Dxf9UidZ4PUwwCpW1Y-AQpkdqd1Qwdneeevc_OsNqRwj47kA9aYp7EAB8/s200/pawai_lamongan.JPG" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5341985753856663890" style="cursor: pointer; float: left; height: 134px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a>Menuturkan sejarah kota tidak harus dipaparkan lewat cerita lisan atau dengan bacaan. Pawai Budaya dalam perayaan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai.html">Hari Jadi ke-440 tahun Lamongan</a> menjadi sebuah sarana menuturkan sejarah Kabupaten Lamongan. Langkah ini merupakan bentuk kreasi seni sekaligus mengisahkan cikal bakal Lamongan tempo dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Drama kolosal yang dikemas dalam pawai budaya kali ini mengambil start di depan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai.html">Pendapa Lokatantra Lamongan</a>, dibuka dengan drama tari yang menceritakan lintasan sejarah Lamongan. Drama tari ini dibawakan 80 mahasiswa asal Lamongan yang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tarian yang mengisahkan sejarah Kabupaten Lamongan terbagai dalam tiga babak utama, yakni era Kerajaan Majapahit, era Kerajaan Demak Bintoro hingga diwisudanya Rangga Hadi sebagai Adipati pertama Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Babak pertama mengisahkan era Kerajaan Mjapahit di Lamongan yang ditandai dengan adanya Prasasti Bululuk (sekarang Bluluk). Prasasti itu menegaskan bahwa daerah yang bernama Bululuk adalah bumi mardikan. Di tanah atau bumi perdikan yang masyarakatnya dibebaskan dari tarikan pajak (upeti) oleh Kerajaan Majapahit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada babak kedua beralih pada masa berkembangnya agama Islam di era Kerajaan Pajang hingga Kerajaan Demak Bintoro. Pada era inilah bangsa Portugis datang untuk menjajah Indonesia. Masa itu pecah perang melawan Kerajaan Demak Bintoro. Pada babak ini para penari menggambarkannya dengan Tari Kuntulan yang kental dengan budaya Islam dengan paduan suasana musik hadrah nan rancak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Drama tari ditutup dengan babak diwisudanya Rangga Hadi, pemuda asal Dusun Cancing (Ngimbang) menjadi Adipati pertama Lamongan dengan dengan gelar Tumenggung Surajaya oleh Sunan Giri IV dari Mapel (Gresik). Pelantikan Rangga Hadi berlangsung pada 10 Dzulhijah atau 26 Mei 1569 Masehi bertepatan dengan Hari Idul Adha tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menangkal masuknya Portugis<br />
.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<center>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
</a><a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
Peserta pawai budaya kali ini dari 27 kecamatan di Lamongan dengan menampilkan 34 sajian budaya tersebut. Bupati Lamongan Masfuk dengan Wakil Bupati Tsalits Fahami Zaka serta Ketua DPRD Makin Abbas bersama istri turut ambil bagian memeriahkan pawai. Mereka berpakaian lengkap ala raja Jawa dan permaisuri. Sekretaris Kabupaten Lamongan Fadeli dan pejabat lainnya berpakaian adat khas Jawa Timuran lengkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bupati Lamongan Masfuk sangat mengapresiasi pagelaran pawai budaya yang menampilkan berbagai kesenian yang bersumber dari nilai-nilai budaya lokal. Gelaran budaya seperti itu penting untuk perkembangan budaya lokal seiring dengan tumbuhnya wisata di Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masfuk berharap, budaya lokal yang ditampilkan mampu menarik animo generasi muda agar mampu mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal Lamongan. Di masa mendatang saya berharap akan muncul seni-seni baru dari budaya lokal Lamongan, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sehari sebelumnya ada tiga prosesi sakral mewarnai puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke- 440 Lamongan. Prosesi itu menyangkut pembukaan selubung lambang daerah dan pemasangan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja di Gedung DPRD, upacara HJL di alun-alun Kota Lamongan dan Penyemayaman Lambang Daerah di Pendapa Lokatantra.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Gedung DPRD Lamongan, Ketua DPRD Lamongan Makin Abbas melakukan prosesi membuka selubung pataka lambang daerah dilanjutkan dengan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja lalu diserahkan kepada <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai.html">Bupati Lamongan Masfuk</a>. Selanjutnya, Bupati, Wakil Bupati Tsalits Fahami dan Sekkab <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai.html">Fadeli </a>bersama muspida berjalan kaki mengiringi lambang daerah menuju lapangan upacara alun-alun Kota Lamongan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masfuk menginginkan agar momentum peringatan Hari Jadi ke-440 Lamongan bisa memberi makna lebih, tidak hanya sebatas peringatan seremonial semata. Makna lain itu berarti membangkitkan rasa optimisme dan percaya diri dengan terus berusaha mengejawantahkannya dengan kerja keras dan doa. Kerja keras dan doa itulah sesungguhnya cikal bakal daerah ini dibangun, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di usia ke-440 tahun Lamongan, beberapa keberhasilan pemerintah bersama masyarakat telah diwujudkan. Di Lamongan, penurunan angka kemiskinan tertinggi di Jawa Timur yakni mencapai 24,25 persen. Pendapatan perkapita masyarakat naik menjadi Rp 5,6 juta pada 2008. Meski demikian, sektor pembangunan infrastruktur seperti jalan poros desa tetap menjadi komitmen pemerintah untuk dituntaskan, paparnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prosesi penyemayaman lambang daerah di Pendapa Lokatantra setempat ditandai dengan pelepasan Oncer Sesanti Memayu Raharjaning Praja dan penutupan selubung lambang daerah oleh Ketua DPRD. Sebelumnya, prosesi di pendapa diisi dengan pembacaan sejarah HJL oleh sesepuh Lamongan, Sudikno. Semangat Hari Jadi ke-440 Lamongan diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan pencapaian kemajuan Lamongan secara menyeluruh, dan merata. Esensi akhirnya kesejahteraan masyarakat harus tetap dikedepankan. Selamat hari jadi ke-440.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan prosesi hari jadi lamongan yang ke-440 dan dirayakan dengan festival budaya semoga menjadi daya tarik wisata...<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/menuturkan-sejarah-lamongan-lewat-pawai.html">ini lamongan bung</a>..!!! kota yang bersahabat dan memikat..!!</div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-71045543782058408822009-05-14T08:20:00.000-07:002013-07-21T00:38:55.352-07:00Tari-Tari di Lamongan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Lamongan mempunyai banyak kesenian</a> ..diantaranya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Tari Boran </a>yang terkenal dan telah membawa nama Lamongan menjadi harum di kalangan lomba tari nasional, dikarenakan berhasil menjadi juara umum nasional dalam parade tari nusantara.</div>
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-weight: bold;"><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Sego_boran.jpg" style="height: 249px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Sego_boran2.jpg" style="height: 254px;" /><br /><br />Tari Sego Boran</span></span></div>
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Disamping tari boran, banyak juga tari-tari khas pesisir lamongan yang sebagian sudah bercampur dengan budaya daerah lain.</div>
<br />
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Jaran_Sepaplok.jpg" style="height: 244px;" /></span><br />
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Jaran_Sepaplok2.jpg" style="height: 248px;" /></span><br />
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 85%;"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Tari Jaran Sepaplok</a><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Kuda_Budaya.jpg" style="height: 249px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Kuda_Budaya2.jpg" style="height: 252px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Kuda_Budaya3.jpg" style="height: 252px;" /><br /><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Tari Kuda Budaya</a></span><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Reog1.jpg" style="height: 252px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Reog2.jpg" style="height: 258px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Reog3.jpg" style="height: 258px;" /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Reog4.jpg" style="height: 258px;" /><br /><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Tari Reog</a></span><span style="font-weight: bold;"><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Sandur_bromo_budoyo21.jpg" style="height: 372px;" /><br /><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/05/tari-tari-di-lamongan.html">Sandur Bromo Budoyo</a><br /><br /><br /><img alt="" src="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Sunan_giri.jpg" style="height: 246px;" /><br />Fragmen Sunan Giri</span></span></div>
<span style="color: black; font-family: Geneva, Arial, Helvetica, sans-serif;">
</span>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-66814674788591823882009-04-30T05:44:00.000-07:002013-07-21T00:42:50.140-07:00Sejarah Lamongan dan Kecamatan-nya<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYF0yK_MKxy_jYFlL0Xo5IF_5K2UqVGg6ZtdEKeICFysAwcvIB2vopUd6450QtTc5cJQu1N_rfmpuQ5gf0oUFDNGk3p9OzcKZBtQXl_WkbmTOrC5JNl-MlkJ0UlQ7pS2zxHfpnA8a0wmg/s1600-h/mojopahit_lamongan.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5330466006405483490" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYF0yK_MKxy_jYFlL0Xo5IF_5K2UqVGg6ZtdEKeICFysAwcvIB2vopUd6450QtTc5cJQu1N_rfmpuQ5gf0oUFDNGk3p9OzcKZBtQXl_WkbmTOrC5JNl-MlkJ0UlQ7pS2zxHfpnA8a0wmg/s200/mojopahit_lamongan.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 108px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a>Dulu Lamongan merupakan Pintu Gerbang ke Kerajaan Kahuripan, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Kerajaan Panjalu</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Kerajaan Jenggala</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Kerajaan Singosari </a>atau Kerajaan Mojopahit, berada di Ujung Galuh, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Canggu dan kambang Putih</a> ( Tuban). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan Gujaratan (Gresik), merupakan daerah amat ramai , sebagai penyambung hubungan dengan Kerajaan luar Jawa bahkan luar Negeri.<br />
<br />
Zaman Kerajaan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Medang Kamulan </a>di Jawa Timur, Di <a href="http://lamongan.go.id/">Lamongan</a> berkembang <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Kerajaan kecil Malawapati</a> ( kini dusun Melawan desa Kedung Wangi kecamatan Sambeng ) dipimpin <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Raja Agung Angling darma</a> dibantu <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Patih Sakti Batik Maadrim</a> termasuk kawasan Bojonegoro kuno. Saat ini masih tersimpan dengan baik, Sumping dan Baju Anglingdarma didusun tersebut. Di sebelah barat berdiri <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Kerajaan Rajekwesi</a> di dekat kota Bojonegoro sekarang.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Pada waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Merupakan daerah penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih. Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre Pamotan atau <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Sri Baduga Bhrameswara</a> paman Raja Hayam Wuruk ( Petilasan desa Pamotan kecamatan Sambeng ), sebelumnya. Di bawah kendali Bhre Wengker ( Ponorogo ). Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Biluluk (Bluluk) Daerah Tenggulunan (Tenggulun Solokuro) , dan daerah Pepadhangan (Padangan Bojonegoro).<br />
<br />
Menurut buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang mondok di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Wonosrama Budha Syiwa</a> bertempat di Balwa (desa Blawi Karangbinangun) , di Pacira ( Sendang Duwur Paciran), di Klupang (Lopang Kembangbahu) dan di Luwansa ( desa Lawak Ngimbang). Desa Babat kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantar 42 temapt sepanjang aliran bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam Prasasti Biluluk yang tersimpan di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di <a href="http://lamonganantihacker.forumotion.net/">Lamongan</a> yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa temapt lainnya.<br />
<br />
Menjelang keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan Keerajaan Sengguruh (Singosari) bergantian dengan Kerajaan Kertosono (Nganjuk) dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan diperintah oleh Demung, bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu diperintah Rakrian Rangga samapi 1542M ( petilasan di Mushalla KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan ). Kekuasaan Mojopahit di bawah kendali Ario Jimbun (Ariajaya) anak Prabu Brawijaya V di Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah ( Raden Patah ) 1500 – 1518, lalu diganti anaknya, Adipati Unus 1518 -1521 M , Sultan Trenggono 1521 – 1546 M.<br />
<br />
Dalam mengembangkan ambisinya, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">sultan Trenggono</a> mengutus Sunan Gunung Jati ( Fatahilah ) ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta, danCirebon. Ke timur langsung dpimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem, Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan ( Panarukan). Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan Rangga Kali Segunting ( Lamong ), ditaklukkan sendiri oleh Sultan Trenggono 1541 . Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan sengguruh (Singosari) dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki Ageng Panuluh, mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak dipimpin Raden Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi didaerah Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.<br />
<br />
Tahun 1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang. Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing 10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya ( Soerodjojo) hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong. Tanggal tersebut dipakai sebagai Hari Jadi Lamongan.<br />
<br />
Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10 Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam pengentasan banjir. Dulu ada pameo “ Wong Lamongan nek rendeng gak iso ndodok, nek ketigo gak iso cewok “ tapi kini diatasi dengan semboyan dari Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai “ Memayu Raharjaning Praja “ yang benar –benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam memsejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat “ Menehono mangan marang wong kangluwe, menehono paying marang wong kang kudanan , menehono teken marang wong kang wutho, menehono busaono marang wong kang wudho “<br />
<br />
Kabupaten Lamongan yang kini dikomandani H.Masfuk sebagai Bupati periode ke 2 dan H.Tsalis Fahmi sebagai wakil Bupati melejit bagaikan Sulapan , dengan terobosannya yang menjadi perbincangan Nasional. Yang menonjol selama ini menjadi Ikon <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dulu-lamongan-merupakan-pintu-gerbang.html">Wisata Bahari Lamongan</a> (Lamongan Ocean Tourism Ressort) , <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Sejarah%20Lamongan%20dan%20Kecamatannya">Lamongan</a> Integrated Sharebased, Proyek Pelabuhan Rakyat, dan Proyek Lapangan Terbang dan Eksplorasi minyak Balong Wangi Sarirejo,memungkinkan datangnya investasi baik dari dalam negeri maupun investor luar negeri. Dengan tangan dinginnya PKL ditata rapi, Kelancara jalan desa dan pengairan ditata sedemikian rupa, termasuk memberikan Bea siswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi yang ekonominya kurang beruntung, dan nantinya jika telah menyelesaikan studynya bisa kembali dan menyumbangkan pikiran dan kemampuannya demi kemajuan Lamongan. Kegiatan HJL kali ini juga dumeriahkan oleh Dewan Kesenian Lamongan (DKL) parade Teater dan Pameran Senirupa kerja sama dengan STKW Surabaya di gedung Handayani tanggal 26 mei dilanjutkan Sarasehan seni rupa oleh Agus Koecing Surabaya , mengusung Peran dan perkembangan seni rupa jawa timur dan Management berkesenian , 27 mei 2007<br />
<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah">Sejarah</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/">lamongan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatan">kecamatan</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-72018572630227721622009-04-25T21:28:00.001-07:002013-07-21T00:44:28.504-07:00Maharani Zoo<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Disamping wisata gua terindah, di<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html"> gua </a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html">Maharani</a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html"> </a>juga terdapat kebun binatang. <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html">Maharani Zoo</a> dan Goa yang disingkat dengan nama Mazzola ini terletak di depan WBL. Kedua tempat pariwisata tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan penyebrangan agar para wisatawan bisa bermain di kedua tempat tersebut.<br />
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJN7XfVSW-6bQ4lemF6CNOnt0zgSgfG5Z9QoAZANm8rw_7ioPF12KxZN9Z20b_f94ciC6xItqmy7N_kycNfCgN5XuUd7IAaHEhM_x_y16-uInbHCD5RMO7TO-YAKKa5EiiprkVOVwYzZiF/s400/Edit04112008771.jpg" /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwWNC-fyQ0evVa9OptOSqwvqw_HdYcnrjuk7KDl7K-3jxLydeydq0k5_GGF1itUsKTJRZqrk5cIK1qJaDugaLmJrvOHGImbOPbCHhZ34laGyZ7OOe25Bx8Blz3o91vq3AM8QNJCjuvOb_c/s400/edit04112008772.jpg" /></div>
<br />
<div align="justify">
Di depan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html">Mazzola</a> tepatnya di sebelah kanan pintu masuk terdapat beberapa stand oleh-oleh jajanan yang beraneka ragam, mulai dari kripik ikan sampai ikan yang sudah dikeringkan. Di sebelah kirinya terdapat pusat makanan yang juga beraneka ragam.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Harga tiket masuk mazzola Rp. 7500/orang, namun jika anda membeli tiket terusan yang bisa masuk di kedua tempat (<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/maharani-zoo.html">WBL dan Mazzola</a>) anda hanya dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 35.000/orang (diluar hari libur) dengan rincian Rp. 30.000 untuk masuk WBL dan Rp. 5.000 untuk masuk Mazzola. Namun jika hari libur anda dikenakan biaya Rp. 45.000/orang dengan rincian Rp.40.000 untuk masuk WBL dan Rp. 5.000 untuk masuk Mazzola.<code></code></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS6WEhcM8KA3AhMJ4Y5kOiGdFjy21twgetIYetW_8DuzHbsjXWgLaJIEHp2I5klDr2O_peYo_hTzZEpJSRwmHYI9J3NjCsD5iq0E9YDCTY14tNvxA6uRvKVo_wBh59OdKLAaD4Mp6W2YcU/s400/edit04112008834.jpg" /></div>
<div align="justify">
<code></code>Setelah masuk di dalam Mazzola saya sangat terpesona akan kebersihan di tempat tersebut, hampir tidak ada kebun binatang yang bisa sebersih itu, mungkin itu disebabkan oleh sedikitnya pengunjung yang datang dan banyak kandang yang belum terisi oleh binatang. Di kebun binatang Mazzola terdapat beraneka macam binatang yang memang kebanyakan hanya dapat dilihat di kebun binatang, mulai dari rusa, kangguru, iguana, monyet, harimau, buaya, dan lain sebagainya.</div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9I-3vAGthXsIN42vGcOrshWgp2oiD8wyVey0WgqodiN1wOZNnNqvCgF4-547bOk9tTAqt831BzWJDth6-iuLswUxx-es6Wten7K_Gjtgc_FkeekvFk84F6Ijg8LAbo-ZGEY6Kf4is00tg/s400/Edit04112008795.jpg" /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjen1IoySco5PjnWMMiryDZXjcmg-9zMOFmZhL2p3BET5kFQBWEinV3UcDNCueI90yPXWmfygosI0rfdDJYzzAQdbKYr48cWDSl-b1u2mKTlXgAs05mKecMJVcJ-Kt1k2RIWiQ4wNWY_41S/s400/Edit04112008794.jpg" /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYBeaj5XgniSYkqHvsVfNicEeSTPJFr_k4R00cuee2MqPgPF7koF__8DcjS2lf5_AOZcnl1Lh1ulVuElodKZHloWezTu4QseYi03qYLA94nVRB0MWZkAKbzkJrWBKll6DL8D-N9ZuCG42U/s400/Edit04112008811.jpg" /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil0C-7LR4d8r70QrUKqXK_PLDqYoRxfparTss77ZnN3ZUHnMYYZyMfOnCiwoRUOeKu3Byiy2ndCSXS43GSTJCUkgy7aJB6uxuWQkfcdqVmXX6tMTx3n_1Su1UbcWJ1NW2SFZwP6h2eXcrC/s400/Edit04112008812.jpg" /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNInjh_EgoonuTu7su0DQ4WKKkXkxhI0uVURX8EEgHuLzxTjOmeRXyftfxdlQ-FR83pdRqXObfC3XjbI3mn7MxIjyfeFlNrcjfCkxoX1xH4m7I5l-Yew07Ig6f-_cmi_v8K22uCDmPEdLH/s400/Edit04112008829.jpg" /></div>
<br />
<div align="justify">
Disini terdapat beberapa hewan albino yang diletakkan mengitari tempat makan agar para anak kecil yang tidak mau makan bisa dirayu oleh orang tuanya agar mereka mau makan.</div>
<div align="justify">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGkvb_jrq_gqRB8aOlmsgA6rCWEuwFcqalPjEJNy98tfBVYFOnZoW6WqCpkdpKbtNfrRWghNW4GXzihDdtL5itNgdN6u4khT-5xU_rzFesN2CBpJdMSyMk6kMyl9QV_qRZohyphenhyphenAaJvZPAZd/s400/Edit04112008797.jpg" /><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq2iUQHzhaDQIgWgBv94ESNqZnpgMqzkH4d8VumY2ZJy3jqYDJYYGDyO7tBrSYKKwYVoufhgGvxB4dw5vixIWaZCTbZrwZAEl1eskYCx58IWr_KqwA-w50wKT0tFTr6h1BpanAhTIX_ENs/s400/Edit04112008798.jpg" /><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC0D6z_T45q82wyZJOTu2tGb_G7bXoVnM8HE1Z6L_HnihR0qQBjLt9KyUkgEVpb45H-donRX8YTaVSh0iQX8QHZ-sRoMy4IcWdSb1Qf0pPedw8Xj2XqFGSmHztZWTRrFnnGy7cNezusU5_/s400/Edit04112008799.jpg" /><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX2o6y3C6o-oRGAHs0NBJsJzOMteENblULyP-f0eOrNR7KZgSm5sI03LqOuZQNQyUHcUucxmuyqQFnVyNz11bDqXpoQCKIrCmW90bjV-RV9x7_BqKXprTmR-MBXAEbtBCYWlslEn5Rf6ZY/s400/Edit04112008801.jpg" /><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGxiGc6D9wueQeopyzsuSsng-MemlRCNPq5ICcFREuO97k0kmKuKotmUkgLPmebXvtLEL9ShGGosbNdZLiR-bWMCxUEF4EtIh-cb4sstLtvL2EVhhHoBqaitzuskYvH_5jhgsQDnMrt20u/s400/edit04112008802.jpg" /><br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK_jsfGXrNFK_iryxF9Gr5j5UukM4LOo3tkZjrXKtk5cQR4cgnkqjrcVMfpuG-O7-h842DLkYmEFkrJHrjXy90Ik2kjuPma1QFYmeY2P5TBjoXbK0Lt3vWiqvPlfsgymZZL_SgbKM5c6pb/s400/Edit04112008805.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_4c6dP2DSx7RUejocxq-jJn27dtW_HcBaDf5my8Tf2MRtOlJC-KozK8GNfa4BfKSZ_TP3uhVwjIUeu_hmH_u7a5hdIlEFyCHIwCMG0n-qX-Faf7Rrhk5Fl_-8xoXlQLOzODqJ3gIkNQt5/s400/Edit04112008806.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjawoKxMrUI8U8JrHVzYJBKqpdHwkVSrRXKn6ZhhMLlU5m_OM2V2JTcUDKPiVSr43OG0waw7OnLHy1IYQ6XcAuDHDNGEzLx_mbclJUAYVPd1SUG8rYW8xjkHqAjzQtKf9gXul085vhZxfhB/s400/Edit04112008809.jpg" /></div>
<div align="justify">
Disini terdapat mayat-mayat binatang yang telah dibekukan dan beberapa fosil hewan purba.</div>
<div align="justify">
</div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi43hEOp-ykGcUZvHhottLCK1aIeO920a-djdQkKgY2BG1tm1AbmgeuYRyLZ5y7HH1i-KYKlzHbraPHegfa55z63eXFT_AuuXESZIl9JO1wGUq3qGJqsC683ygUjQBemjaIISu35olM6UbW/s400/Edit04112008831.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6qGC6gO05lHOwfL91W-KBfmemeyxkoaX_zIIlFQ7e0X6aF0jia9byO8T7O3CiLEhicr8KYRnw2WfahUKOwDkMQGnzFpRYl_K1vQvaCq_4cS7ZK6K1rSSmyUUOyoOZjLuvE2C-TS1fMAaF/s400/Edit04112008832.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6ypDkfDRxaKEFS5yEd_APjS1mI1DhA-PycIU_LQJba3KxvzLnQtKlMu1voZtbUlZ3kSxk7pMGvNlTIUCmuqcxzO77QBz29JErzkH4GZlns6t02_rKhrQyGck_OaGY5qsEI3dnWMEqDc7s/s400/Edit04112008833.jpg" /></div>
<div align="justify">
Yang unik dari tempat ini adalah hampir semua biantang yang ada di Mazzola hanya dibatasi kaca agar pengunjung bisa lebih dekat dengan binatang yang ada.Namun ini juga sangat berbahaya bagi orang tua yang tidak waspada dengan anaknya karena bisa saja kaca tersebut bisa dipecah oleh anak mereka. Contohnya harimau ini yang hanya dibatasi oleh sebuah kaca.</div>
<br />
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
meta : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Maharani">maharani</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/">kota</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-6914239167952743402009-04-21T07:22:00.000-07:002013-07-21T00:45:51.468-07:00Wingko Bukan Asli Semarang<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdaxAWYVJuIz4ad5joPyi8vvcNXe3G7mA_UAh0DkyDSEq1ttK-aQgRNAWcHrtB02-mYcygvw_yt4yhaFUxid7_U2Y1qiQTLAmET4Kg5BJG8I_0LAl2bSEOASO9cZGDtwJe_pGcxcmfyvo/s1600-h/wingko%5B1%5D.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5327151148048035778" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdaxAWYVJuIz4ad5joPyi8vvcNXe3G7mA_UAh0DkyDSEq1ttK-aQgRNAWcHrtB02-mYcygvw_yt4yhaFUxid7_U2Y1qiQTLAmET4Kg5BJG8I_0LAl2bSEOASO9cZGDtwJe_pGcxcmfyvo/s200/wingko%5B1%5D.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 136px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 168px;" /></a>Wingko atau sering disebut juga <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Wingko%20Bukan%20Asli%20Semarang">Wingko</a> babat adalah makanan tradisional khas Indonesia. Wingko adalah sejenis kue yang terbuat dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa" title="Kelapa">kelapa</a> dan bahan-bahan lainnya. Wingko sangatlah terkenal di pantai utara pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue. Di pulau Jawa, Wingko juga sering menjadi oleh-oleh untuk keluarga, yang menjadikan kue ini terkenal.<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/wingko-atau-sering-disebut-juga-wingko.html">Wingko</a> biasanya berbentuk bundar dan agak keras serta biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Wingko yang paling terkenal dibuat di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/wingko-atau-sering-disebut-juga-wingko.html">Babat</a>. Dan banyak dijiplak di Semarang, dengan banyaknya industri kecil. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babat" title="Babat">Babat</a>. Ini adalah daerah kecil namun daerah yang sangat strategis dalam distribusi bisnis se jawa timur, di bawah kabupaten <a href="http://lamongan.info/">lamongan</a> , <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa Timur</a>. Babat terletak di dekat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bojonegoro" title="Bojonegoro">Bojonegoro</a>, Jawa Timur yang terkenal akan kayunya dan karena baru saja ditemukan sumber minyak di daerah ini.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Wingko%20Bukan%20Asli%20Semarang">Babat</a>, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/wingko-atau-sering-disebut-juga-wingko.html">wingko</a> ini diambil dari daerah-daerah sekitar tempat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini wingko adalah makanan yang terkenal di Babat dan Semarang dengan berbeda merek dan besar yang dijual. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.</div>
<div style="text-align: justify;">
----------------------------------------------------------------------------------------<br />
Perlu diketahui untuk semua : "<span style="font-weight: bold;">Bahwa produksi Wingko Babat telah dipatenkan menjadi produk asli dan unggulan daerah Lamongan</span>." [ <a href="http://www.jatimprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=802&Itemid=80">lihat disini </a>]</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
meta : <a href="http://dapur-squ.blogspot.com/2006/08/wingko.html">wingko</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babat,_Lamongan">babat</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://www.blogger.com/www.semarang.go.id">semarang</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-13852043494542780102009-04-21T07:11:00.000-07:002013-07-21T00:46:50.047-07:00Babat Kota Metropolis<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: bold;">Kecamatan Babat di proyeksikan menjadi kota metropolis....?</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Kedepan, kota <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Babat%20Kota%20Metropolis">Babat</a> akan diprioritaskan pembangunannya. Sehingga nantinya Babat dapat menjadi Kota Metropolisnya <a href="http://lamongan.info/">Lamongan</a>. Hal tersebut disampaikan Sekkab Lamongan Fadeli saat melakukan halal bihalal Idul Fitri 1429 H di Pendopo Kecamatan Babat, Selasa (7/10).</span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZy9sk2c-BRG4cLEnkDY2CblC8V56kaA5UpGQ_2W5Wc9a6JqGjdn-ZLKcnu1ucqOFArTyQO7lerlLniZFvnVQk93F3jGFDP1rwYUFYe3eyp85ZzUSlW4hZ0FliJ56YH3-MJ2LT_RtFtms/s1600-h/pasar_modern.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5327149039607998610" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZy9sk2c-BRG4cLEnkDY2CblC8V56kaA5UpGQ_2W5Wc9a6JqGjdn-ZLKcnu1ucqOFArTyQO7lerlLniZFvnVQk93F3jGFDP1rwYUFYe3eyp85ZzUSlW4hZ0FliJ56YH3-MJ2LT_RtFtms/s400/pasar_modern.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 375px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Menurut Fadeli, kawasan tengah Kabupaten Lamongan, termasuk diantaranya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/kedepan-kota-babat-akan-diprioritaskan.html">Kecamatan Babat </a>akan difokuskan pada perkembangan perekonomian melalui pengembangan usaha perdagangan dan jasa. "Saat ini sudah mulai dilakukan pembangunan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/kedepan-kota-babat-akan-diprioritaskan.html">Pasar Agrobis</a> di eks terminal Babat. Selain itu, nantinya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/kedepan-kota-babat-akan-diprioritaskan.html">Pasar Babat</a> akan juga ditata agar tidak memperlihatkan kesan kumuh. Dengan adanya pembangunan pasar ini diharapkan proyeksi kedepan agar Babat jadi Kota Metropolisnya Lamongan bisa terwujud, " tutur dia.</span><br />
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk rencana pembangunan Pasar <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Babat%20Kota%20Metropolis">Babat</a>, lanjut Fadeli, saat ini sudah masuk penjajagan investor yang akan menanamkan modalnya. Menurut Fadeli, setelah proses penjajagan investor ini selesai, tahun depan pembangunan pasar tersebut bisa segera terwujud. "Karena itu saya minta masyarakat untuk menjaga suasana kondusif. Selain itu, Pemkab <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Makna%20Lambang%20Lamongan">lamongan</a> akan segera sosialisasikan rencana tersebut pada para pemilik stan di Pasar Babat, " katanya pada acara yang diikuti oleh Camat Babat Sutedjo, Muspika, dan Kepala Desa beserta perangkat desa se Kecamatan Babat tersebut..</span><br />
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Fadeli pada kesempatan tersebut juga menuturkan, investasi di Lamongan pada masa mendatang tidak akan hanya berkutat di wilayah utara saja yang saat ini sudah memiliki Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Wilayah tengah dan selatan juga akan menjadi lokasi investasi. Seperti di wilayah selatan yang nantinya akan berdiri Rumah Sakit Ngimbang dan sebuah pabrik pengolahan jagung untuk konsumsi ekspor.</span><br />
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dikonfirmasi terpisah, Kabag Humas dan Protokol Lamongan Aris Wibawa menuturkan, saat ini pembangunan Pasar Agrobis Babat yang saat ini pembangunan tahap II telah mencapai 40 persen dengan anggaran Rp 4, 4 miliar. Dana tersebut Rp 2, 4 miliar diambilkan dari APBN, Rp 350 juta dari APBD I dan Rp 1, 6 miliar dari APBD Lamongan.</span><br />
<br />
<span style="color: black; font-family: Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pasar ini mulai dibangun pada 2007 lalu dengan anggaran mencapai Rp 2, 3 miliar. Pada pembangunan tahap I tersebut dibangun dua unit gedung dan kantor administrasi, pengurukan pedel, kantor, paving, urukan pasir dan fasilitas lainnya. Pasar Agrobis ini nantinya kan ditempati pedagang barang basah (daging, sayur) eks pedagang pasar babat. Sementara Pasar Babat nantinya hanya diperuntukkan bagi pedagang barang kering seperti tekstil dan elektronik.<br /><br /><br />meta : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babat,_Lamongan">babat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar">pasar</a>, <a href="http://sukawi.blogspot.com/2009/04/semarang-kota-metropolis-semu.html">kota metropolis</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-77930085866531102412009-04-21T06:55:00.000-07:002013-07-21T00:48:22.279-07:00Asal Muasal SotoAsal usul soto dan penyebarannya memang baru sebatas kemungkinan.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQtH1FmWk5-EhGy5leT3bWfEULKq7n2IvwdsWh2V9txL4KnCt57hBcTqd8Z4Y3-Cpy_xao60_OlMbJURqSyN2ihcyeD2oZvfBkXtLgLusOJuAdcEHdOWTZfYck5ysmNDKzJ6FEqsvjGio/s1600-h/soto+lamongan-ku.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="font-family: verdana;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5327143468194526274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQtH1FmWk5-EhGy5leT3bWfEULKq7n2IvwdsWh2V9txL4KnCt57hBcTqd8Z4Y3-Cpy_xao60_OlMbJURqSyN2ihcyeD2oZvfBkXtLgLusOJuAdcEHdOWTZfYck5ysmNDKzJ6FEqsvjGio/s200/soto+lamongan-ku.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 136px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 173px;" /></a>Menurut Dennys Lombard (Nusa Jawa: Silang Budaya), jelas ditulis dibuku tersebut <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">asal mula Soto</a> adalah makanan Cina bernama Caudo, pertama kali populer di wilayah Semarang. Dari Caudo lambat laun menjadi <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Asal%20Muasal%20Soto">Soto</a>, klop bukan? Orang Makassar menyebutnya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Coto</a>, dan orang Pekalongan menyebutnya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Tauto</a>.<br />
<br />
Makanan yang asalnya juga khas Cina ini telah menjadi bagian dari makanan masyarakat Indonesia. Dengan menyesuaikan olahan bumbu agar pas dengan lidah orang Indonesia, lahirlah kemudian <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Soto </a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Lamongan</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Soto Semarang</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Soto Kudus</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Soto Madura</a>, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/asal-usul-soto-dan-penyebarannya-memang.html">Soto Bangkong</a>, dan sebagainya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Dr Lono Simatupang, menurut dia, soto merupakan campuran dari berbagai macam tradisi. Di dalamnya ada pengaruh lokal dan budaya lain. Mi atau soun pada soto, misalnya, berasal dari tradisi China. China-lah yang memiliki teknologi membuat mi dan soun, ujarnya.<br />
<br />
Soto juga kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya India. Ada beberapa soto yang menggunakan kunyit. Ini seperti kari dari India, ujarnya. Karena soto merupakan campuran dari berbagai tradisi, ungkap Lono, asal usulnya menjadi sulit ditelusuri. Soto itu seperti dangdut yang mendapat pengaruh dari berbagai tradisi. Ya, sudah kita terima saja.<br />
<br />
Namun orang <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Kontrovesi%20%20Dewi%20Sekardadu">lamongan</a> lebih bangga, bahwa keberadaan soto diakui nomer satu se indonesia, dan dibawahnya adalah <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Asal%20Muasal%20Soto">soto</a> madura. Kenapa....karena banyak disetiap daerah kita jumpai soto lamongan. Dan sebenarnya soto lamongan tetap enak khan....?<br />
<br />
Ingat....Ini lamongan bung....!!<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://www.geocities.com/claudie_lum/sopsoto/soto_ayam.htm">soto</a>, <a href="http://www.blogger.com/cuek.wordpress.com/2007/09/22/soto-lamongan">soto lamongan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Coto_Makassar">coto</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-89399680572864990482009-04-19T08:51:00.000-07:002013-07-21T00:50:03.457-07:00Kenapa Bernama Maharani..?<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIKV40OG8-U3Ykf4-DYZASUfaDQZDvraEgJnHlT7aYKaQis3cRyF5qux5m979BLjDqoRnFTUkUiGzTidLnb3anf3CRPuQd_0pmGR7TR3Pq7hSGbLGstyKDGLPoSrVojJA_oBm8XFHAjnM/s1600-h/maharani6.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326430995032876082" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIKV40OG8-U3Ykf4-DYZASUfaDQZDvraEgJnHlT7aYKaQis3cRyF5qux5m979BLjDqoRnFTUkUiGzTidLnb3anf3CRPuQd_0pmGR7TR3Pq7hSGbLGstyKDGLPoSrVojJA_oBm8XFHAjnM/s200/maharani6.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Istana Maharani</a>, demikian goa ini dinamakan oleh Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, SH sesuai dengan kecantikan sinarnya dan berdasarkan usulan salah seorang pekerja penemu goa atas mimpi istrinya. <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Goa Istana Maharani</a> ditemukan oleh 6 penggali tanah coral bahan phosphat dan pupuk dolomit yaitu Sugeng dan kawan - kawan dengan mandor Nyoto pada tanggal 6 Agustus 1992. Luasnya kurang lebih 2. 500 m2 dengan kedalaman 25 m dari permukaan tanah. Nama maharani lahir dari mimpinya istri Nyoto. Malam sebelum ditemukannya goa, dia bermimpi melihat cahaya bunga- bunga yang sangat indah berwarna - warni yang di jaga oleh dua ekor naga raksasa bermahkota. Dua ekor naga tersebut kini divisualkan berbentuk dua patung naga dengan dua burung garuda penjaga pintu masuk goa yang disebut <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Gerbang Paksi Tatsoko.</a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Di dalam <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Kenapa%20Bernama%20Maharani..%3F">Goa</a> memang terdapat <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">stalaktit - stalagmi</a>t yang menyerupai singgasana Maharaja, flora dan fauna,.. yang sangat indah bersinar - sinar seperti mutu manikam intan baiduri. Dari tetesan air bebatuan gamping yang menyerupai karang sejak jutaan tahun yang lalu secara alami endapannya mengkristal membentuk berbagai perwujudan yang sangat mengagumkan. Sungguh merupakan keajaiban dunia tanda Kebesaran Tuhan.<br />
<br />
Stalaktit dan stalagmit tersebut ada yang disebut <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Lingga Pratala</a> (menyerupai alat vital laki - laki), <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Yoni Pratiwi</a> (alat vital perempuan), Cempaka Tirta (bunga kanthil), Karang Raja Kadal (menyerupai dinosaurus), Selo Gajah (menyerupai kepala gajah), bunga Mawar, pohon Beringin dan berbagai bentuk lainnya yang teramat unik dan indah.<br />
<br />
-----------------------------------------------------------------------------------------------------<br />
Menurut cerita mimpi setelah semedhi beberapa penduduk, didalam goa ser<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaOcQNgVoa8KtgKlvoGP3m-5m3Dt0myL6yiDyFOXeDrpYSaUOIHizHm_FyBaB-iTMu93JgiXMqEUQmc5W5ILudXIRlsIkvWZMfVLSXKDQw9csjm5kWDQStJT_qDFhRdmNUlAftHXbRmno/s1600-h/SPA_Tamansari.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326432732437858290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaOcQNgVoa8KtgKlvoGP3m-5m3Dt0myL6yiDyFOXeDrpYSaUOIHizHm_FyBaB-iTMu93JgiXMqEUQmc5W5ILudXIRlsIkvWZMfVLSXKDQw9csjm5kWDQStJT_qDFhRdmNUlAftHXbRmno/s200/SPA_Tamansari.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 131px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 197px;" /></a>ing terlihat puteri cantik seperti <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/istana-maharani-demikian-goa-ini.html">Roro Ayu Mantili</a> dari kerajaan fiksi Madangkara diiring dua dayang dan punggawa. Namun melihat struktur dan berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit didalam goa ada yang melukiskan seperti Keraton Kiskendo.Memang apabila wisatawan termenung sebentar tentang keajaiban alam yang terpatung karikatural dalam goa, berbagai imajinasi luar biasa akan bermuncuIan sehingga mendorong orang untuk selalu berkunjung kembali ke goa Istana <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Kenapa%20Bernama%20Maharani..%3F">Maharani</a>.Lokasi wisata ini berhadapan dengan WBL terletak di seberang jalan.<br />
<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://maharanihotel.com/">maharani</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gua_Maharani">gua maharani</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-89856828108558229442009-04-19T08:40:00.000-07:002013-07-21T00:51:01.380-07:00Fenomena Waduk Gondang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/waduk-gondang-terletak-di-desa-gondang.html">Waduk gondang</a> terletak di Desa Gondang Lor dan Desa Deket Agung Kecamatan Sugio, sekitar 19 Km ke arah barat kota Lamongan. Selain fungsi utamanya sebagai tempat irigasi bagi persawahan dan pertambakan masyarakat Lamongan, waduk Godang juga dijadikan sebagai tempat objek wisata.<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5333066269812199506" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQbhMW2iv1W8ITRmhHALseC0At1f9zZmWeH9QPx7CTPG1AuOBsOMiDg5YpJhRYMnleR7LQIQ4amh7yToyRDL75XHbfXkHa_p49yLv_gpYaRgjjg_j7hkoVeRiC_Utj_XRipCaHFNQbkjA/s200/waduk+gondang.jpg" /></div>
<br />
<div align="justify">
Ditempat Wisata yang penuh pepohonan ini, juga dilengkapi dengan sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, kebun binatang mini yang dihuni oleh Rusa, Orang Hutan, Kera, burung Garuda, Merak, Ular dan satwa lainnya. Di <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Fenomena%20Waduk%20Gondang">waduk Gondang</a> juga terdapat perahu wisata, sepeda air yang dapat digunakan untuk mengelilingi waduk sambil menikmati keindahan perbukitan dan pepohonan jati, serta sarana pemancingan bagi mereka yang gemar memancing.</div>
<br />
<div align="justify">
Tidak jauh dari Waduk Gondang terdapat <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/waduk-gondang-terletak-di-desa-gondang.html">makam Dewi Sekardadu</a>, putri Adipati Blambangan yang diperistri oleh Kanjeng Maulana Iskak. Oleh masyarakat Gondang dan sekitarnya, Makam Dewi Sekardadu dikenal sebagai Makam Mbok Rondo Gondang sebagai ibu dari Joko Samudro atau Sunan Giri. Makam yang terletak di tepi jalan sebelah timur Waduk Gondang ini ditemukan pada tahun 1911, kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1917.</div>
<br />
<br />
meta : <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://www.blogger.com/id.wikipedia.org/wiki/Waduk">waduk</a>, <a href="http://www.blogger.com/id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Gondang">waduk gondang</a>, <a href="http://jv.wikipedia.org/wiki/Sugio,_Lamongan">sugio</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-1251858358345354122009-04-19T08:26:00.000-07:002013-07-21T00:53:15.653-07:00Kontrovesi Dewi Sekardadu<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
"<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html">Dewi Sekardadu</a> itu bukan orang sembarangan. Beliau ibundanya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html">Raden Paku</a>, salah satu wali penyebar agama Islam,"<br />
<br />
Cerita bermula dari Tanah <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html">Blambangan,</a> Banyuwangi, pada masa <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html">Prabu MINAK SEMBUYU</a>. Dewi Sekardadu, putri Minak Sembuyu yang cantik jelita, diserang penyakit sangat berat. Segala macam upaya sudah dicoba, tabib-tabib terkenal sudah bekerja, tapi sia-sia. Pada tahun 1362 (versi Pak Durohim), kebetulan<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/dewi-sekardadu-itu-bukan-orang.html"> Syech MAULANA ISKAK</a> (asal Yaman) tengah menyebarkan Islam di Pulau Jawa.<br />
<br />
Waktu itu, ujung rezim Majapahit, penduduk tanah Jawa memang belum banyak memeluk Islam. Kebetulan Maulana berada di Blambangan. Raja yang putus asa akhirnya bikin sayembara. Siapa yang bisa menyebuhkan <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Kontrovesi%20%20Dewi%20Sekardadu">Dewi Sekardadu</a> akan dijadikan mantu kalau masih muda. Kalau sudah tua, jadi kerabat kerajaan. Maulana, sang ustad, ikut sayembara, dan akhirnya sukses menyembuhkan Dewi Sekardadu.<br />
<br />
Syech dari Timur Tengah itu pun menikah dengan DEWI SEKARDADU BINTI MINAK SEMBUYU. "Tapi Raja nggak suka Maulana karena nggak mau jadi Islam. Itu membuat permusuhan di antara mereka. Tegang terus," tutur Pak Durohman.<br />
<br />
Diserang terus oleh Minak Sembuyu membuat Maulana pamit mundur kepada istrinya. Saat itu Dewi sudah hamil tujuh bulan. Kalau lahir laki-laki, pesan Maulana, namakan dia RADEN PAKU. Syech Maulana kemudian meninggalkan Blambangan, pergi berdakwah di tempat lain. "Tahun 1365 Sunan Giri alias Raden Paku lahir,"<br />
<br />
Raja Blambangan murka. Ia khawatir Raden Paku bakal merusak wibawanya. Karena itu, ia memutuskan untuk membuang cucunya ini ke laut. Para prajurit memasukkan si bayi ke dalam peti dan mengapungkannya. Mengetahui anak tercintanya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu menceburkan diri ke laut mengejar-ngejar anaknya. Sia-sia. Gelombang terlalu besar, dan apalah kemampuan berenang manusia.<br />
<br />
Versi Pertama, mengatakan bahwa <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Kontrovesi%20%20Dewi%20Sekardadu">Dewi Sekardadu</a> bisa menyelamatkan diri dan bersembunyi ke arah barat dan bersembunyi di daerah hutan. Yang diyakini sebagian orang yakni daerah Gondang. [ Sekarang-Wisata Waduk Gondang ]<br />
<br />
" <span style="color: #009900; font-style: italic;">Waduk yang terletak 19 Km kea rah barat Lamongan. Tepatnya didesa Gondang Lord an Deket Agung Kecamatan Sugio. Untuk menuju lokasi ini selain dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dapat juga menggunakan angkutan umum dari Lamongan menuju Gondang.</span><br />
<span style="color: #009900; font-style: italic;">Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Suharto tahun 1987. waduk ini memiliki luas 6,60 Ha dengan kedalaman sekitar 29 meter. Tidak jauh dari lokasi waduk terdapat makam Dewi Sekardadu, putrid Blambangan istri Kanjeng Maulana Iskak yang juga disebut Mbok Rondo Gondang merupakan ibu Jaka Samudra atau Sunan Giri. Ditemukan tahun 1911 dan dipugar tahun 1917 oleh pemerintah .</span>(lamongan.go.id)"<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Versi Lain</span>:<br />
Singkat cerita, jasad Dewi Sekardadu dan peti pembawa Raden Paku harus berpisah. Dewi Sekardadu dibawa ke arah Sidoarjo, sementara peti berisi bayi Raden Paku nyasar ke Gresik.<br />
<br />
Kebetulan, pada 1365 itu, ada nelayan Balongdowo [Sidoarjo] tengah mencari kerang di perairan Selat Madura. Kaget sekali mereka melihat jasad perempuan cantik yang digotong ramai-ramai oleh ikan keting. Jasad itu terdampar di pantai, dan dikebumikan secara terhormat oleh warga. Tempat itu akhirnya dinamakan KETINGAN alias KEPETINGAN.<br />
<br />
"Jadi, Ibu Dewi Sekardadu itu, ya, dikubur di sini. Di tempat kita duduk sekarang," ujar Durohman kepada saya.<br />
<br />
------------------------------------------------------------------------------------<br />
memang sangat banyak sejarah yang masih kabur di bumi nusantara ini. Padahal sejarah adalah pondasi negara untuk menuju suatu peradaban. Dengan ini..mari kita lebih menghargai tentang keberadaan sejarah kita.<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://www.blogger.com/www.kapanlagi.com/h/0000092110.html">dewi</a>, <a href="http://hurek.blogspot.com/2007/03/dewi-sekardadu-dan-nyadran-sidoarjo.html?showComment=1238903640000">sekardadu</a>, <a href="http://www.blogger.com/hurek.blogspot.com/2007/03/dewi-sekardadu-dan-nyadran-sidoarjo.html">dewi sekardadu</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-3974819812527213952009-04-19T08:04:00.000-07:002014-05-05T08:51:38.507-07:00Amrozi dan Lamongan<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHiet80bh4q9DRfeB9I3jfsRvfy-_NC4b6mjh0ml9-GC30C9XyOw5OYK6APJHfnP-cYS-p2LcjoiNA1pNLsGPLVvQ_FuxxVNwz9Vw9bkJ-NXOLEbEV_1b7ITC4SUY7r95N8al6dDtSKFY/s1600-h/amrozi.JPG" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHiet80bh4q9DRfeB9I3jfsRvfy-_NC4b6mjh0ml9-GC30C9XyOw5OYK6APJHfnP-cYS-p2LcjoiNA1pNLsGPLVvQ_FuxxVNwz9Vw9bkJ-NXOLEbEV_1b7ITC4SUY7r95N8al6dDtSKFY/s200/amrozi.JPG" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326421255592700482" style="cursor: pointer; float: left; height: 200px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 147px;" /></a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Amrozi,</a> 39 tahun, adalah warga Desa Tenggulun, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Kecamatan Solokuro</a>, Lamongan, Jawa Timur. Di daerah yang sama, Amrozi lahir pada 6 Juni 1963. Ayahnya, H Nur Hasyim, selama 32 tahun bekerja sebagai sekretaris desa alias carik -jabatan terpandang bagi warga desa. Ibunya, Hj Tariyem, ibu rumah tangga. Ia tumbuh sebagai remaja yang doyan kebut-kebutan, selepas pendidikannya di SMP Korpri Paciran, Lamongan. Saat teman-teman sekolahnya di Madrasah Aliyah Lamongan, hanya bisa pakai sepeda ke sekolah, <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Amrozi%20dan%20Lamongan">Amrozi</a> sudah mengendarai motor. Amrozi yang suka memelihara rambut gondrong juga sering cangkruk di warung kopi daripada mengaji di masjid. Karena suka keluyuran itulah, Amrozi drop out dari madrasah aliyah ketika masih kelas dua.<br />
<br />
Kesukaan lain Amrozi adalah menembak burung bersama Qomaruddin - pensiunan polisi hutan Dadapan, Kecamatan Solokuro, Lamongan. Walau demikian, kata Qomaruddin, Amrozi adalah sosok yang sopan dan sering menyapa orang. Keahlian Amrozi memperbaiki motor, menuntunnya untuk mengikuti kursus montir di Surabaya dan akhirnya mendirikan bengkel bersama <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Ali Imron.</a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<center>
<a href="http://lazuardi-vandel.blogspot.com/"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPCxaFu6KjKAt0F5sckYu41vIEw8MYREiTYIzV3FtMkzhTUlLMxZfKOux7RePY7vwxDQWEJbz8N_DmGN-gTYKmulZL3JO4eYGaok-HQS66W801o7J6TDbClOoahVrnZRyiqE26_XuP34I/s1600/lazuardi+vandel.jpg" /></a></center>
<br />
Dengan wajahnya yang ganteng, gaul, dan anak seorang carik, Amrozi banyak dikagumi gadis di desanya. Pada 1985, saat berusia 22 tahun, Amrozi menikah dengan Rochmah, si kembang desa <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Sugihan</a>, Solokuro. Pasangan ini dikaruniai anak, Mahendra. Tapi, pernikahan itu hanya bertahan satu setengah tahun, lantaran Amrozi tidak pernah memberi nafkah sehari-hari. Rochmah pun meminta cerai kepada <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Amrozi%20dan%20Lamongan">Amrozi</a>.<br />
<br />
Tak lama menduda, pada 1990, Amrozi menikah dengan Astuti, gadis asal <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Desa Pelirangan</a>, Solokuro. Pernikahan ini pun tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, ia pergi merantau ke Malaysia. Di sana ia ikut kakaknya, H. Ghofur, di Johor, Malaysia. Tapi, istrinya, Astuti, tak yakin suaminya ke negeri jiran untuk mencari ringgit. Karena ditelantarkan dan tak diberi nafkah, Astuti jgua minta cerai. Pada 1993, mereka resmi bercerai.<br />
<br />
Pulang ke Lamongan, 1999, Am -panggilan akrab Amrozi- tampak alim walau gaya pakaiannya tak berubah: mbois. Tapi, kemudian ia mulai jarang bergaul. Saat berada di rumah, waktunya dipergunakan untuk membaca buku-buku agama. Tahun itu juga, Amrozi menikahi Choiriyana Khususiyati asal Kabupaten Madiun, yang ia kenal di Malaysia. Tidak memiliki rumah sendiri, ia dan istrinya tinggal bersama ibu dan bapaknya. Di bangunan yang terbuat dari kayu jati bercat biru muda, berukuran 7 x 10 meterpersegi, itu tidak ada perabotan istimewa. Di sebelah kiri rumah induk, ada bangunan lain berupa bengkel sepeda motor.<br />
<br />
Amrozi begitu sadar arti penting komunikasi, sehingga walau tinggal di desa yang cukup terpencil di pesisir pantai utara Pulau Jawa, dirinya memakai seluler. Bahkan, dirinya ahli menyervis seluler dan membuat antenanya. Amrozi juga punya alat komunikasi berupa alat penyeranta (pager). Pesawatnya berwarna putih agak kusam dengan merek Motorola. Pada bagian untuk melihat pesan sudah banyak terdapat goresan. Tapi, rantai pager yang biasanya dicantolkan ke ikat pinggang, tetap ada walau sudah sedikit berkarat. Pihak operator pager adalah Nusapage, dengan nomor operator 13055, di Jalan Jemursari, Surabaya. Nomor pesawat pager Amrozi itu adalah 609358. Tapi, pesawat itu sudah diblokir sejak 31 Agustus 2002. Dengan penyeranta itu, Am bisa mempermudah aktivitasnya sehari-hari. Ketika sedang cangkruk (nongkrong) bersama teman-temannya, atau sedang berjalan-jalan, pager itu sering berbunyi. Karena sering berbunyi, sampai-sampai Am sering dijuluki sebagai orang penting dan sibuk.<br />
<br />
Terakhir, Am punya bisnis jual-beli seluler atau handphone. Ia sempat mengajak Ustadz Zakaria, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Islam, Solokuro, untuk menanam saham. Tertarik ajakan Am, ustadz kemudian memberinya uang Rp. 10 juta. Sayangnya, kini Am tak lagi bisa melanjutkan bisnisnya -yang katanya maju- itu. Ia terpaksa mendekam di tahanan, sebagai tersangka aksi peledakan yang menewaskan 186 orang di Bali.<br />
<br />
Gambaran Amrozi di pemberitaan media saat bertemu dengan Kepala Polri Jenderal Da'i Bachtiar, meruntuhkan gambaran seram yang sempat tertanam di benak orang. Pria jebolan SLTP itu sama sekali tidak terlihat sebagai pembantai 186 orang pada peristiwa <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">bom Bal</a>i lalu.<br />
<br />
Amrozi adalah anak keenam dari delapan bersaudara. Tujuh saudara kandungnya adalah Alimah, Afiah, Khozin, Ja'far Sodik, Ali Gufron, Amin Jabir (almarhum) dan Ali Imron. Selain tujuh saudara kandung, Amrozi memiliki lima saudara tiri, dari pernikahan ayahnya dengan Tarmiah. Kelimanya adalah Tafsir, Tasrifah, Sumiah, Naimah dan Ali Fauzi. Sebenarnya Khozin adalah salah satu sosok terpenting dalam keluarga besar ini. Sebab Khozin-lah yang mewujudkan harapan keluarga ini, mendirikan kembali Pondok Pesantren keluarga, pada 1993. Kabarnya, kakek Amrozi terpandang di masyarakat karena pernah memimpin pondok pesantren besar dan terkenal. Tapi, entah mengapa, pondok pesantren itu bubar.<br />
<br />
Lantaran tak satu pun dari anggota keluarga yang berlatar belakang pendidikan pondok pesantren, Khozin kemudian meminta bantuan Ustad Zakaria, alumni Pondok <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Pesantren Ngruki</a> untuk memimpin dan mengelola. Tentu saja pola pendidikan model Ngruki diterapkan di Al-Islam, Tenggulun. Begitu pun kuliah umum bagi santri diberikan oleh Ustad Abu Bakar Ba'asyir, yang sebagaimana lazimnya masyarakat pedesaan, lantas menjadi sumber panutan dan rujukan bagi para santri dan keluarga santri di Tenggulun. Amrozi, adik Khozin, yang dikenal mbeling (nakal) dan juga bukan lulusan pesantren ini besar di tengah-tengah situasi itu.<br />
<br />
Dari 13 bersaudara itu, yang aktif di Pondok Pesantren <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/amrozi-39-tahun-adalah-warga-desa.html">Al-Islam</a> -didirikan pada 1993- adalah Khozin dan Ja'far Sodik (keduanya pendiri), Ali Imron (adik kandung Am, pengajar di Al-Islam)) dan Ali Fauzi (pengajar juga). Amrozi tidak cukup aktif. Gufron yang tinggal cukup lama di Malaysia disebut-sebut juga sering ke pesantren itu sejak datang dari Malaysia, 2001. Tapi, Gufron yang kini juga dicari polisi, tidak lagi menampakkan batang hidungnya.<br />
<br />
Berbeda dengan lima saudaranya yang aktif terlibat di pesantren, Amrozi tidak memiliki tempat khusus di dalamnya. Seperti dikatakan Zakaria, Amrozi bukan santri, bukan alumnus, bukan pengurus atau pengajar di sini, dan juga bukan lulusan pondok pesantren mana pun. Dalam pandangan ustad lulusan Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Jawa Tengah, 1992 itu, penghayatan Amrozi mengenai Islam, tidak istimewa. Ukurannya sederhana saja, Amrozi tidak pernah hadir shalat berjamaah saat subuh dan isya. Untuk waktu shalat lain, Am pun sering terlambat. Penghayatan Islam yang dinilai tanggung itu pun masih lebih baik dibanding sebelumnya, ketika Amrozi dikenal sebagai pemuda yang mbeling.<br />
<br />
Di Pondok Pesantren Al-Islam yang memiliki 150 santri itu, Am sering bertandang untuk shalat berjamaah saat berada di rumah yang jaraknya sekitar 500 meter dari pesantren itu. Sementara itu, di benak para santri yang beberapa kali bertemu dengan Amrozi, sosok pemuda berambut hitam lurus itu adalah sosok pemuda yang keren dan gaul. Jika shalat Dhuhur di pondok, Am mengenakan celana hawai. Di kalangan santri putri, Am juga dikenal karena kegantengannya. Tidak heran, Am sering bergonta-ganti isteri.<br />
<br />
Dilihat dari latar belakang keluarga, keluarga Amrozi termasuk keluarga terpandang di desanya. Ayah Am yang saat ini hanya bisa terbaring lantaran stroke adalah mantan sekretaris desa (carik) puluhan tahun. Kakeknya seorang kiai pemimpin pesantren di desa yang sangat terpandang dengan jumlah santri banyak. Lagi-lagi, entah mengapa kejayaan keluarga besar Am surut tanpa alasan jelas. Satu-satunya harapan, yaitu Ja'far Sodik yang menjadi carik, dalam beberapa tahun pun dilengserkan oleh pembantu bupati Lamongan karena desakan warga desa, 1996. Ja'far Sodik tersandung pasal 372 KUHP tentang penggelapan dan dipenjara dua bulan.<br />
<br />
-------------------------------------------------------------------------<br />
Benar atau tidak tentang apa yang terjadi pada Amrozi, dkk. Paling tidak telah membawa nama Lamongan semakin mendunia dan dikenal. Dan sekarang saatnya..hilangkan isu/gosip buruk untuk daerah Lamongan. Sebab Lamongan memiliki ribuan bahkan jutaan orang yang bersiap mengukir prestasi dan mengubah dunia..!! Ini lamongan bung...!!<br />
<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://www.blogger.com/www.inilah.com/berita/politik/2008/11/09/60730/peristiwa-gaib-matinya-amrozi-cs/">amrozi</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://www.blogger.com/id.wikipedia.org/wiki/Takerharjo,_Solokuro,_Lamongan">solokuro</a>, <a href="http://www.blogger.com/id.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002">bom bali</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-39151452423734686572009-04-19T06:51:00.000-07:002013-07-21T01:00:11.521-07:00Wali di Lamongan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOVdpUjK_5A1k_ukOajvaRR33iCor7ERM9pKOQbqG70CMao1bIy_UHg8YDQt75-VI8bH5Tdqwoy-zLnZ3dm3LmdqyfiwDh_fACUwLVYNMWKIHX8TjbEPg7yJT65xoCGwOkQOusuXbBAwE/s1600-h/sunan_drajad.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326401428511294562" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOVdpUjK_5A1k_ukOajvaRR33iCor7ERM9pKOQbqG70CMao1bIy_UHg8YDQt75-VI8bH5Tdqwoy-zLnZ3dm3LmdqyfiwDh_fACUwLVYNMWKIHX8TjbEPg7yJT65xoCGwOkQOusuXbBAwE/s200/sunan_drajad.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 200px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 150px;" /></a><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/sejarah-sembilan-wali-walisongo.html"><span style="font-family: verdana; font-size: 85%; font-weight: bold;">Sejarah Sembilan Wali / Walisongo</span></a><span style="font-size: 85%;"><br /></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 85%;"><span style="color: #006600; font-family: verdana; font-style: italic;">“Walisongo” berarti sembilan orang wali” Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad (Drajat-</span><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Pahlawan%20Lamongan" style="color: #006600; font-family: verdana; font-style: italic;">lamongan</a><span style="color: #006600; font-family: verdana; font-style: italic;">), Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid</span></span><br />
<br />
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/sejarah-sembilan-wali-walisongo.html"><span style="font-weight: bold;">Wali yang ada di daerah Lamongan :</span></a><br />
Nama kecilnya <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/sejarah-sembilan-wali-walisongo.html"><b>Raden Qosim</b>.</a> Ia <b>anak Sunan Ampel</b>.<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRfsZHDREoxtB1ZNikS4bJTa0Uovj8Te7W7JI-kmf-2BKtneTLbVufMvaQ4ddVXAAcuAC3x26HzIMflrAJH4B90zRDBcq-WFRAOT86ns2szhRmyJN-XgH4ta7jbrVOxrldGp5lg3LxPTs/s1600-h/3179426.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326402039146551986" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRfsZHDREoxtB1ZNikS4bJTa0Uovj8Te7W7JI-kmf-2BKtneTLbVufMvaQ4ddVXAAcuAC3x26HzIMflrAJH4B90zRDBcq-WFRAOT86ns2szhRmyJN-XgH4ta7jbrVOxrldGp5lg3LxPTs/s200/3179426.jpg" style="cursor: pointer; float: right; height: 150px; margin: 0pt 0pt 10px 10px; width: 200px;" /></a> Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar <b>Raden Syaifuddin</b> ini lahir pada tahun 1470 M<o:p></o:p> <br />
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun<o:p></o:p><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
Jelog –pesisir Banjarwati atau <a href="http://lamongan.go.id/">Lamongan</a> sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.<br />
</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p>Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.<br />
</div>
<o:p></o:p>Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal">
<a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/sejarah-sembilan-wali-walisongo.html">Sunan Drajat</a> juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.</div>
<br />
<div class="MsoNormal">
meta : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wali">wali</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga">sunan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Drajat">sunan drajat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo">wali songo</a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-90719346659610093852009-04-19T06:30:00.000-07:002013-07-21T01:01:35.352-07:00<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="3" class="MsoNormalTable" style="border: 1pt outset red; height: 683px; margin-left: 8.2pt; width: 573px;"><tbody>
<tr><td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<b><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/nama-hotel-lokasi-telp-status-jumlah.html">NAMA HOTEL Di LAMONGAN</a></b></div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%"><div style="text-align: left;">
<b>LOKASI/ TELP</b></div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
<b>STATUS</b></div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
<b>JUMLAH KAMAR</b></div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/nama-hotel-lokasi-telp-status-jumlah.html">MAHKOTA 1</a></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. SUNAN DRAJAT 8 LAMONGAN<br />
TELP. (0322) 321060</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 3</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
34</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/nama-hotel-lokasi-telp-status-jumlah.html">MAHKOTA 2</a></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. SUNAN DRAJAT 101 LAMONGAN<br />
TELP. (0322) 312159</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 3</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
7</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/nama-hotel-lokasi-telp-status-jumlah.html">LIMA JAYA</a></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. RAYA PLAOSAN 20 BABAT-LAMONGAN<br />
TELP. (0322) 322640</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 2</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
26</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%">BAHAGIA</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. A. YANI 67 LAMONGAN</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 1</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
9</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%">WIJAYA</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. LAMONGREJO 74-76 LAMONGAN</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 1</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
30</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" width="20%">BHARATA</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" width="39%">JL. LAMONGREJO 45 LAMONGAN</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" width="22%"><div align="center" style="text-align: center;">
MELATI 1</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" width="15%"><div align="center" style="text-align: center;">
10</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" valign="top" width="20%"><div class="MsoNormal">
TANJUNG KODOK RESORT</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" valign="top" width="39%"><div class="MsoNormal">
Jalan Raya Paciran<br />
<a href="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/hotel_wbl1.JPG">(Klik disini Untuk melihat gambar)</a><br />
<a href="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/hotel_wbl2.JPG">(Klik disini Untuk melihat gambar)</a></div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" valign="top" width="22%"><div class="MsoNormal">
</div>
<br /></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" valign="top" width="15%"><div class="MsoNormal">
</div>
<br /></td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 20.02%;" valign="top" width="20%"><div class="MsoNormal">
KABILA HOTEL</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 39.1%;" valign="top" width="39%"><div class="MsoNormal">
<a href="http://www.lamongan.go.id/admin/photo/Hotel%20Kabila.jpg">Jalan Panglima Sudirman No. 1 Kompleks Ruko Permata</a> </div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 22.44%;" valign="top" width="22%"><div class="MsoNormal">
</div>
<br /></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 15.9%;" valign="top" width="15%"><div class="MsoNormal">
</div>
<br /></td> </tr>
</tbody></table>
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 10px;"> </span><br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="3" class="MsoNormalTable" style="border: 1pt outset red; margin-left: 8.2pt;"><tbody>
<tr> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%"><div align="center" style="text-align: center;">
NAMA RUMAH MAKAN</div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%"><div align="center" style="text-align: center;">
LOKASI</div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
JUMLAH KURSI</div>
</td> <td style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% yellow; border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
JENIS HIBURAN</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">KALIOTIK</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Ja. Suprapto 39 Lamongan</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
65</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran (Prasmanan)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT KITA 1</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya 262 Babat-Lamongan<br />
Telp. (0322) 451415</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
75</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT KITA 2</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya Plaosan 6<br />
Babat-Lamongan<br />
Telp. (0322) 451506</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
68</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%"><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/nama-hotel-lokasi-telp-status-jumlah.html">BAKSO TETELAN KHAS SEKARAN</a></td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya Sekaran-Pucuk<br />
Sekaran-Lamongan</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
68</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
<div style="text-align: center;">
(Bakso Sapi)</div>
</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT LIMAJAYA</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya Plaosan 20<br />
Babat-Lamongan<br />
Telp. (0322) 451593</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
25</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT MEKAR JAYA 2</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya Paciran Lamongan<br />
Telp. (0322) 661353</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
72</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Ikan Laut)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT MEKAR JAYA 3</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya No. 17 Paciran Lamongan<br />
Telp. (0322) 662268</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
92</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Gule, Sate, Ikan Laut)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT RESTU</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya No. 12 Paciran Lamongan</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
68</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Ayam Goreng)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">DEPOT ASIH JAYA 2</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Komplek Lamongan Indah/ Jl. Pb. Sudirman 4A Lamongan<br />
Telp. (0322) 322934</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
70</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Soto Lamongan)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">SOTO AYAM MANDALA</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Jend. P. Sudirman 61<br />
Lamongan</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
20</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Soto,Dll)</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">KEMUNING</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Timur Sunan Drajat Paciran<br />
Lamongan</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
38</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran</td> </tr>
<tr> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 21.5%;" width="21%">PALM KENDIL WESI</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 47.16%;" width="47%">Jl. Raya Paciran<br />
Lamongan 662085</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.06%;" width="14%"><div align="center" style="text-align: center;">
50</div>
</td> <td style="border: 1pt inset red; padding: 5.25pt; width: 14.74%;" width="14%">Jawa Timuran<br />
(Ikan Laut)</td></tr>
</tbody></table>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1662042575403633366.post-41476077059936990692009-04-19T06:16:00.000-07:002013-07-21T01:02:44.001-07:00Gajahmada Dari Lamongan..?<div style="text-align: justify;">
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326391794970292306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFgAUfpEiQgUhmQtfElvhVK9aD7ovpGks1FTtJG1W6F7RuaKXZkMvXBinDgtOvuEgHzFCZ-M5rzyEPP6LobLbFc4Fml5b0zrNBEvu7U3w7tdicy7e8p_1MX8jDD_ogr8YdHjE6I7mzwfw/s200/200px-Lukisan_Gajah_Mada.JPG" style="cursor: pointer; float: left; height: 200px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 150px;" /><a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/gajah-mada-ialah-salah-satu-patih.html"><b style="font-weight: bold;">Gajah Mada</b></a><span style="font-weight: bold;"> ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit" style="font-weight: bold;" title="Majapahit">Majapahit</a> yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak diketahui sumber sejarah mengenai kapan dan di mana <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/search/label/Gajahmada%20Dari%20Lamongan..%3F">Gajah Mada</a> lahir. di duga kuat dari daerah di sekitar <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/">Lamongan</a>, tepatnya Hutan Cancing. kecamatan Ngimbang. Ia memulai karirnya di Majapahit sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara" title="Jayanagara">Prabu Jayanagara</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" title="1309">1309</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1328" title="1328">1328</a>) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kahuripan" title="Kahuripan">Kahuripan</a> pada 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kediri" title="Kediri">Kediri</a>. ada sedikit dasar tentang kenapa dia dianggap dari daerah Modo - Lamongan. di daerah Cancing Ngimbang banyak ditemukan prasasti - prasasti yang diduga kuat peninggalan Majapahit, dan lagpula daerah ini adalah yang terdekat dengan perbatasan <a href="http://lamongan.go.id/">Lamongan </a>- Mojokerto. tepatnya di daerah Mantup, 20 kilometer selatan Lamongan. jadi sangat mungkin bila <a href="http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/04/gajah-mada-ialah-salah-satu-patih.html">Gajah Mada</a> berasal dari Lamongan. mengingat kuatnya bukti bukti prasasti yang ada di daerah inibahkan tempatnya juga sangat teratur sebagai tanah perdikan. termasuk beberapa makam kuno prajurit. juga makam kuno yang diduga kuat sebagai makam ibunda Gajah Mada. Nyai Andong Sari.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTxBSEVjrJ5tI_BY6iX878FM9isF_YkBAwGdC5iM0TIKpEgrQru8-NZZ46mVFvT_ZipLt3u4lc7KaWBYUyeh9lZOrmhn6gCfEz6t9AxzZf7inEl0u-habOqeAk11vmkNaMCbEg5GRwCJg/s1600-h/makam_nyiandongsari2006.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326392026185860034" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTxBSEVjrJ5tI_BY6iX878FM9isF_YkBAwGdC5iM0TIKpEgrQru8-NZZ46mVFvT_ZipLt3u4lc7KaWBYUyeh9lZOrmhn6gCfEz6t9AxzZf7inEl0u-habOqeAk11vmkNaMCbEg5GRwCJg/s200/makam_nyiandongsari2006.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 142px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 200px;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keta" title="Keta">Keta</a> dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta & Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah Mada kemudian diangkat secara resmi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi" title="Tribhuwana Wijayatunggadewi">Ratu Tribhuwanatunggadewi</a> sebagai patih di Majapahit (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1334" title="1334">1334</a>).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah <i>gering</i> (sakit). Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1364" title="1364">1364</a> Masehi.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
(dari :<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada">http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada</a>)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s1600/iklan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="64" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1hYNGMv42oviLMIIPs7JtJZ8Tb0DDW19vnB_r13KcS4jdyfvRgilVvSpcj1EXtxcJwjHyoGTFfPhPe5WdlvIXs45Fnpz73Rbm39HptijXYKiLN7TmdpBX4Ju0C7vrF6aUpTPBnR98kmU/s320/iklan2.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
meta : <a href="http://www.blogger.com/www.ugm.ac.id">gajahmada</a>, <a href="http://lamongan.go.id/">lamongan</a>, <a href="http://www.blogger.com/id.wikipedia.org/wiki/Modo,_Lamongan">modo</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada">patih gajah mada</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0